Part 15

9.7K 742 2
                                    

Hari ini adalah hari pertama aku bekerja sendiri sebagai sekretaris Arya. Aku merasa gugup karena tidak ada Mba Ayu yang menemaniku dan membantuku. 

Aku sudah datang satu jam sebelumnya dan sekarang sedang menunggu kedatangan Arya.

Tuk tukk

Terdengar suara langkah kaki mendekat. Sepertinya itu milik Arya. Aku segera bangun dari tempat dudukku. Tak lama Arya berjalan mendekat dan menyapaku, "Selamat pagi, Sekretaris Di."

Aku tersenyum formalitas kemudian menjawab sapaannya, "Selamat pagi, juga. Pak Arya." Setelah mengatakan itu aku melihat sesuatu yang Arya bawa di tangan bagian kirinya. Aku tidak tahu apa yang ia bawa karena itu sedikit terhalangi oleh tubuhnya. 

"Masuk ke ruanganku 10 menit kemudian." Saat Arya mengatakan itu aku segera mengalihkan pandanganku dan segera menatapnya. Aku mengangguk seraya berkata, "Baik, Pak Arya."

Arya kemudian masuk ke dalam ruangannya. Aku segera menuju ruangan semacam dapur di lantai ini untuk membuat kopi panas. Setelah selesai aku membawa kopi tersebut keluar dan lalu mengambil laporan kegiatan dari atas mejaku yang tadi sudah aku rapikan. Aku membawanya masuk ke ruangan Arya setelah sebelumnya mengetuk pintu dan Arya memintaku masuk. 

Arya sekarang tengah duduk di sofa. Di depan sofa ada meja dan di atasnya ada dua tupperware yang di tumpuk. Di sampingnya ada air mineral dalam botol. 

Aku mendekat ke Arah Arya dan menaruh cangkir kopi panas di meja hadapannya. Saat aku akan membuka buku laporan Arya segera menahanku, "Tunggu, Sekretaris Di."

"Iya, Pak Arya?" Aku bertanya kebingungan.

"Laporannya bisa nanti. Kita makan dulu."katanya

"Pak Arya saja yang makan. Kalau begitu saya keluar dulu. Nanti saya kembali ke sini." Setelah mengatakan itu aku berbalik menuju pintu namun saat akan membuka pintu, Arya menahanku. "Sekretaris Di, saya tidak menyuruh kamu untuk keluar tapi untuk makan bersama saya." Saat Arya mengatakan itu nafasnya yang mengenai telingaku membuatku sedikit merinding. Aku segera bergeser ke samping dan berbalik melihatnya.

"Pak Arya saja yang makan." Kataku

"Kenapa? Kamu sudah makan?" Tanya Arya

Kenapa Arya peduli aku sudah makan atau belum? Itu bukanlah urusannya.

"Belum. Saya tidak biasa sarapan." Jawabku

"Tidak baik untuk melewatkan sarapan. Ayo makan." Ajak Arya sembari menarik tanganku mendekat ke sofa kemudian mendudukkanku di sofa.

Saat sebelum aku berkata Arya bicara terlebih dahulu. "Jangan menolak. Setidaknya temani aku makan. Kamu tahu makan sendirian itu tidaklah enak."

Mendengar itu aku mengalah. Arya kemudian memberikan satu kotak kepadaku dan untuknya. Aku kemudian membuka kotak makanan yang berisi bubur ayam. Saat satu suapan bubur masuk ke dalam mulutku rasa nasi yang lumer segera menyapa. Buburnya sangatlah enak dan tanpa sadar aku tersenyum. 

Saat aku melihat Arya ia tersenyum. Aku segera kembali menatap bubur dan memakannya hingga habis. Setelah selesai makan aku minum kemudian mengucapkan ini, "Terima kasih untuk makanannya."

Saat akan hendak berdiri Arya berkata,"Mungkin ini bukan waktu yang pas atau tepat. Aku selalu banyak melewatkan kesempatan untuk mengatakan hal ini karena berbagai macam hal. Aku hanya ingin mengatakan ini. Aku merasa bersalah atas perbuatanku dulu. Saat itu aku masih terlalu muda, aku terlalu memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan apa akibat yang setelahnya ditimbulkan. Aku tidak ingin beralasan aku masih muda, tetapi nyatanya memang itulah perbuatan yang telah aku lakukan. Aku minta maaf karena telah menyakitimu karena itu. Dan aku ingin mengatakan satu hal lagi,"

Arya diam sebentar kemudian dia melanjutkan, "Sepertinya aku tidak pantas mengatakan ini, namun aku ingin memberitahumu kalau aku mencintaimu."

Aku terdiam mendengar itu, namun tidak dengan jantungku yang berdegup begitu kencang. Aku menelan ludah kemudian bernafas menenangkan hatiku. Saat aku akan membuka mulutku untuk berbicara Arya terlebih dahulu berkata, "Kamu tidak perlu membalas atas menjawab perasaanku. Aku hanya ingin kamu tahu saja. Itu sudah cukup."

Mendengar itu, kalimat yang sempat akan terlontar kembali tertelan bersama ludahku. 

Sekarang Arya berdiri dari tempat duduknya lalu berkata, "Hari ini kamu tidak perlu untuk melaporkan kegiatan saya hari ini. Laporannya kamu taruh saja di meja saya. Satu hal lagi, saya ada pertemuan saat jam makan siang di luar."

"Apa saya perlu ikut?" Tanyaku

"Tidak perlu. Ini hanya pertemuan dengan teman saya saja."

"Baik. Kalau begitu saya kembali ke meja kerja saya." Setelah itu aku keluar dari ruangan Arya.

Saat sebelum jam makan siang Arya pamit untuk pergi. Setelah itu aku merasa lega karena sepanjang tadi bekerja aku memikirkan perkataan Arya.

Dalam diriku aku masih merasa marah dan kesal akibat perbuatan yang Arya dulu lakukan kepadaku. Namun entah kenapa jantungku ini malah berdegup dengan kencang saat Arya bilang mencintaiku. 

Ada sesuatu dalam hatiku yang merasa kalau aku tidak membalas perasaan Arya. Aku akan merasa kehilangan.

Tidak!

Ini tidak boleh terjadi. Bagaimana pun Arya dulu telah menyakitiku. Itu tidak akan menutup kemungkinan di masa depan ia akan berbuat hal yang sama. Terkadang manusia sulit untuk berubah. 

Iya. Tidak seharusnya aku berpikiran seperti itu. 

Lebih baik aku melupakan saja perkataanya.

To Be Continued

[BL] Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang