Di pagi akhir pekan, aku dengan terburu-buru pergi menuju apartemen milik Arya.
"Ada apa Dimas? Kenapa kamu tiba-tiba ingin bertemu denganku sampai rela jauh-jauh kesini. Padahal aku bisa saja datang menemuimu."
Arya bertanya saat ia baru saja turun menuju lobi apartemen yang ada di lantai bawah. Aku sudah menunggunya sekitar 5 menit yang lalu.
"Bisa kita bicara di taman yang ada di sana?" Tanyaku sambil menunjuk ke taman yang berada di sisi kanan apartemen.
"Kenapa kita tidak berbicara di dalam saja?" Tanya Arya.
"Aku ingin di luar saja."
"Baiklah."
Kami berdua berjalan bersama menuju salah satu kursi yang ada di taman tersebut. Di pagi hari ini, tidak begitu ada banyak orang yang berada di taman. Selain itu aku hanya ingin merasakan udara pagi.
"Maaf karena aku menghindarimu seminggu yang lalu. Seharusnya aku memberimu kesempatan untuk menjelaskannya." Aku langsung meminta maaf kepada Arya setelah kami berdua duduk saling berdampingan.
Arya sedikit terkejut, lalu berbicara, " Aku mengerti, aku juga sudah bersalah karena tidak menjelaskan semuanya. Kamu pasti mendengar semuanya dari Raka, bukan?"
"Iya, benar. Malam kemarin aku mendengar semuanya dari Raka."
Semalam Raka menceritakan semuanya kepadaku. Alasan dibalik mereka berbohong kepadaku ternyata itu adalah ide dari Raka.
Saat Raka pindah ke sekolah tempatku bersekolah, Raka bertemu denganku yang ternyata adalah orang yang sering Arya ceritakan kepadanya. Raka pun mengusulkan untuk menjadi temanku kepada Arya dan berjanji untuk menjaganya.
Namun Arya menolak hal tersebut. Arya tidak ingin aku merasa dipermainkan oleh dirinya. Arya juga takut kalau itu akan semakin membuatku membencinya.
Raka bilang ia tidak akan menceritakan kalau dia dan Arya adalah keluarga. Dengan begitu aku tidak akan merasa tidak nyaman berteman dengan Raka.
Setelah itu Raka selalu memberitahu kabarku kepada Arya tanpa Arya minta. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, Raka mulai jarang memberitahu Arya tentangku.
Hingga akhirnya Arya pulang kembali ke tanah air, Raka memiliki ide untuk mempertemukan Arya dan aku di reuni sekolah tanpa aku dan Arya ketahui. Raka ingin Arya dan aku bisa bersama.
Raka tahu kalau Arya sangat menyesali perbuatannya di masa lalu. Dan Raka juga tahu kalau Arya sangat mencintaiku. Maka dirinya berinisiatif mempertemukan kami berdua.
Raka melakukan itu semua karena ia sudah banyak dibantu oleh Arya dan ayahnya. Raka merasa berhutang banyak kepada mereka berdua. Dan ia mencoba membantu hubungan kami berdua.
Terakhir Raka meminta maaf kepadaku karena telah bertindak semaunya tanpa berfikir tentang perasaanku. Dia juga memperbolehkanku untuk terus marah kepadanya.
Aku memang marah karena dia bertindak semaunya. Namun itu semua sudah terlanjur. Terlebih aku dan Arya sukses menjadi sepasang kekasih berkat bantuan dari Raka.
Di satu sisi mungkin Raka memang berbuat seperti itu dan membuatku sakit hati. Namun di sisi lain, aku akhirnya bisa bersama dengan orang yang aku sayangi.
"Aku tidak menyangka Raka berbuat seperti itu agar kita berdua bisa bersama lagi." Kataku
"Iya, Paman memang punya caranya sendiri." Jawab Arya.
"Jadi, kamu sudah tidak marah kepadaku lagi kan?" Tanya Arya menambahkan.
Aku menggelengkan kepala dengan pelan sambil berkata, "Tentu saja, tidak."
Aku sekarang jauh merasa lebih lega. Saat aku hendak berdiri dari kursi taman, tubuhku terasa lemas dan tidak lama kesadaranku menghilang.
***
Hidungku mencium aroma obat dari daerah sekitar. Saat mataku perlahan terbuka, aku melihat Arya yang tengah duduk di sampingku.
"Dimas kamu sudah bangun. Bagaimana keadaanmu?"
Setelah kesadaranku sudah sepenuhnya, aku mencoba untuk bangun dan bersandar ke sisi kepala ranjang. Arya dengan cepat berdiri dan membantuku untuk bersandar.
"Mengapa aku ada disini?"
Tanyaku yang bingung melihat keadaan sekitar. Aku seperti tengah berada di salah satu ruangan rumah sakit. Terlebih bau obat yang aku cium tadi menguatkan asumsiku.
"Tadi pagi kamu tiba-tiba pingsan saat kita tengah berbicara di taman." Arya menjawab.
"Aku akan panggilkan dokter, kamu tunggu di sini sebentar." Setelah mengatakan hal tersebut Arya keluar dari kamar rumah sakit.
Tidak menunggu lama Arya dan seorang dokter pria datang bersama satu orang suster perempuan di belakangnya.
"Bagaimana keadaan anda?" Tanya Dokter tersebut.
"Saya merasa lelah serta pusing. Saya juga masih sedikit merasa mengantuk." Jawabku.
Dokter kemudian memintaku untuk kembali berbaring. Ia meminta izin sebelum ia menyentuh perutku. Ia seperti sedang mengecek sesuatu di dalam perutku.
Selanjutnya ia kembali bertanya apa akhir-akhir ini aku sering mengalami muntah dan ingin makan suatu makanan dengan tiba-tiba.
"Iya, saya mengalami itu."
Setelah mendengar jawabanku, Dokter kembali berbicara. "Pak Arya, kekasih anda sepertinya sudah mengalami stres dan kelelahan yang cukup berkepanjangan. Dan itu membuat tubuhnya lebih rentan dan sensitif. Hal itu juga membuat ia pingsan tiba-tiba. Selain itu, kekasih anda juga tengah mengalami masa awal kehamilan. Namun untuk memastikannya benar atau tidaknya perlu pengecekan lebih lanjut."
"... hamil?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Catch Me If You Can
Romansa[ End ] Aku, Dimas Herdian, saat di akhir makan malam bersama Arya Baskoro aku mengatakan kepadanya agar kami tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin berurusan dengan orang yang membully-ku sewaktu SMA dulu. Namun sehari kemudian aku malah kembal...