Aku sebenarnya ingin tahu. Aku bertingkah aneh belakangan ini. Maksudku, aku bukan bertingkah layaknya orang gila, namun ketika aku sedang berada atau tidak berada di samping Arya. Aku akan terus memikirkannya.
Seperti saat aku tengah makan bersama nenek, tiba-tiba pikiranku menuju Arya. Dalam pikiranku aku bertanya apakah Arya sudah makan atau belum. Atau apa yang sudah dia makan.
Selain itu saat sebelum tidur aku juga memikirkan Arya. Aku memikirkan Arya sudah tidur atau belum. Jika ia belum tidur aku buru-buru membuka ponsel dan mengecek ruang pesan, apakah Arya mengirim pesan kepadaku atau tidak.
Terkadang aku malah menunggu pesan darinya. Lalu aku memikirkan kenapa Arya tidak mengirimkan aku pesan sama sekali.
Ini benar-benar aneh.
Belum terlalu lama, aku masih tidak terbiasa dengan perasaan dan perilaku ini. Ini seperti sesuatu hal yang baru. Aku belum pernah merasakan perasaan ini sebelumnya.
Tit tit
Aku tersadar dari lamunanku ini oleh suara dari jam. Seharusnya aku fokus kerja dan bukannya melamun tidak jelas. Itu karena perasaan aneh ini.
Aku mengecek jam dan waktu sudah menunjukan pukul 6 sore. Saat jam makan malam nanti Arya akan ada pertemuan di sebuah restoran hotel. Aku harus segera mengingatkan Arya lagi.
Aku bangkit dari tempat dudukku lalu berjalan mendekat ke pintu ruangan Arya. Lalu mengetuk pintu di depanku.
"Masuk."
Mendengar suara dari dalam aku membuka pintu lalu masuk ke dalam.
Hari ini Arya terlihat sangat berantakan. Rambutnya tidak tertata rapi seperti saat ia berangkat kerja. Begitu pula dengan dasinya yang terlihat longgar serta kedua lengan kemeja yang digulung sampai ke siku.
"Sekretaris Di, kamu pulang duluan saja. Saya masih memiliki beberapa pekerjaan yang harus saya selesaikan." Kata Arya.
"Tidak Pak Arya. Saya ingin mengingatkan, malam hari ini Pak Arya ada jadwal makan malam di restoran xxx dengan Produser Konser Kstaria." Jawabku
"Benarkah? Saya hampir lupa. Untung saja kamu memberitahu saya."
"Itu sudah menjadi tugas saya."
Arya melihat jam tangan yang berada di tangan kirinya lalu berkata, "Waktu kita tidak banyak. Apalagi jam pulang biasanya macet. Kita pergi sekarang."
Setelah itu Arya terburu-buru membereskan barang-barangnya. Lalu bergegas memakai jasnya setelah gulungan lengan kemejanya ia lepas.
"Ayo." Kata Arya.
"Tunggu, Pak Arya." Kataku menghentikannya.
"Ada apa Sekretaris Di?"tanya Arya
Aku mendekat selangkah ke arah Arya lalu berkata, "Dasi Pak Arya longgar. Biar saya merapikannya dulu."
"Oke, silahkan."
Aku pun mendekat selangkah lagi. Sekarang jarak diantara aku dan Arya sangat dekat sekali. Saat ini aku merasa tinggiku hampir mencapai dagu milik Arya. Badan kami hampir bersentuhan.
Kedua tanganku kemudian memegang dasi Arya. Lalu merapikan lagi dasinya.
Dengan jarak sedekat ini membuat feromon Alpha milik Arya sedikit tercium oleh hidungku. Itu benar-benar aroma yang sangat aku sukai. Sekarang jantungku mulai berdebar dengan kencang. Selain itu pikiranku mulai pusing.
Apa itu akibat feromon atau sebenarnya hal lain?
Ini layaknya virus yang masuk melalui indra penciumanku lalu segera menyebar ke seluruh tubuhku dan membuat tubuhku bereaksi. Namun reaksi ini bukanlah sesuatu hal yang buruk, akan tetapi sebaliknya. Selain itu terkadang perasaan ini muncul bahkan saat feromon Alpha milik Arya tidak tercium sama sekali.
"Sekretaris Di."
Suara Arya segera menyadarkanku dari lamunan. Aku segera melangka ke belakang dan berkata, "Oh maaf, Pak Arya."
"Kita berangkat sekarang." Kata Arya
"Iya Pak Arya."
Aku dan Arya pun melangkah keluar dari ruangan ceo lalu berjalan di koridor dan masuk ke dalam lift.
Sekarang aku berdiri di belakang Arya, menatap punggungnya yang lebar dan tegap.
Kenapa aku tidak tahu itu kamu? Tanyaku dalam hati. Arya telah mencuri hatiku. Perasaan ini benar-benar tidak bisa aku tahan lagi.
Sekarang akhirnya aku tahu setelah sekian lama. Kenapa dulu ketika Arya pergi meninggalkanku, aku merasakan sakit yang cukup dalam. Setelah itu aku masih tidak bisa melupakannya hingga sekarang.
Sebenarnya, setiap kali aku melihat Arya dan Arya memergokiku aku segera mengalihkan pandanganku. Tanpa alasan, aku terus bersembunyi.
Takdir itu layaknya permainan petak umpet. Kita bermain dalam pencarian dan persembunyian mengenai perasaan kita. Terkadang kita mencari cinta kita, namun saat itu datang kita malah bersembunyi.
Hari-hariku yang dulu hingga sekarang ini hanyalah dipenuhi oleh Arya. Ada rasa sakit serta rasa bahagia. Semuanya menyatu.
"Sekretaris Di, kenapa melamun?"
Aku kembali tersadar dari lamunanku. Arya berbalik menatap ke arahku lalu kembali berbicara, "Kita sudah sampai di lantai bawah. Ayo turun."
Lalu Arya memegang pergelangan tangan kananku dan membawaku keluar dari lift. Aku mengikutinya tanpa perlawanan menuju mobilnya.
"Kenapa hari ini kamu banyak melamun Sekretaris Di?" Tanya Arya kepadaku saat kami berada di dalam mobilnya.
Saat ini entah kami berada di ruangan tertutup atau karena hal lain, aku merasa hanya bisa mendengar suara Arya. Selain itu mataku juga terus tertuju kepadanya.
Mungkin kata Raka benar.
Arya adalah cinta pertamaku.
Akan tetapi aku juga bersembunyi karena takut Arya menyakitiku dan meninggalkanku layaknya dulu. Namun Arya telah mengatakan ia tidak akan melakukan hal tersebut dan akan terus membahagiakanku layaknya yang ia katakan kepada Nenek tempo waktu lalu.
Sekali ini aku ingin membuka hatiku untuk mempercayainya. Selain itu, aku pikir, Arya juga cinta terakhirku.
"Saya terus memikirkan Pak Arya."
.
.
.
.
.
Aku suka part ini❤ kalian gimana?
.
.
.
.
.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Catch Me If You Can
Romansa[ End ] Aku, Dimas Herdian, saat di akhir makan malam bersama Arya Baskoro aku mengatakan kepadanya agar kami tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin berurusan dengan orang yang membully-ku sewaktu SMA dulu. Namun sehari kemudian aku malah kembal...