"Arya bagaimana kabarmu?" Tanya wanita tersebut.
"Aku baik-baik saja." Jawab Arya terdengar lirih.
"Sejak kapan kamu kembali ke negara kita? Kenapa kamu tidak memberitahu ibu bahwa kamu sudah pulang." Tanya wanita tersebut dengan nada sedih. Ia semakin mendekat ke arah Arya layaknya ingin memeluk Arya. Namun Arya dengan segera melangkah mundur ke belakang. Segera wajah wanita yang Arya katakan adalah Ibunya menunduk sedih.
"Aku sudah pulang cukup lama. Aku tidak memberitahumu karena aku sangat sibuk." Jawab Arya sedikit terdengar dingin.
"Seharusnya kamu memberitahu Ibu. Karena Ayahmu tidak akan memberitahu Ibu. Ibu sangat merindukanmu. Kita sudah belasan tahun tidak bertemu." Kata Ibu Arya.
"Maaf kita bicara sampai sini dulu. Aku sudah lelah." Kata Arya sambil melihat ke arah lain.
"Ibu minta maaf karena tidak sadar. Ibu hanya senang bertemu secara tidak sengaja dengan anak ibu. Bagaimana kalau besok kita makan bersama? Apa kamu bisa?" Tanya Ibu Arya penuh harap.
"Entahlah… aku tidak tahu."
"Bisakah kamu meluangkan waktumu besok demi Ibu. Apa itu berat permintaan dari seorang ibu kepada anaknya?" Tanya Ibu Arya memohon.
Arya terlihat mengepalkan kedua tangannya wajahnya pun terlihat menahan sesuatu namun ia segera menjawab, "Baiklah. Aku akan meluangkan waktu untukmu."
"Terima kasih. Besok siang kita bertemu di lobi hotel ini. Ibu akan menunggu kamu." Kata Ibu Arya kemudian tersenyum bahagia.
"Ibu pergi dulu. Sampai jumpa lagi." Kemudian Ibu Arya pergi dari hadapan kami. Namun Arya terdiam di tempatnya untuk beberapa saat.
Itu adalah kejadian semalam yang terjadi saat pertemuan tidak disengaja dengan Ibu Arya. Dan sekarang waktu sudah menunjukan pukul 1 siang. Namun Arya belum keluar dari kamarnya sejak tadi pagi.
Setelah insiden semalam Arya tidak berbicara sedikit pun. Saat kami naik ke lantai atas tempat kamar hotel kita berada pun Arya terlihat murung.
Sepertinya ia memiliki sesuatu masalah dengan ibunya, hingga mereka tidak bertemu sampai belasan tahun. Aku ingin tahu sebenarnya apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka. Namun aku menahan itu semua, aku tidak boleh memaksakan kehendakku. Aku hanya akan kembali menunggu Arya mengatakan itu semua.
Aku merasa sangat khawatir kepada Arya, semenjak pagi ia tidak makan. Aku sudah menelponnya beberapa kali namun ia bilang ia akan makan nanti saja.
Tapi karena jadwal bertemu dengan Ibu Arya sebentar lagi, maka aku mencoba menekan bel pintu kamar hotel yang Arya tempati.
Setelah dibunyikan sebanyak tiga kali akhirnya Arya membuka pintu tersebut. "Ada apa Dimas?" Tanya Arya.
Arya terlihat kurang tidur. Wajahnya terlihat lesu dan matanya terlihat lelah. Aku khawatir melihat kondisi Arya yang seperti ini. "Kamu baik-baik saja kan? Kamu tidak sakit kan?" Tanyaku memastikan.
"Aku baik-baik saja Dimas." Jawab Arya kemudian berusaha tersenyum.
"Sebentar lagi kamu ada janji bertemu dengan Ibumu. Apa kamu ingin tetap pergi atau tinggal di kamar hotel?" Tanyaku.
"Mengapa kamu tidak bertanya tentang Ibuku? Aku tahu kamu pasti sangat penasaran dengan hubungan kami hingga kami tidak bertemu sampai belasan tahun."
Untuk sementara aku terdiam dengan pertanyaan Arya yang tidak terduga tersebut namun setelah itu aku bisa menjawabnya, "Tentu saja aku penasaran. Aku sangat ingin tahu tentang keluargamu. Apalagi kita sudah berpacaran. Namun, aku tahu. Aku tidak boleh memaksamu menceritakan semuanya sesuka hatiku. Aku harus menghormati keputusanmu yang belum menceritakan semuanya. Karena aku tahu, di lain waktu kamu mungkin akan menceritakan semuanya padaku."
Arya tiba-tiba mendekat ke arahku kemudian kedua tangannya melingkar di antara pinggangku setelah itu kepalanya bersandar di bahuku. Segera aku membalas pelukan Arya.
"Terima kasih Dimas karena sudah mengerti. Aku sangat beruntung memilikimu dan mencintaimu." Kata Arya.
"Aku juga sangat mencintaimu. Jadi, kamu mau tetap tinggal di kamar hotel atau bertemu Ibumu? Aku tidak memaksamu untuk pergi ataupun tinggal di sini. Itu semua keputusanmu." Tanyaku lagi.
"Aku akan pergi. Tapi aku sangat menyesal karena kita tidak jadi kencan di luar sesuai rencana semalam." Kata Arya setelah melepaskan pelukan kami dan menatapku dengan erat.
"Tidak apa-apa. Rencana kita bisa dilakukan di lain waktu. Aku tidak masalah juga kalau kita kencan di kafe." Jawabku.
"Kalau begitu kita dan Ibuku pergi ke kafe saja, bagaimana menurutmu?" Tanya Arya.
"Eh… kenapa aku harus ikut? Itu seharusnya pertemuan di antara kalian berdua saja. Aku seharusnya tidak mengganggu kalian." Jawabku
"Itu tidak akan mengganggu. Kamu adalah kekasihku."
Arya sekarang terlihat lebih ceria dari sebelumnya. Aku senang melihat itu. Semoga pertemuan kami nanti pun bisa berjalan dengan lancar.
Aku kembali merasakan gugup karena akan bertemu dengan keluarga Arya. Selain itu semalam kami tidak sempat untuk saling memperkenalkan diri.
"Baiklah, aku akan ikut."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Catch Me If You Can
Romansa[ End ] Aku, Dimas Herdian, saat di akhir makan malam bersama Arya Baskoro aku mengatakan kepadanya agar kami tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin berurusan dengan orang yang membully-ku sewaktu SMA dulu. Namun sehari kemudian aku malah kembal...