Part 8

9.1K 748 1
                                    

Tukk tukk

Aku mengetuk pintu kamar pasien di depanku.

“Silahkan masuk” terdengar suara laki-laki dewasa dari dalam. Aku pun membuka pintu tersebut dan melangkah masuk ke dalam.

“Selamat sore, Paman” sapaku kepada oria dewasa di depanku. Sepertinya ia Ayahnya Arya, walaupun begitu mereka tampak tidak mirip.

“Sore, kamu temannya Arya?“ tanyanya

“Iya. Nama saya Dimas.” jawabku

“Arya baik-baik saja paman?“ tanyaku

“Dia sekarang sedang beristirahat. Cederanya tadi tidak terlalu parah, untung saja ia segera ditangani dokter” jelas paman di depanku.

Aku melihat Arya memang tengah tertidur di tanjang pasien. Kaki kana bagian bawahnya di perban.

“Kamu bisa kembali lagi ke sini. Nanti saya kasih tahu Arya”

“Tidak perlu, Paman. Saya akan menunggu sampai Arya bangun”

“Baiklah.“

“Saya keluar sebentar. Nanti saya kembali lagi ke sini”

“Iya”

Setelah itu aku keluar dari kamar bangsal Arya dan pergi menuju lantai bawah dimana kantin berada. Perutku sudah berbunyi sejak tadi.

Setelah aku makan aku kembali naik ke atas lantai dimana Arya di rawat. Saat aku membuka pintu Arya sudah bangun. Tanpa sadar aku segera berlari ke arahnya.

“Arya, kenapa kamu tidak bilang?“ tanyaku khawatir berbalut kesal.

“Aku tidak ingin membuatmu khawatir” kata Arya sambil tersenyum.

“Hei, seharusnya kamu memberitahu aku. Bagaimana mungkin aku teman terdekatmu tidak tahu. Aku malah mendengarnya dari orang lain. Bukannya langsung darimu.”

“Aku minta maaf”

“Cederamu bagaimana?“

“Dokter bilang, itu hanya cedera ringan saja. Aku perlu dirawat beberapa hari saja”

“Aku harap kamu segera sembuh. Oh iya kenapa kamu tidak menjawab telponku?“

“Oh itu.. Itu karena ponselku tertinggal di dalam tasku. Tasku ada di arena kompetisi. Tapi besok pelatih akan membawanya kesini”

“Lain kali kamu harus memberitahu aku terlebih dahulu.“

“Baiklah, aku minta maaf. Lain kali aku akan memberitahumu”

“Bagaimana persiapan acara festival?“ tanya Arya menambahkan.

“Persiapannya tinggal sedikit lagi selesai.“ jawabku

“Apa tidak masalah kamu datang ke sini?“

“Tidak. Tadi aku sudah ijin ke Kak Bima. Hanya saja… besok aku harus ke sana lagi.“

Saat aku mengatakan itu raut muka Arya terlihat murung.

“Tapi.. sorenya aku akan ke sini. Aku akan minta ijin Kak Bima lagi” tambahku

Setelah itu raut wajah Arya terlihat lebih tenang.

***

3 hari kemudian Arya akhirnya keluar dari rumah sakit. Walaupun begitu dokter menyarankannya agar jangan terlalu banyak bergerak dulu. Ia hanya boleh tinggal di rumah saja.

Oleh karena itu Arya tidak bisa datang ke festival sekolah. Itu sangat di sayangkan, acara festival sekolah cukup seru. Tapi, kesehatannya itu jauh lebih penting.

Untuk kompetisi basket, tim dari sekolah kami pun selesai bertanding. Mereka tidak bisa keluar menjadi juara. Walaupun begitu, meraka bisa masuk ke perempat final.

“Selamat pagi semuanya” sapa Walikelas kami yang baru saja masuk ke kelas.

“Pagi, Bu” jawab kami secara serempak.

“Hari ini saya akan membagikan rapot hasil ulangan semester pertama kalian” jelas Bu Guru

Ulangan akhir semester memang diadakan sebelum festival dan kompetisi dimulai. Itu karena kami para murid bisa fokus terlebih dahulu ke ujian.

Aku dan Arya ada di tempat duduk kami yang berseblahan. Untuk beberapa alasan aku merasa gugup. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk ulangan semester pertama ini.

“Hasil ulangan ini cukup membuat saya terkejut. Pasalnya ternyata ada yang bisa mencapai skor yang hampir sempurna”

Perkataan dari Bu Guru membuat hatiku semakin berdegup dengan kencang. Para murid sekelasku pun mulai berbisik-bisik. Sepertinya mereka mencoba menebak siapa itu.

Aku yakin itu adalah Arya. Itu karena ia selalu berhasil di ulangan harian. Tak hanya itu ia juga memang sangat pintar.

“Itu adalah Arya Baskoro. Selamat kamu meraih nilai tertinggi”

Perkataan Bu Guru membenarkan tebakanku. Para murid di kelas pun bertepuk tangan untuk Arya. Aku pun melakukan hal yang sama.

“Arya, selamat kamu berhasil.“ kataku kepada Arya

“Terima kasih” balas Arya sambil tersenyum.

“Tunggu dulu…”

Perkataan Bu Guru membuat semua murid diam dan memperhatikan Bu Guru dengan seksama.

“Di urutan kedua ada murid yang nilai selisih dengan Arya itu sangat sedikit. Selamat untuk Dimas Herdian”

Apa?!

Aku?!

Aku tidak menyangka akan ada di urutan kedua!

Namun para murid lain tidak memberikan tepuk tangan tanda selamat kepadaku. Mereka hanya diam saja. Entah kenapa itu membuatku tidak nyaman.

“Selamat, Dimas.“

Ucapan selamat dari Arya membuatku mengalihkan pandangan ke arahnya. Aku balas tersenyum dan mengangguk.

Sikap para murid memang bisa dimengerti. Aku ini seorang Beta. Beta itu sangat jarang yang pintar. Kecerdasan mereka hanya rata-rata saja. Sedikit manusia Beta yang cerdas.

Biasanya orang cerdas yang kecerdasaanya di atas rata-rata adalah para Alpha. Contohnya adalah Arya Baskoro. Seorang Alpha sedari lahir memang sudah diberkati kecerdasan.

Walaupun begitu aku bisa membuktikan. Walaupun aku seorang Beta. Aku bisa mencapai prestasi. Aku juga membuktikan hasil kerja kerasku selama ini.

Setelah pembagian hasil rapot kami semua pulang ke rumah dan menikmati masa liburan akhir tahun dan awal tahun selama dua minggu.

Selama dua minggu itu aku merasa ada yang aneh dengan grup pesan kelas. Pasalnya grup pesan sekolah selalu ramai. Diakhir pekan pun selalu ramai.

Akan tetapi dua minggu selama liburan ini tidak ada pesan yang di kirin di grup. Apa mungkin karena mereka sedang liburan? Sepertinya memang begitu. Aku hanya terlaku berlebihan.

To Be Continued

Tinggalkan jejak☆

[BL] Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang