Sepupu

4.3K 157 0
                                    

Tandai typo!

***

Berulang kali gadis bersurai hitam panjang itu menghela napas sembari matanya menatap lurus ke penjelasan guru di depannya. Sesekali mulutnya menguap sampai timbunan air mata terlihat di pelupuk mata.

"Ngapain sih, Vy?" tanya Anne melirik sebentar teman sebangkunya itu.

"Memikirkan masa depan," jawabnya lalu melihat keluar jendela di mana terdapat lapangan basket yang kosong.

"Sama Erlang aja, dijamin hidup lo bakal sejahtera," Ivy menggeleng lemah mendengar saran Anne yang dikatakan secara gamblang itu.

Mengabaikan penjelasan di depan sana, Ivy melirik jam yang melingkar manis di tangannya. Waktu sudah menunjukan pukul 13.19 dan hal itu membuat wajahnya yang murung langsung tersenyum penuh kebahagiaan.

'Satu menit lagi!'

Kriiing

Dengan semangat Ivy membereskan barang-barangnya, dilihatnya sang guru sudah keluar dengan langkah lebar Ivy juga keluar dari kelas sambil bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Akhirnya ia bisa pulang, perutnya minta diisi. Roti pemberian Erlang tadi tidak cukup ia butuh masakan sang mama.

Langkahnya terhenti ketika mengingat bahwa ia tadi berangkat tidak memakai motor kesayangannya dikarenakan abang kampretnya membawa motornya untuk menyelesaikan tugasnya sebelum kenaikan pangkat di Cirebon. Motor abangnya itu sedang diperbaiki di bengkel.

Tuk!

Ivy mendengus pelan ketika sebuah jari menyentuh dahinya, ia mendonggak dan mendapati Erlang sedang menahan tawa.

"Kalo mo ketawa ya ketawa aja gak usah ditahan," gumam Ivy yang masih terdengar.

"Sini gue anterin pulang," dengan pelan tangan kekar itu menarik tangan Ivy menuju ke parkiran.

Tanpa berbicara, Erlang langsung memakaikan helm cadangannya ke kepala gadisnya lalu melepas jaketnya dan mengikatnya di pinggang membuat Ivy tersenyum diam. Erlang sangat perhatian membuat ia semakin jatuh di dalamnya.

"Ayo naik," Ivy tersadar dari lamunannya lalu naik ke jok belakang Erlang.

Selama perjalanan, Ivy tak berbicara. Terlalu malas untuk membuka pembicaraan di tengah ia sedang kelaparan, ia kangen masakan mama.

"Mau beli cokelat?" tanya Erlang, ia sudah hafal betul apa kesukaan gadisnya.

Ivy terlihat memikirkan lalu mengangguk dengan senyum mengembang. Kemudian, mereka berhenti di indomaret yang tak terlalu jauh dari rumah Ivy. Jalan bergandengan tangan, keduanya menyita perhatian karena paras mereka yang memukau.

"Ambil aja yang lo mau, gue yang bayar semuanya," tak mau menghilangkan kesempatan emas ini, lantas gadis cantik itu mengambil sepuluh bungkus berukuran besar lalu menatap Ivy dan mengangguk.

Erlang terkekeh lalu mengelus kepala Ivy dan keduanya berjalan ke kasir. Ivy yang mulanya ceria kini menatap tajam mbak kasirnya, minta dicungkil mata mbaknya ya.

"Udah kan mbak, udah ya saya lapar," Ivy langsung menyeret lengan kekar Erlang sambil tangan satunya menenteng kantong berisi cokelatnya.

***

"Paman bibi! Enza yang cantik datang dengan sejuta keceriaan!" teriak seorang gadis berusia enam tahun.

Di belakangna dua gadis yang berusia 19 tahun menyusul mereka adalah sepupu perempuan Ivy, yang paling tua dan bertubuh mungil bernama Chevanya Zeline dan Chassindy Agatha lalu yang bersuara cempreng tadi adalah Queenza Ashley Zarenina.

Pak Dean yang sedang menyeruput teh di sore hari bersama sang istri menyambut ketiga  keponakannya yang datang berkunjung untuk merayakan kenaikan pangkat Ravin dan ulang tahun ke 13 Davin.

"Ivy sama Davin mana?" tanya Vanya mencari adik jahilnya itu.

"Ivy di kamar lagi tidur dia kalo Davin lagi main keluar ke rumah temannya, kalian ke kamar aja udah bibi siapin di samping kamar Davin."

Ketiga gadis berbeda usia itu lantas pamit dan menuju ke kamar yang dikatakan bibi mereka. Langkah mereka terhenti ketika melihat pintu kamar Ivy sedikit terbuka. Ketiganya tanpa permisi langsung masuk ke dalam kamar dan melihat sang pemilik sedang asik terlelap tanpa melepas seragam sekolahnya.

"Adem banget ya mukanya kalo tidur," ujar Vanya mengamati wajah adiknya.

"Biasanya kan kak Ivy kek reog," timpal Enza.

Merasa ada orang di kamarnya, Ivy mengerjab pelan menyesuaikan cahaya yang masuk ke rentina matanya. Ia terkejut ketika melihat si paling kecil sudah berbaring di sampingnya sambil memeluk boneka panda miliknya.

"Kapan sampainya?"

"Baru aja, capek ya?" tanya Sindy.

"Capek banget kak. Tau gak tugas Ivy tuh banyak banget kek masalah hidup aja," dengan wajah bantal ia memperagakan perkataannya.

Sontak Vanya dan Sindy tertawa melihat tingkah menggemaskan adik mereka. Mata mereka terhenti pada Enza yang sudah terlelap, mungkin perjalanan dari Bandung tadi menguras energinya.

***

Vote sama comment ya, ayo ramaikan!!!

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang