WARNING!!! Content NSFW!
Bila kalian kurang suka bagian ini silahkan di skip. Tapi bagi kalian yang tetap mau baca part ini, mungkin kalian akan merasa kurang nyaman dengan pembawaan yang aku tulis.
Mohon dimaafkan karena masih banyak kekurangan🙇.
Aku masih harus banyak belajar lagi.
.
.
.
Happy reading❤
.
.
."Dimas…"
"Dimas…"
Aku perlahan membuka mataku mendengar suara yang aku kenal memanggilku. Saat mataku dengan jelas melihat di atasku ada wajah Arya. Tanpa sadar aku segera memeluk Arya dan kemudian kembali terisak menangis.
Arya kemudian membalas pelukanku, ia mengusap punggungku dengan lembut sambil berkata, "Aku ada disini. Aku tidak akan pergi."
Mendengar itu semakin membuatku mengeratkan pelukanku.
Mungkin sekitar 15 menit atau lebih aku menangis hingga akhirnya aku berhenti menangis. Sekarang Arya melepaskan pelukannya dan menatap mataku.
Ia menatapku dengan lembut. Ia menatapku layaknya orang yang paling ia cintai. Telapak tangannya kemudian mengusap pipiku dengan lembut kemudian jari jempolnya memegang mata kiriku, aku menutup mata dan merasakan jari jempol Arya mengusap air mata yang tersisa di mata kiriku.
Setelah itu aku membuka mataku dan Arya mendekatkan dahi kami. Sekarang dengan jarak sedekat ini jantungku berdegup dengan kencang, dan mungkin saja Arya mendengarnya.
Aku mencium aroma feromon milik Arya. Dan dengan cepat memabukkanku. Tadinya tubuhku yang terasa tenang sekarang terasa panas. Arya yang melihat reaksiku kemudian terkejut.
"Kenapa bisa?" Tanya Arya kebingungan.
Aku mendekatkan tubuhku ke arah Arya dan duduk di pangkuannya.
"Dimas, kamu tidak bisa seperti ini. Aku tidak akan bisa menahannya lagi. Nanti kamu akan menyesalinya" Kata Arya dengan gelisah mencoba menjauhkan tubuhku. Namun dengan sigap aku memeluknya dengan erat sambil berbicara di dekat telinganya dengan sensual. "Tenang, aku tidak akan menyesali apapun. Kamu tidak perlu menahannya."
Dengan cepat feromon Arya keluar sangat banyak. Paru-paruku terkejut mencium aroma Arya yang memabukan itu. Kepalaku semakin pening.
Arya kemudian membaringkan tubuhku diatas ranjang. Ia menahan kedua tanganku di samping tubungku. Arya sekarang persis berada di atasku dan menatapku dengan buas.
Aku layaknya buruan Arya.
Namun aku tidak takut dan semakin merasa senang.
Arya meraup bibirku dengan cepat, ia kemudian menjelajahi mulutku kemudian mengaitkan kedua lidah kami. Setelah itu ia menghisapnya dengan kuat.
Setelah itu ia melepaskan ciuman kami yang sambil saling menatap satu sama lain.
"Ini pertama kalinya untukmu bukan?" Tanya Arya
Aku hanya mengangguk.
Arya yang melihat itu tersenyum bahagia kemudian berkata, "Berjanjilah besok pagi kamu tidak akan menyesalinya dan menghindariku."
"Cepatlah" kataku
Setelah itu Arya dengan lembut mencium dahiku, lalu turun ke mataku dan ke hidungku. Selanjutnya ia mencium pipiku dan menggigit daguku. "Ah" erangku
Arya kemudian menjilat leherku,"Ah…". Setelah itu ia mengigit leherku "Ha…."
Selanjutnya satu tangan Arya memegang dadaku, lalu ia melepaskan kancing kemeja putih yang aku pakai.
"Tubuhmu sangat indah."kata Arya setelah melepaskan kemeja dan menatap lama tubuhku.
Sebelum aku membalasnya ia melepaskan gesper celana miliku lalu melepas celana yang aku pakai juga.
Arya sekarang menunduk dan menjilat titik sensitif yang ada di bagian dadaku. Ia dengan lihai menjilat bagian tersebut. "Haaaah."
"Ahhh!" Erangan kembali keluar saat Arya mengigit bagian tersebut. Sekarang salah satu tangan Arya memegang perutku perlahan menuju bagian bawahku. "Haaa"
Saat tangannya mencapai bagian bawah dan satu jarinya dimasukan kedalam diriku, aku tersentak karena terkejut.
"Tenanglah, Dimas. Aku akan melakukannya perlahan agar kamu tidak sakit." Kata Arya menenangkanku karena aku memegangnya dengan erat.
Arya kemudian kembali memasukan jari tersebut perlahan. Awalnya aku merasa aneh dengan hal tersebut. Bagian bawahku terasa tidak nyaman.
"Arya, itu terasa aneh," kataku
"Bersabarlah, kamu hanya perlu beradaptasi terlebih dahulu," jawab Arya
Setelah beberapa saat aku mulai terbiasa. Arya pun yang menyadari itu pun menambahkan satu jari lagi. Sekarang itu tidaklah cukup sulit seperti saat pertama tadi.
Arya terus mendorong masuk dan menarik jarinya, "Haaah". Bagian bawahku terasa begitu basah. Hingga jari Arya dengan mudah keluar masuk.
Arya pun kembali menambahkan satu jarinya. Saat aku melihat Arya, aku terkagum dengan dirinya yang begitu sabar. Aku melihat bagian milik Arya di balik celananya. Miliknya sudah berdiri sejak tadi.
"Eh.." aku terkejut saat Arya membuka kedua kakiku dan ia setengah berdiri dengan lututnya di tengah kakiku.
"Aku sudah tidak bisa menahannya."kata Arya. Aku balas mengangguk. Arya yang melihat itu segera membuka resleting celananya dan mengeluarkan miliknya.
"Astaga! Itu terlalu besar!" Aku terkejut melihat senjata milik Arya yang tengah berdiri dengan gagah di hadapanku.
"Terima kasih untuk pujiannya."kata Arya menyeringai.
Aku menelan ludahku.
"A-aku t-tidak yakin itu akan muat." Kataku. Mana mungkin ukuran tersebut bisa masuk? Aku meragukannya.
"Tentu saja muat." Kata Arya yang sekarang memasukan senjatanya secara perlahan.
"Huppp!" Senjata itu terasa keras dan mencoba masuk ke dalam diriku. "Sakit!".
"Tahanlah. Aku akan bergerak dengan perlahan."kata Arya.
Arya memang memasukkannya dengan perlahan, aku pun memegang pundak milik Arya menahan kesakitan yang luar biasa ini.
"Hahh." Aku merasakan milik Arya telah masuk sepenuhnya. Saat aku akan mengatakan kepada Arya untuk diam sebentar Arya terlebih dahuku meneraik keluar dan masuk ke dalam dengan cepat.
"Hahhhh"
"Emmm"
"Sangat sempit" kata Arya namun ia terus menarik dan mendorong tanpa henti.
Pinggangnya tak henti-hentinya bergerak. Dan sekarang Arya melihat diriku yang menangis akibat rasa sakit saat awal tadi.
Arya menjilat air mataku kemudian ia meraup bibirku.
"Ahhhh"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Catch Me If You Can
Romance[ End ] Aku, Dimas Herdian, saat di akhir makan malam bersama Arya Baskoro aku mengatakan kepadanya agar kami tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin berurusan dengan orang yang membully-ku sewaktu SMA dulu. Namun sehari kemudian aku malah kembal...