Saat jam makan siang aku turun ke lantai bawah di mana kantin berada. Tiba di kantin sudah banyak orang disana. Aku segera mengantri di barisan.
10 menit kemudian aku sudah membawa pesananku yang berupa ayam penyet beserta lalapan dan sambalnya. Aku melirik ke seisi kantin mencari kursi kosong dan menemukan kursi kosong di bagian pojok kiri kantin.
Saat sudah duduk aku mulai menyantap makanan dihadapanku dan sesekali minum es teh manis. Saat tengah asyik makan beberapa orang mulai mendekat ke arahku. Aku harap mereka tidak duduk di dekatku.
Namun harapanku tidak terkabul.
"Hi, Sekretaris Di." Sapa Mba Shinta Kepala Departemen Sales & Marketing beserta Mas Gusti Kepala Departemen Produksi dan satu orang perempuan lagi yang tidak aku kenal.
"Halo"jawabku
"Boleh kami duduk di sini?" tanya Mas Gusti
Tidak.
"Tentu saja boleh."kataku sambil tersenyum yang semoga tidak terlihat terpaksakan.
Mas Gusti kemudian duduk di sampingku, sedangkan Mba Shinta dan satu orang lagi duduk di sebrangku.
"Tumben Sekretaris Di ada di kantin"kata Mba Shinta.
Itu karena Minggu lalu Arya mengajak aku dan Mba Ayu makan di luar. Sedangkan beberapa hari terakhir aku sering pesan makanan lewat online.
"Itu karena saya sering diajak makan di luar sama Pak Arya" jawabku.
"Wah… enaknya. Saya juga mau di traktir makan oleh Pak Arya." Kata Mba Shinta
"Minta traktir sama Pak Manajer saja Mba Shinta." Kata Mas Gusti sambil terkekeh
"Ga mau."kata Mba Shinta sambil memberikan muka sebal.
"Sekretaris Di, Pak Arya sepertinya baik ya."kata Mba Shinta.
"Emm… Pak Arya memang baik." Kataku dengan tidak yakin.
"Wah… Bos yang baik banget, ganteng juga, apalagi seorang Alpha. Idaman para wanita." Kata Mba Shinta memuji
"Tapi waktu ia marah saat di pertemuan." Kata Mas Gusti
"Tentu saja ia marah. Itu hal wajar, karena itu salah kita juga karena tidak meminta manajer Kstaria untuk membawa mereka ke pertemuan. Omong-omong Sekretaris Di, Pak Arya sudah punya pacar belum?" Tanya Mba Shinta
"Belum." Kataku
"Benarkah?! Wah… aku ingin mencoba mendekatinya."kata Mba Shinta kegirangan.
"Dia seorang Alpha. Dia tidak akan mau berkencan dengan Beta. Seorang Alpha lebih memilih berkencan dengan Omega" Kata Mas Gusti
"Iya, benar"kata perempuan di samping Mba Shinta.
"Aku belum mencoba mendekatinya, siapa tahu ia suka Beta. Kita tidak ada yang tahu." Kata Mba Shinta
"Tapi, menurutku berpacaran dengan seseorang dari tempat bekerja apalagi atasan kita, itu kurang nyaman. Apalagi kalau kita berpisah. Aku tidak ingin membayangkan bertemu dengan mantanmu setiap hari." Kata Mas Gusti
"Diam. Jangan membuatku patah semangat." Kata Mba Shinta
"Sekretaris Di, apa saya boleh minta nomor Pak Arya." Kata Mba Shinta.
"Maaf, saya tidak bisa." Mba Shinta terlihat sedih mendengar itu. Sepertinya ia juga maklum, soalnya kita juga akan merasa tidak nyaman kalau nomor kita dihubungi oleh orang yang tidak kita kenal dekat.
"Sepertinya aku harus menyerah." Kata Mba Shinta
Aku merasakan ponselku bergetar. Aku segera mengambil ponselku. Nama Arya tertera dilayar ponselku.
Aku segera menjawab panggilan Arya dan pamit dari meja kantin sebentar.
"Halo, Pak Arya?"
-Dimas kamu dimana?
"Saya sedang di kantin Pak Arya"
-Kamu sudah selesai makan belum?
"Sudah, Pak Arya. Memangnya kenapa?"
-Segera naik ke lantai atas dan masuk ke ruangan saya.
"Baik Pak Arya."
Setelah itu panggilan di tutup dari seberang. Aku memasukan ponselku ke saku celana dan kembali ke meja kantin. Aku kemudian pamit lalu segera naik ke lantai atas memakai lift.
Saat di dalam lift aku memikirkan apa alasan Arya tiba-tiba memintaku ke ruangannya. Apa ia akhirnya menyerah bekerja sendirian dan memintaku membantunya. Sepertinya seperti itu.
Ding
Suara pintu lift terbuka terdengar. Aku melangkah keluar dan berjalan di lorong ini dan saat sampai di pintu ruangan Arya aku mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Masuk Sekretaris Di" mendengar itu dari dalam aku pun membuka pintu lalu masuk ke dalam kemudian menutup pintu. Aku berjalan mendekat ke arah Arya.
"Ada apa, Pak Arya?" Tanyaku
"Saya minta agar kamu menyiapkan pesta untuk diadakan 2 minggu lagi." Kata Arya
Ternyata dia memang benar memberiku perintah.
"Pesta dalam rangka apa?" Tanyaku
"Ayah saya ingin memperkenalkan saya kepada para temannya, partner bisnis kita dan khalayak ramai." Kata Arya
"Baik Pak Arya. Apa ada lagi yang ingin Pak Arya undang?"tanyaku
"Kamu sudah punya list teman ayah saya kan?" Tanya Arya
"Sudah Pak"
"Oke bagus. Selain itu kamu undang juga para artis kita dan beberapa reporter." Kata Arya
"Siap Pak."
Setelah itu Arya diam sebentar, lalu aku mencoba bertanya, "Apa masih ada lagi, Pak Arya?"
Arya terlihat bimbang namun akhirnya ia bertanya, "Sekretaris Di, apa kamu dekat dengan Kepala Departemen Produksi dan Sales Marketing?"
Eh.
Aku agak terkejut dengan pertanyaan Arya itu. Aku tidak tahu bagaimana ia menyimpulkan kami dekat. Aku pun hanya menjawab, "Kami dekat sebagai sesama karyawan di sini saja."
Arya yang mendengar itu terlihat lega, kemudian ia bergumam sesuatu yang aku tidak bisa dengar.
"Sekretaris Di, saya beli minuman di kafe tadi. Ini buat kamu." Kata Arya menyerahkan kantong plastik yang berisi minuman.
Aku mengambil minuman tersebut dan kemudian mengucapkan terima kasih kepadanya. Setelah itu aku kembali ke meja kerjaku.
Aku menatap minuman Boba Milk Tea dihadapanku. Ini adalah minuman manis favoritku. Ia juga membelinya dari kafe milik Raka. Bagaimana bisa ia tahu minuman favoritku?
Aku tidak berusaha memikirkan itu dan segera menyesap minuman manis ini dihadapanku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Catch Me If You Can
Romance[ End ] Aku, Dimas Herdian, saat di akhir makan malam bersama Arya Baskoro aku mengatakan kepadanya agar kami tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin berurusan dengan orang yang membully-ku sewaktu SMA dulu. Namun sehari kemudian aku malah kembal...