Part 61 - END

8.9K 336 10
                                    

"Umur 12 tahun saat ibu pergi meninggalkanku, aku baru akan masuk ke sekolah menengah pertama. Pikiranku tidak bisa tenang dan terus menunggu ibu menyesali keputusannya dan kembali ke rumah. Namun hingga aku mulai masuk sekolah pun, ibu tidak pernah datang. 

Awal-awal masa sekolah menengah pertama, itu sangat sulit untukku. Tidak hanya marah dan kesepian karena ibu tidak ada. Aku juga kesal kepada Ayahku karena tidak bisa tegas dengan keputusannya. Aku juga menendam rasa kesal kepada kakekku. 

Tapi dari itu semua, aku juga sangat menyalahkan diriku sendiri. Aku menyalahkan diriku sendiri karena tidak bisa membuat ibu untuk tetap tinggal, pun tidak bisa membuat ayah membuat keputusannya. Serta tidak bisa berbuat-buat apa-apa atas perlakuan kakekku. 

Aku begitu lemah saat itu. Aku merasa tidak punya kekuatan untuk membuat orang tersayang untuk tinggal di sampingku.

Akibat hal tersebut, aku menjadi orang yang sangat pendiam di masa sekolah pertama. 

Baru di tahun kedua aku mulai bisa beradaptasi dengan perasaanku dan keadaan yang aku alami. Aku sedikit demi sedikit berusaha melupakan kejadian tersebut. Aku mulai bisa berbaur dengan orang sebayaku dan bisa berteman dengan perlahan.

Di tahun itu juga aku pindah untuk tinggal bersama dengan kakak perempuanku di rumah ibu tiriku. 

Ayah memang dipaksa untuk menikah dengan ibu tiriku. Itu juga sebab ia tidak akan bisa bersama dengan ibuku. 

Walaupun ia ibu tiri, namun ia memperlakukanku dengan baik, layaknya anak kandungannya sendiri. Tapi di tahun ke tiga sekolah menengah pertama, ibu tiriku meninggal akibat sebuah penyakit kronis yang di deritanya. Sebelum ia meninggal, ia pernah meminta maaf kepadaku.

Kemudian setahun kemudian aku bertemu denganmu saat masa orientasi siswa. Saat kamu memanggilku dan memberikan gantungan kunci milikku, aku merasa dunia berhenti untuk sesaat. 

Setelah tahu kita ada di satu kelas yang sama, aku memutuskan untuk satu bangku denganmu agar aku bisa lebih dekat denganmu. Memang sebelum aku meminta kamu jadi teman sebangkuku, ada orang lain yang terlebih dahulu memintanya, aku menolak karena aku tahu mereka ada maksud lain. 

Aku senang kita semakin dekat setelah sebangku bersama juga berada di organisasi dan ekskul yang sama. Kita menjadi sangat sering menghabiskan waktu bersama. Tidak hanya itu, kita juga sering pulang bersama. 

Saat hubungan sebagai teman kita semakin dekat, aku merasakan ada hal aneh dalam diriku. Terkadang jantungku berdetak begitu kencang saat melihat senyummu yang menawan. 

Namun itu semua berubah dengan cepat saat kamu mengingkari janjimu karena permintaan seseorang. Itu ketika aku akan melakukan pertandingan bola basket. 

Di tengah permainan bola basket aku tidak bisa fokus dan selalu terbayang saat kamu bilang tidak akan datang. Hatiku begitu remuk. Aku seperti di buang. 

Aku berpikir, bagaimana bisa kamu mengingkari itu, padahal itu adalah janjimu sendiri. Jika kamu bisa mengingkari janji maka aku berpikir suatu hari nanti kamu akan pergi juga meninggalkanku demi orang lain. Seperti ibuku.

Maka saat liburan sekolah, aku mulai menyebarkan rumor bahwa kamu adalah beta pencontek.

Aku tahu, itu sangatlah tidak adil bagimu. Aku juga tahu perlakuanku tidak layak untuk dimaafkan. Aku terlalu muda dan tidak bisa berpikiran jernih saat itu. Pikiranku sudah tersulut emosi.

Dengan rumor tersebut tersebar, maka aku pikir semua orang tidak akan ada yang mau mendekatimu. Jadi, kamu hanya punya teman aku saja. Tidak ada orang lain. 

Namun, aku salah. Ternyata itu malah semakin buruk. Kamu menjadi sangat tersakiti oleh perlakuan bodohku. 

Aku sangat menyesali itu ketika kita semakin menjauh. Aku juga telah membuat pernyataan kalau kamu adalah beta pencontek tidaklah benar di group sekolah. Namun, ternyata semua orang tetap mempercayai rumor awal yang aku sebarkan. 

Sebelum kejadian itu selesai, kakek mulai memaksaku untuk sekolah di luar negeri. Awalnya aku enggan namun ternyata itu bukanlah pilihan dimana aku bisa menolaknya. Aku harus tetap pergi.

Aku tahu kamu mengejarku saat aku pergi dari sekolah, tapi aku tidak bisa untuk berbalik. Aku tidak berpamitan denganmu karena aku tidak akan tega melihat wajahmu yang menangis.

Setelah semua itu aku berjanji, saat kembali ke tanah air aku akan kembali bertemu denganmu dan membuatmu untuk jatuh cinta padaku dan itu berhasil saat Paman dengan sengaja mempertemukan kita di reuni sekolah. Aku juga tidak ingin menyakitimu seperti yang dulu sudah aku lakukan.

Dan itu berhasil, terlebih aku mendapat kebahagiaan lain dengan tambahan adanya anak yang sedang kamu kandung.

Tanpa mengulur waktu lebih lama, aku ingin mengatakan. Maukah kamu memberiku kesempatan untuk semakin membahagiakanmu dengan hidup bersamaku?" Arya berlutut sambil mengacungkan cincin yang entah kapan dia keluarkan.

Aku terkejut dengan kalimat terakhir dan adegan Arya melamar.  Namun aku segera menangguk dan menjawab, "Aku mau."

Arya memasang cincin tersebut di jari manisku dengan perlahan. 

"Yeaaay!" Arya berseru kegirangan sambil berdiri.

"Aku akan segera menjadi seorang suami serta ayah. Aku sangat bahagia saat ini, rasanya seperti orang yang paling bahagia di dunia ini." 

"Aku akan menikah dengan Dimas!" Arya berteriak ke arah lautan malam. Aku tersenyum bahagia melihat Arya seperti itu.

Tadi kami datang ke restoran yang terletak di sisi pantai. Awalnya aku berpikir mungkin Arya hanya ingin makan saja namun ia berniat untuk menceritakan semua serta melamarku. Aku terkejut sekaligus bahagia saat ini.

Kemudian ia memeluk tubuhku dan dengan cepat aku  diangkat ke atas. Kami berdua tersenyum bahagia sambil menatap mata masing-masing dengan lekat  kemudian wajah kami saling mendekat lalu bibir kami bertemu.

.
.
.

The End

.
.
.

Wahh… tak terasa ternyata cerita yang aku tulis 3 bulan lalu akhirnya selesai juga. Aku merasa sedih berpisah dengan pasangan Arya-Dimas.

Menurut kalian bagaimana dengan cerita yang sudah aku tulis? Apa kalian menyukainya? Aku harap begitu. Jika kalian berkenan, kalian bisa memberikan saran serta kritik terhadap cerita yang sudah aku tulis.

Aku meminta maaf bila melakukan kesalahan atau ada hal-hal dalam tulisanku yang tidak masuk akal. Itu semua dilakukan secara tidak sengaja. 

Aku juga sangat berterima kasih kepada kalian yang telah membaca sampai akhir. Kalian adalah orang-orang yang selalu mendukungku sampai akhir. Aku sangat mengapresiasi itu.

Terakhir, sampai bertemu di cerita lainnya❤😉

Love yall❤

Teh bibi😺

[BL] Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang