Part 50

3.9K 278 0
                                    

Saat aku dan Arya baru tiba di kantor perusahaan, kakak Arya, Arini, sedang menunggu di kursi tunggu di lobi perusahaan. Kami berdua yang melihat itu segera mendekat kerahanya.

Arya segera bertanya, "Ada apa kak, tiba-tiba datang ke sini tanpa memberitahuku?" 

Arini yang melihat kami segera berdiri, "Apa benar kamu kemarin datang ke rumah kakek?" 

"Iya, benar kak. Kak Arini kenapa bisa tahu?" Arya sedikit kebingungan.

Arini menghela nafas lalu menjawab, "Semalam Paman dan Bibi bertanya kepadaku. Mereka bertanya apa alasan kamu datang ke rumah kakek. Aku juga tidak tahu bagaimana mereka bisa tahu." 

Arya menanggapi penjelasan Arini dengan kembali bertanya, "Lalu kakak menjawab apa kepada mereka?"

"Kakak hanya bilang tidak tahu. Jadi, apa yang membuatmu akhirnya datang ke rumah kakek?"

"Sebaiknya kita berbicara di atas saja." Kata Arya saat melihat situasi dengan melirik ke kiri dan ke kanan. Para karyawan yang baru datang sedang melihat ke arah kami.

Arini yang menyadari itu segera mengangguk dan ikut bersama kami berdua naik ke lantai atas dimana kantor Arya berada.

"Apa?!"

Itu adalah reaksi yang keluar dari Arini yang begitu terkejut setelah mendengar cerita pertama saat kakek Arya beserta sekretarisnya masuk ke dalam apartemen Arya.

"Kenapa kakek bisa mengancam seperti itu?" Tanya Arini.

"Ia ingin aku menjadi penerus perusahaanya." Kata Arya dengan pelan namun masih bisa terdengar.

"Astaga. Aku lebih terkejut lagi. Kenapa kakek ingin menyerahkan jabatannya kepadamu? Apalagi ini sangat tiba-tiba."

"Aku juga tidak tahu itu, ia bilang tidak ada alasan. Bukankah itu terdengar ajanggal?" Arya masih keheranan dengan permintaan kakeknya.

"Kamu benar. Tidak mungkin kakek menjadikanmu sebagai pewarisnya tanpa suatu alasan. Pasti ada udang di balik batu." Jawab Arini

Arya menghela nafas kemudian melanjutkan, "Padahal ada Paman dan Bibi yang jauh lebih berpengalaman dariku. Tapi kenapa harus aku?"

"Iya, Paman dan Bibi begitu ingin mendapatkan posisi kakek, pasti mereka tidak akan lama segera menemuimu."

Kalimat terakhir Arini ternyata benar adanya, tidak berlangsung lama setelah kepergian kakak Arini. Paman Arya yang menjawab sebagai direktur di anak perusahaan milik Kakek Arya datang ke kantor. 

"Apa maksud kedatangan Paman ke kantorku?" Arya bertanya dengan nada dingin menatap pamannya yang duduk di seberang kursi sofa. 

Paman Arya yang memakai kacamata, membetulkan kacamatanya supaya kembali ke tempat semula. Kemudian dengan mengangkat salah satu kakinya, ia menjawab, "Apa Ayah memintamu untuk menjadi pewaris sahnya?"

Arya yang mendengar itu mendengus, aku juga sudah menduga dengan hal tersebut. 

"Bagaimana Paman bisa tahu? Padahal paman tidak ada di sana."

Paman Arya sedikit gelagapan akibat pertanyaan tersebut namun segera bersikap seperti semula, "Itu tidaklah penting darimana aku tahu. Aku hanya ingin bertanya, apa kamu akan menerima jadi pewaris sahnya?"

"Aku belum memutuskan untuk menjadi pewaris sah atau tidak. Lagi pula Paman tidak perlu tahu kan."

Paman Arya menyeringai mendengar hal tersebut kemudian menanggapinya, "Jangan terima penawaran tersebut."

Mendengar nada peringatan tersebut Arya segera berkata, "Apa untungnya bagiku jika tidak menerima penawaran tersebut. Jika kamu memintaku sesuatu sudah sepantasnya kamu memberiku sesuatu. Benar kan, Paman?"

"Aku akan mempertahankan posisimu di perusahaan ini dengan meminta pemilik saham kedua untuk tidak menjualnya. Bagaimana menurutmu?" 

Arya mengangguk dengan perlahan lalu menjawab, "Apa paman tidak bisa untuk sekalian membelinya? Aku rasa itu jauh lebih baik."

Paman Arya terdiam untuk sementara waktu, memikirkan keputusan yang akan ia ambil.

"Paman tahu kan, menjadi pewaris sah jauh lebih menguntungkan dibandingkan membeli saham perusahaan ini? Lalu aku juga enggan menjadi pewaris kakek. Bagaimana? Itu sangat beruntung untuk kita berdua kan?"

Penjelasan Arya membuat Paman Arya segera memberi keputusan, "Kamu benar. Aku akan membeli saham perusahaan ini dan kamu tidak akan menerima penawaran kakek."

"Setuju."

Akan tetapi itu semua tidak semudah yang di rencanakan. Tiga hari kemudian Paman Arya menghubungi Arya dan mengatakan bahwa ia tidak bisa membeli saham PS Entertainment.

Itu bukan karena ia tidak memiliki dana. Namun pemilik saham tersebut enggan menjualnya. Walaupun Paman Arya sangat bersikeras pun, pemilik saham masih tidak mau. Saat paman Arya bertanya mengapa saham tersebut enggan dijual, lagi, kakek adalah dalang dibaliknya.

Selain itu, ternyata kakek Arya juga mengancam pamannya. Paman Arya diancam kakeknya akan didepak dari jabatannya sebagai direktur di anak perusahaan miliknya. Tidak hanya itu, semua aset pun bisa kakek Arya sita dengan cepat. Diancam hal tersebut tentu saja membuat paman Arya ketakutan dan akhirnya pasrah dengan keputusan dari kakek.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang