64

3K 99 0
                                    

Tandai typo!

***

Erlang memandang punggung istrinya yang sedang mengemasi barang-barangnya. Sangat perhatian, pikirnya.

Tapi dipikir-pikir lagi, semenjak pulang sekolah kemarin Ivy menjadi murung. Entah apa yang terjadi di sekolah sampai ia seperti ini, ia sudah mencoba bertanya pada sahabat-sahabatnya namun tak ada yang tahu apa yang terjadi pada istrinya.

Ronald dan Selena sudah kembali sedari tadi atas permintaan Ivy sendiri karena ia sudah bisa mengurus suaminya dan hal ini disetujui oleh Erlang yang ingin berduaan dengan gadis itu karena selama beberapa hari dirawat di rumah sakit. Karena kepulangan Erlang hari ini, Ivy pun rela izin untuk tidak masuk sekolah.

"Nah udah siap," seru Ivy.

Ia beralih membantu sang suami, menggandeng dengan penuh cinta lalu keduanya berjalan beriringan menuju ke parkiran di mana Ivy meletakan mobil mereka tadi. Sesampainya di depan mobilnya, Erlang mau menyetir dengan keadaan tangannya yang sedang patah membuat Ivy menariknya keluar dan duduk di sebelahnya.

"Emang bisa bawa mobilnya?" tanya Erlang mengelus surai panjang gadisnya.

Ivy mengangguk sambil tersenyum, "Didikan papa Dean gak pernah meleset."

Dalam kurun waktu 20 menit, keduanya telah sampai di rumah mereka. IVy segera menuntun sang suami masuk tak lupa barang-barang mereka dibawa setengahnya oleh Erlang dengan tangan kirinya yang baik-baik saja.

"Mau makan sesuatu?" tanya Ivy sembari merapikan pakaian Erlang ke dalam lemari.

"Gak mau makan. Mau bobo terus dipeluk sama kamu," rengeknya manja sambil memeluk pinggang ramping Ivy dan mendusel-dusel di ceruk leher gadisnya.

Ivy tertawa dan mengangguk. Setelah akifitas membereskan barang-barangnya selesai. Gadis itu menuntun Erlang ke ranjang dan keduanya berbaring dengan posisi Erlang yang masih memeluk istrinya. Ia sandarkan kepalanya di dada empuk sang istri membiarkan istrinya mengelus kepalanya sayang.

"Besok mau aku antar ke rumah bunda atau di sini aja?" tanya Ivy.

"Emm... di rumah aja nunggu kamu pulang," jawab Erlang mendonggak menatap wajah cantik Ivy.

"Emang gak papa aku tinggal ke sekolah? atau aku izin aja dulu, hmm?" pertanyaan beruntun gadis bersurai panjang itu lontarkan.

Erlang tersenyum kecil dan menggeleng. "Aku udah gede kok jadi gak apa-apa."

Ivy tertawa pelan. "Iya udah gede tapi manja suka merengek."

Erlang cemberut saat Ivy mengejeknya, dengan berani ia menelusupkan tangannya ke dalam baju Ivy dan mengelus punggung polos itu. Wajah Ivy memerah, walau saat baru menikah Erlang sudah melakukan hal ini tapi tetap saja Ivy dan Erlang belum pernah sama sekali melakukan 'hak' mereka. Ya Ivy masih merasa canggung.

Erlang lantas menertawakan wajah Ivy yang bak kepiting rebus. Siapa suruh mengejeknya, pikir Erlang dengan senyum yang masih terpatri di bibirnya.

"Iih Erlang gak asik," seru Ivy menutup wajahnya.

Erlang tak menghiraukan istrinya dan masih asik mengelus punggung polos Ivy sampai ia sendiri terlelap dalam tidurnya. Ivy menatap dalam wajah Erlang yang teduh dan damai, perlahan tapi pasti ia dekatkan wajahnya dan matanya mengarah pada satu tempat. Bibir.

'Gue gak mau first kiss gue maupun bibir gue dinodai sama setan-setan itu, ini cuman hak Erlang laki gue yang tampan, kaya, dan badannya bagus,' batin Ivy semakin mendekatkan wajahnya.

Cup

Ia berhasil menyatukan bibir ranumnya dengan bibir cowok yang sudah berstatus suaminya itu. Ia menahan lama ciuman itu lalu melepasnya kemudian beralih mengecup dahi Erlang, rasanya memalukan karena ia yang mengambil first kiss suaminya seperti yang pernah ia perbincangkan bersama Erlang ketika gabut.

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang