Beberapa hari ini aku tidak pernah sekalipun merasakan Arya memperlakukanku semena-mena. Aku pikir karena ia menjadi atasanku ia akan membuatku bekerja lebih. Atau ia akan dengan sengaja membuatku lembur.
Ia memperlakukanku sama seperti kepada Mbak Ayu. Setiap jam makan siang ia akan selalu mengajak kami makan siang di luar kantor.
Aku dan Mbak Ayu padahal sudah menolak, karena kami tidak nyaman harus di traktir makan siang terus. Kami berdua biasanya selalu makan di kantin kantor. Tapi ia bilang tidak masalah dan ia beralasan ingin lebih dekat dengan karyawannya.
Lebih dari itu Mbak Ayu tidak akan bekerja lagi minggu depan. Minggu ini adalah minggu terakhir ia bekerja di kantor. Ia sudah menikah satu tahun lalu dan sedang mengandung 5 bulan. Ia disarankan dokter kandungan untuk banyak istirahat dan tidak beraktivitas berat. Apalagi bekerja sebagai sekretaris tidaklah mudah dan cukup menguras tenaga dan pikiran.
Apa mungkin karena Mbak Ayu masih ada di sini, jadi Arya memperlakukanku dengan biasa? Sepertinya memang seperti itu!
Memikirkan itu jadi membuatku gelisah. Berarti saat hari senin depan, Mbak Ayu sudah tidak ada. Aku takut kalau Arya akan kembali membuliku.
“… Di”
“Sekretaris Di”
“Hah”
Aku terkejut oleh panggilan yang berasal dari Mbak Ayu. Ia berada di meja sebelahku.
“Kamu kenapa, Sekretaris Di?“ tanya Mbak Ayu
“Gapapa, Sekretaris Ayu” kataku sambil tersenyum.
“Sedari tadi kamu mengetik dengan cepat, kemudian lambat lalu cepat lagi. Terlebih kamu menatap layar monitor dengan tatapan kosong”
Aku melihat monitor di depanku. Di sana berbagai tulisan acak telah aku ketik. Itu sepertinya akibat karena melamun. Aku kembali menoleh ke arah Mbak Ayu.
“Maaf,”
“Kamu tidak kesurupan, kan?“
“Haha.. engga. Aku cuma lagi banyak pikiran saja”
“Kamu sedang berpikir apa memangnya?“
“Aku sedih minggu depan Sekretaris Ayu sudah tidak ada di sini lagi.“
Mbak Ayu tersenyum namun ia terlihat sedih. Sepertinya ia juga berat meninggalkan pekerjaanya. Namun apa boleh buat, ia harus memprioritaskan kehamilannya.
“Jangan sedih, malam ini kita akan makan malam bersama Pak Arya”
Aku jadi ingat janji yang dibuat Arya tadi siang. Ia bilang ingin sekali lagi mengajak kami makan malam bersama. Karena hari ini adalah hari terakhir Mbak Ayu bekerja.
“Iya betul. Oh iya, Sekretaris Ayu sudah membereskan barang-barang milikmu?“
“Sudah. Lihat di sana”
Tunjuk Mba Ayu ke bagian depan meja sekretaris. Barang-barangnya cukup banyak.
“Nanti siapa yang ambil?“
Kalau Mbak Ayu yang membawanya itu pasti akan sulit.
“Nanti aku kirim lewat jasa antar barang”
Aku mengangguk mendengar hal itu.
Ceklek
Terdengar pintu ruangan CEO terbuka. Arya baru saja keluar dari sana. Ia sudah membawa tas kerjanya.
“Kita berangkat sekarang” katanya
Setelah itu kami berdua berangkat menuju restoran.
***
Aku benar-benar tidak ingin melakukan ini.
Aku memeluk Mbak Ayu untuk terakhir kalinya. Aku memeluknya dengan erat.
“Jangan pergi…” aku merengek
“Hei… jangan menangis… Dimas.“ kata Mbak Ayu menepuk punggungku dengan lembut.
“Aku masih ingin bekerja bersama Mbak Ayu” kataku
“Maaf, Dinas. Aku tidak bisa. Tetapi kita tidak akan putus komunikasi. Kamu masih bisa menghubungiku ketika kamu butuh sesuatu.“
“Benarkah?!“ tanyaku sambil melepaskan pelukanku dan menatapnya.
“Iya. Aku harus pergi. Suamiku sudah datang” kata Mbak Ayu sambil menunjuk seorang pria dewasa yang baru datang.
“Aku ingin berpelukan sekali lagi." Kataku dengan memelas.
Entah kenapa aku menjadi emosional begini. Entah itu akibat alkohol yang aku minum tadi atau karena aku dan Mba Ayu tidak akan bekerja bersama lagi?
Mungkin keduanya.
Mba Ayu terlihat menghela nafas pelan. Ia kemudian tersenyum dengan ramah. Lalu membuka kedua tangannya.
"Ayo sini" katanya
Aku kembali memeluknya dengan erat. Mba Ayu pun balas memelukku. Tidak hanya itu, ia juga menepuk pucuk kepalaku dengan lembut.
Ia layaknya seorang kakak bagiku. Kakak yang mencoba menenangkan adiknya yang sedih tatkala sang kakak akan pergi.
Setelah puas aku melepas pelukanku. Mba Ayu kemudian menepuk pundakku dan berkata, "Hubungi aku kapan saja."
Aku membalas perkataan Mba Ayu dengan anggukan. Kemudian Mba Ayu dan suaminya pamit pergi.
Sekarang hanya tinggal aku dan Arya. Aku tidak menatap Arya dan berjalan menyusuri trotoar jalan. Kepalaku sedikit pusing. Namun kesadaranku belum hilang.
Akan tetapi aku merasa lunglai. Jalan trotoar terlihat bergoyang.
Titttt
Terdengar suara memekakan dan segera sepasang tangan memelukku dan jatuh ke jalan trotoar.
"Hah….. hampir saja."kata Arya sambil terengah-engah. Aku merasakan dadanya dengan cepat naik dan turun.
"Seharusnya kamu duduk saja! Tadi sangatlah berbahaya.!" Kata Arya dengan nada tinggi.
"Aku hanya ingin beli minum di minimarket depan" Kataku.
"Seharusnya kamu bilang, biar aku yang belikan."
"...."
Arya kemudian membawaku ke minimarket. Aku duduk di kursi santai di depan. Sebelum masuk ke dalam minimarket Arya terlebih dahulu berkata, "Tunggu disini dan jangan berpikir untuk pergi."
Saat aku menunggu Arya mataku terpejam dan seketika kesadaranku menghilang.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Catch Me If You Can
Storie d'amore[ End ] Aku, Dimas Herdian, saat di akhir makan malam bersama Arya Baskoro aku mengatakan kepadanya agar kami tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin berurusan dengan orang yang membully-ku sewaktu SMA dulu. Namun sehari kemudian aku malah kembal...