Part 55

3.6K 249 1
                                    

Ketika mataku perlahan terbuka aku samar-samar mendengar seseorang yang memanggilku. Hingga akhirnya aku sudah sadar sepenuhnya, aku melihat Arya yang tengah duduk di samping ranjang.

Arya menunduk dan memelukku dengan erat yang tengah berbaring sambil berkata, "Syukurlah kamu sudah bangun. Semalam aku merasa cemas sekali."

Aku membalas pelukan Arya lalu mengusap punggungnya dengan lembut. Aku berusaha menenangkan ketakutannya.

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Terakhir kali hal yang aku ingat adalah aku melihatmu berlari mendekat ke arahku."

Arya melepaskan pelukanku dengan perlahan lalu ia menjawab pertanyaanku, "Semalam saat aku baru kembali ke apartemen aku hanya menemukan nenek sendirian di kamar. Lalu aku berusaha mencarimu di seluruh apartemen, namun tidak ada. Saat aku mencoba menghubungimu, ponselmu sedang dalam mode diam sepertinya, karena aku memanggil beberapa kali kamu tidak menjawabnya. Aku dengan cepat merasa cemas. Namun aku berusaha untuk tenang terlebih dahulu. Aku mencoba turun ke lantai bawah apartemen lalu bertanya kepada security yang berjaga. Dan untungnya security tersebut melihatmu keluar sendirian ke arah kiri jalan. Saat itu aku mengikuti arah jalan dan menemukanmu tengah berjalan bersama dia. Dia membuatmu pingsan menggunakan obat bius. Akan tetapi aku dengan cepat menghajarnya dan membawamu kembali."

Aku tertegun untuk waktu yang lama hingga akhirnya menanggapi dengan pelan,"Aku minta maaf karena telah membuatmu khawatir." Aku sangat merasa bersalah karena telah membuat Arya khawatir.

"Tidak apa-apa. Aku senang kamu selamat. Aku tidak bisa membayangkanmu diambil pria itu."

"Apa kamu kenal Hadi?" Tanyaku

"Aku kenal dia. Dia adalah salah satu bawahan kakekku."

Aku terkejut mendengar hal tersebut. "Benarkah? Aku tidak tahu itu. Aku kenal Hadi saat kami secara kebetulan bertemu di toilet Bandara dan ia membantu mengembalikan ponselku yang tertinggal. Setelah itu kami dua kali bertemu secara kebetulan."

Arya menggertakkan giginya mendengar hal tersebut, lalu menjawab, "Ternyata dia sudah mengikuti kita dari dulu. Kenapa aku tidak menyadari itu."

Aku masih kaget mendengar fakta tersebut, Arya kembali berbicara, "Semalam aku mengecek ponselmu dan menemukan sebuah aplikasi pelacak tersembunyi. Jadi ia tahu kemana kamu berada saat membawa ponselmu. Semuanya sudah ia rencanakan dengan baik. Ia membuatnya seperti sebuah kebetulan yang tidak disengaja"

Pantas saja aku merasa sedikit aneh karena bisa bertemu secara kebetulan dengannya. Ternyata itu bukanlah kebetulan ataupun takdir yang dibicarakannya.

"Aku minta maaf karena sangat lalai." 

"Itu bukanlah salahmu. Tapi itu adalah kesalahanku. Seharusnya aku tidak membuat orang yang aku cintai menderita."

"Apa maksudmu?"

"Dimas, aku berencana akan menerima permintaan kakek. Aku tidak ingin Ayah, Kamu dan orang yang aku cintai mengalami penderitaan."

"Kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran?"

"Hanya saja aku sudah lelah. Aku memang tidak punya banyak 'kekuatan' seperti yang kakekku miliki. Lebih baik aku menerima tawaran tersebut, dengan begitu kita tidak akan mengalami kesulitan lagi."

Sorenya Arya dan aku datang kembali ke rumah kakeknya Arya.

Saat kami masuk ke dalam ruang kerjanya kakek Arya tengah duduk di kursinya sambil menyeringai ke arah kami. 

Aku dan Arya duduk di kursi sofa di seberang kakek Arya.

"Apa kamu sudah mengambil keputusan?" Tanya Kakek Arya sambil tersenyum licik.

Aku melihat Arya mengepalkan kedua tangan. Ia berusaha menahan amarahnya. Aku memegang tangan Arya dan mengusapnya dengan lembut berusaha menenangkannya. 

"Sebelum aku mengatakan keputusan yang akan aku ambil. Aku ingin memastikan beberapa hal terlebih dahulu." Jawab Arya dengan tenang.

"Apa yang ingin kamu pastikan?" Tanya kakek Arya sembari mengaitkan kedua lengannya.

"Pertama, aku ingin kamu membebaskan ayahku dari sel tahanan."

"Lalu?"

"Aku ingin kamu tidak mengganggu PS Entertainment lagi dan membiarkannya seperti dahulu. Selain itu kamu tidak akan mengganggu orang-orang terdekatku. Seperti menyakiti mereka."

"Aku bisa memastikan semua itu. Membuat Ayahmu keluar dari sel tahanan adalah hal yang mudah. Selain itu mengembalikan reputasi perusahaan juga bukan perkara yang sulit. Dan untuk yang terakhir, aku menjaminnya. Aku tidak akan mengganggu lain kali."

"Aku masih belum percaya jika persyaratan dalam perjanjian tersebut tidak tertulis di atas kertas."

"Aku sudah menyiapkannya."

Kakek Arya menyerahkan sebuah kertas HVS yang sudah bertuliskan persyaratan dalam perjanjian. Aku dan Arya membaca dengan seksama dan semuanya sudah seperti yang barusan kami bahas.

Arya mengambil pena yang ada di atas meja. Ia membuka penutup pena tersebut. Sebelum Arya menandatangani perjanjian tersebut, pintu di belakang kami sudah dibuka dengan keras lalu suara terdengar.

"Hentikan!"

Kami semua melihat ke arah sumber suara tersebut.

"Paman?"

"Raka?!"

Aku melongo tidak mempercayai pemandangan ini.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang