"Bisa tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?"
Aku bertanya kepada kedua orang lelaki yang ada di hadapanku.
"Aku minta maaf karena tidak pernah bilang kalau Raka adalah pamanku."
Arya menjawab sambil menunduk. Nadanya terdengar menyesal.
Aku bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Tadi sebelum Arya menandatangani surat perjanjian dengan kakeknya, tiba-tiba Raka datang dan mencoba menghentikan.
Setelah itu Raka buru-buru mengambil surat perjanjian yang ada di meja depan kami dan merobeknya di hadapan kami semua. Lalu ia berkata, "Aku akan menuruti keinginanmu dan menandatangani perjanjian tersebut. Jadi, tolong jangan ganggu mereka lagi atau melibatkan mereka dalam masalah kita."
Setelah itu kakek Arya terlihat tersenyum dengan mantap. Ia kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan menuju meja kerjanya, dia mengambil sesuatu dari laci meja kerjanya.
Ia menyerahkan sebuah kertas perjanjian kepada Raka. Raka dengan segera menandatangani surat perjanjian tersebut tanpa membaca isinya terlebih dahulu. Ia seolah tahu isi dari surat tersebut.
Kakek Arya kemudian meminta maaf kepada aku dan Arya karena telah melibatkan kami. Permintaan maaf tersebut tentunya atas dasar permintaan dari Raka sendiri. Walaupun ia meminta maaf, namun dia tidak terlihat menyesal sedikitpun atas semua tindakannya. Dan ia bilang tidak akan mengganggu kami semua lagi.
Kemudian kami bertiga keluar dari ruang kerja kakek Arya, dan sekarang kami berada di belakang rumah kakek Arya.
"Raka adalah Pamanmu? Tapi kita seumuran? Bagaimana bisa?"
Aku kembali bertanya karena masih sedikit bingung dengan situasi ini.
"Biar aku jelaskan."
Raka menjawab pertanyaanku. Aku melihat ke arahnya dan menunggu kelanjutannya.
"Aku memang benar adalah Paman Arya. Arya adalah keponakanku. Aku adalah anak terakhir dari Ayah. Nasibku dengan Arya hampir sama. Kami berdua lahir dari seorang ibu yang ditelantarkan oleh suaminya.
Dari awal Ayah memang ingin aku menjadi pewaris sahnya. Ayah melakukan itu karena ia merasa bersalah terhadap ibuku yang sudah meninggal. Ia merasa jika aku menjadi pewarisnya, kesalahan di masa lalu yang telah ia lakukan kepada ibu dan aku akan terbayarkan oleh hal tersebut. Namun aku menolaknya dengan mentah-mentah. Terlebih aku adalah seorang Beta. Aku merasa tidak pantas menjadi pimpinan dari perusahaan besar, karena sebagian besar petinggi adalah para Alpha.
Lalu selesai kuliah aku memutuskan untuk membuka sebuah kafe yang kamu sudah tahu. Sebagian besar modal kafe tersebut berasal dari ayah Arya, kakakku. Aku juga pergi dari rumah ini dan tinggal di rumah yang pernah kita tinggali. Rumah tersebut juga milik ayah Arya.
Saat tahu Ayah memaksa Arya menjadi pewarisnya dengan melakukan berbagai macam cara. Itu sebenarnya ditujukan untuk memperingatiku. Arya dan ayahnya adalah orang yang selalu membantuku."
Aku bingung harus berkata apa setelah mendengar hal semua itu.
"Arya, aku minta maaf, karena keegoisanku kamu dan ayahmu yang telah banyak membantuku harus merasakan kemalangan. Dimas, aku juga minta maaf karena telah membuatmu dalam kesulitan."
"Tidak apa-apa. Aku mengerti." Jawab Arya.
Aku kembali diam. Aku masih terkejut dengan situasi yang aku alami belakangan ini. Lalu aku lebih terkejut menemukan fakta yang cukup besar ini. Ada sedikit dalam bagian diriku yang tidak nyaman menerima semuanya.
"Jadi selama ini kalian membohongiku?"
Tanyaku dengan lirih. Mataku mulai terasa panas dan berair.
"Dimas, kami tidak bermaksud untuk membohongimu." Arya menjawab sambil memegang kedua tanganku. Aku segera melepaskannya dan mengalihkan pandanganku ke sisi lain.
"Iya, Dimas. Kami hanya belum menemukan waktu yang tepat untuk memberitahumu." Raka menambahkan.
Aku mendengus mendengar hal tersebut.
Jadi selama ini mereka kenal dekat. Aku seperti orang bodoh saya yang dibohongi oleh mereka. Mereka sepertinya sengaja memperlakukanku seperti ini.
"Raka kita sudah bersahabat lebih dari 8 tahun. Lalu Arya kita sudah menjadi kekasih. Kalian adalah orang yang aku sayangi dan percaya. Namun, kalian tega membohongiku. Aku seperti orang bodoh saja diantara kalian--"
"Dimas tunggu---"
"Jangan menghentikan pembicaraanku! Aku tahu mungkin ini hal kecil dan bukan hal penting bagi kalian berdua. Tapi bagiku itu sangat penting. Setelah Arya pergi aku mencoba melupakannya dengan berteman denganmu Raka. Tapi ternyata kalian adalah keluarga dekat. Aku juga sampai tinggal di rumah yang ternyata itu milik Arya. Saat pertama kita bertemu di tempat reuni mengapa kamu bersikap seperti tidak mengenalnya!"
Sekarang air mataku telah turun dari kedua mataku dengan cukup deras. Aku sangat kesal dan marah kepada mereka berdua.
"Dimas biar aku jelas---."
"Aku tidak butuh penjelasan kalian." Aku menghentikan kalimat Arya.
"Oh… aku paham. Sepertinya ini semua rencana dari Arya. Benarkan? Arya kamu sengaja mengejekku dengan melakukan hal tersebut. Mungkin sebenarnya kamu tidak pernah mencintaiku. Dan bodohnya aku malah kembali jatuh cinta padamu!"
"Tidak Dimas. Aku benar-benar tulus mencintaimu."
"Aku pergi, dan jangan ikuti aku!"
*(a/n: gaiss ceritanya ga lama lagi selesai😭🙇)
.
.
.
.
..
.
.
.
.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Catch Me If You Can
Romance[ End ] Aku, Dimas Herdian, saat di akhir makan malam bersama Arya Baskoro aku mengatakan kepadanya agar kami tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin berurusan dengan orang yang membully-ku sewaktu SMA dulu. Namun sehari kemudian aku malah kembal...