63

3.1K 115 0
                                    

Tandai typo!

***

Ivy membuka pintu ruang rawat Erlang membuat semua orang di sana menatap dirinya dan satu orang di belakangnya. Mata Erlang menajam melihat kehadiran satu orang di belakangnya. Sorot matanya seakan mengatakan 'ngapain lo deketin bini gue?'

Satya tertawa hambar menyadari tatapan Erlang yang diarahkan padanya. "Tante, anaknya galak ya padahal lagi sakit lho."

"Anaknya emang cemburuan, nak," Selena ikut menimpali candaan Satya.

Jangan kira karena Erlang dan Satya bermusuhan dan Satya tidak akrab dengan keluarga Erikson. Itu asumsi yang salah karena Satya sangat akrab karena dulu keduanya pernah bersahabat akan tetapi karena Satya yang suka menjahili Erlang makanya Erlang juga suka mencari gara-gara dengannya.

"Gimana kabar calon laki kakak, Tya?" tanya Mira mengupas apel lalu diberikan kepada Dila.

Masih ingatkan dengan Mira dan Dila?

"Bisa gak sih kak, jangan panggil gue Tya. Nama gue Satya," tegas Satya mengambil tempat di samping brankar Erlang.

Sedangkan Ivy duduk disamping adik iparnya, Dila. Mira tersenyum menyambut adik iparnya lalu menyuapkan apel yang dikupas ke mulut gadis itu pula.

"Ngapain lo barengan sama pacar gue?" tanya Erlang sinis.

"Dih! kepo lo, tadi kebetulan ketemu di koridor. Curiga mulu lo sama gue," balas Satya tak kalah sinis.

"Emang ada setan yang gak perlu dicurigai?" 

"Bener-bener ni bocil Erikson. Gue buang ke kandang bebek tau juga lo," Satya menjitak kepala Erlang.

Ivy melotot tajam, "Heh! tuh tangan mau gue mutilasi?"

"Anjirr, pawangnya," gumam Satya.

"Pawang itu apa sih?" tanya Dila.

Semua diam dan tak menghiraukan pertanyaan gadis kecil itu membuatnya merenggut kesal lalu beralih ke pangkuan Ivy, ia memainkan rambut Ivy yang sengaja gadis itu geraikan. Dan tak lama kemudian, ia terlelap dalam tidurnya yang masih berada di pangkuan Ivy.

Waktu berlalu dan sudah menunjukan pukul 15.50 WIB. Ruangan Erlang kini sudah sepi karena yang lain sudah pulang hanya tersisa Erlang dan istrinya.

Erlang menatap tajam sang istri yang duduk di depannya. 

"Kenapa ikut tawuran?" nadanya terdengar dingin namun berat membuat Ivy merinding seketika. "Siapa yang nyuruh? kenapa gak jawab? tiba-tiba bisu ya?"

Ivy menunduk memainkan jari-jarinya dengan wajah takut, mengapa suami cengengnya sangat menyeramkan kali ini membuat ia tak bisa berkutik. Erlang menghela napas lalu dengan tangan kirinya menggengam tangan Ivy dan mengusapnya pelan.

"Maaf...," cicit gadis itu pelan.

Erlang tersenyum samar dan mengelus rambut gadis itu sayang.

"Ceritai semua tanpa terlewat," titahnya tak terbantahkan.

Lantas, Ivy menceritakan kejadian awal sampai akhir. Kejadian di mana ia dilecehkan juga diceritakan membuat Erlang dikuasai amarah, walau tadi ia sudah mendengar dari Sakti tapi ia masih marah. Lihat saja Vicky sialan itu akan ia bombardir dengan tinjuannya karena berani menyentuh miliknya.

"Terus kamu gak papa?"

"Iya, maaf ya," balas Ivy.

"Yaudah. Udah makan?"

Ivy mengangguk. Keduanya terlibat perbincangan hangat sampai akhirnya Ivy merasa bahwa Erlang harus kembali beristirahat, ia membaringkan tubuh lelaki itu dengan pelan lalu mengelus kepala sang suami dengan sayang. Tatapan lembut selalu Erlang arahkan pada gadis yang sangat ia cintai sambil terus menikmati elusan di kepalanya.

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang