Saat aku dan Arya tiba di lobi hotel, Ibu Arya tengah duduk menunggu.
"Halo, selamat siang." Sapaku
Ibu Arya segera berdiri dan membalas sapaanku, "Siang juga."
Kemudian ia melihat ke arah Arya dan Arya segera berbicara, "Ibu, Perkenalkan. Ini Dimas kekasih aku."
Kemudian aku dan Ibu Arya saling berkenalan setelah itu kami bertiga pergi menuju kafe terdekat dengan hotel yang kami tinggali.
"Ibu tidak menyangka kamu akan setampan dan setinggi ini setelah lama tidak bertemu. Walaupun ibu sering melihat foto milikmu di akun media sosialmu, namun ibu masih terkejut saat melihat secara langsung." Setelah pesanan kami datang Ibu Arya memulai percakapan. Setelah sebelumnya Ibu Arya bertanya tentang diriku.
"Terima kasih untuk pujiannya." Jawab Arya sambil memainkan sedotan minuman.
Arya masih terlihat canggung berbicara dengan ibunya. Tentu saja ia akan bersikap seperti ini. Ia sudah lama tidak bertemu dengan ibunya.
"Bagaimana kabar ibu?" Tanya Arya.
Ibu Arya tersenyum mendengar pertanyaan tersebut, ia terlihat senang kemudian menjawab, "Ibu baik-baik saja. Mungkin kamu sudah mengetahuinya kalau ibu sudah menikah lagi sekitar 10 tahun lalu yang lalu."
Arya sedikit tersentak namun segera menanggapi sambil menatap sebentar ke arah ibunya, "Benarkah? Aku tidak tahu itu. Mungkin ini sudah sangat terlambat namun, selamat atas pernikahannya."
"Terima kasih, Ibu senang mendengar hal tersebut. Ibu menikah dengan seseorang yang bekerja di hotel tempat kamu menginap. Mungkin kamu melihatnya kemarin. Ia ingin menyapamu juga, namun ibu mencegahnya."
"Ya, aku melihatnya. Sepertinya kalian bahagia." Kata Arya
"Ibu memang beruntung bisa menikah dengan dia. Dia sangat baik. Jadi saat kalian berdua menikah, bisakah ibu datang untuk melihatnya?"
Pipiku sedikit memerah karena mendengar pertanyaan tersebut. Namun Arya tidak menjawab.
"Maaf, sepertinya permintaan ibu terlalu memberatkanmu." Kata Ibu Arya terdengar pelan . Namun ia kembali menambahkan. "Setelah kamu kembali ke negara kita, apa yang kamu lakukan sehingga bisa sangat sibuk. Apa kamu bekerja di perusahaan Rudi?"
"Benar, aku menggantikan posisi Ayah di perusahaan." Jawab Arya.
"Pasti Kakekmu yang menyuruhmu melakukan hal tersebut kan?" Tanya Ibu Arya, namun Arya hanya diam tidak menjawab. Kemudian Ibu Arya menghela nafas lalu kembali berbicara, "Andai saja waktu itu ibu membawamu."
"Aku bekerja menggantikan Ayah itu sesuai kehendakku. Jadi, ibu tidak perlu merasa menyesal atau kasihan. Ibu tidak pantas merasakan hal tersebut." Kata Arya dengan dingin.
Aku beserta Ibunya Arya terkejut mendengar hal tersebut. Aku segera melihat mata Arya yang berair.
"Sepertinya kita berbicara sampai di sini saja. Lebih baik aku dan Dimas pergi." Kata Arya sambil berdiri dari tempat duduknya.
Saat Arya berjalan pergi Ibu Arya segera menghentikannya.
"Ibu memang tidak pantas merasakan hal tersebut. Namun Ibu dari dulu sangat ingin mengatakan ini. Ibu sangat meminta maaf setelah apa yang Ibu lakukan kepadamu dulu. Ibu benar-benar menyesal dengan keputusan yang ibu buat. Jika ibu bisa, ibu tidak pernah ingin melakukan hal tersebut." Ibu Arya berkata sambil terisak menangis. Aku sedikit tidak tega melihatnya.
"Lepaskan." Kata Arya dengan nada dingin.
"Terima kasih sudah datang untuk mengobrol bersama Ibu." Arya tidak menanggapi perkataan ibunya namun berkata, "Dimas kita pergi sekarang."
Aku pun segera menyusul Arya setelah berpamitan dengan Ibu Arya. Kami pun masuk ke dalam mobil yang kami sewa dan berada di parkiran kafe.
Saat di dalam mobil aku melihat Ibu Arya keluar dari kafe sambil menghapus bekas tangisannya menggunakan sapu tangan miliknya. Setelah itu seorang lelaki paruh baya yang kami lihat kemarin datang bersama seorang anak perempuan berusia sekitar 7 tahun yang digendong lelaki tersebut.
Setelah itu mereka saling berpelukan.
Saat aku melihat ke sisi Arya, air matanya sudah bercucuran dari kedua matanya sambil melihat pemandangan yang aku lihat juga.
"Hik… hikk..."
Arya untuk waktu yang cukup lama terisak di dalam mobil. Aku sendiri hanya mencoba menenangkannya.
Sekembalinya ke gedung hotel aku mengikuti Arya masuk ke dalam kamarnya.
Mungkin sudah sekitar 1 jam Arya berada di dalam kamar mandi. Aku merasa sangat khawatir dengan keadaan Arya. Oleh karena itu aku mencoba mengetuk pintu kamar mandi sedari tadi.
"Arya? Kamu di dalam baik-baik saja kan?"
Namun hanya hening. Dari dalam tidak terdengar apapun. Bahkan sedari awal aku tidak mendengar suara air mengalir. Jadi Arya tidak mandi dan hanya diam saja.
"Arya… bisa kamu buka pintunya? Aku sangat khawatir." Kataku mencoba agar Arya keluar.
"Arya… aku mohon. Biarkan aku melihatmu. Jadi keluarlah." Kataku memohon.
Klik.
Terdengar suara pengunci pintu yang dibuka namun saat aku mencoba untuk masuk ke dalam, pintu tersebut sedang ditahan dari sisi lain.
"Dimas… lebih baik kamu keluar dari kamar ini." Kata Arya.
"Kenapa kamu malah mengusirku? Aku ingin tetap berada disisimu. Bagaimana bisa aku pergi saat keadaanmu sedang tidak baik." Jawabku
"Dimas… aku mohon ini demi kebaikanmu."
Aku kesal dengan permintaan Arya. Maka dari itu aku dengan cepat mendorong pintu di depanku dan saat pintu sedikit terbuka aku masuk ke dalam.
Namun saat aku di dalam aku begitu terkejut dengan keadaan kamar mandi ini. Kamar mandi ini sudah dipenuhi feromon milik Arya yang sangat kuat.
Segera pikiranku menjadi pusing akibat feromon ini serta aku merasa tubuhku melemah dan hampir akan jatuh namun segera aku dipeluk oleh Arya.
Saat mata kami bertatapan mata coklat Arya seperti bersinar. Auranya jauh berbeda saat sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi ini.
Arya sedang rut.
.
.
.
.
.
Gaiss bisa kasih aku semangat?😔 Akhir2 ini pikirianku terasa nge-stuck😔
.
.
.
.
.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Catch Me If You Can
Romance[ End ] Aku, Dimas Herdian, saat di akhir makan malam bersama Arya Baskoro aku mengatakan kepadanya agar kami tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin berurusan dengan orang yang membully-ku sewaktu SMA dulu. Namun sehari kemudian aku malah kembal...