Arya tersentak saat bibir kami bertemu. Aku menatapnya dengan lekat. Saat aku mencoba membawa lidahku masuk ke dalam mulutnya Arya menutup bibirnya dengan rapat.
Namun aku tidak tinggal diam. Aku menjilat bibir atas dan bawahnya dan kemudian menggigit bibir bagian bawah milik Arya. "Aw" Arya mengerang kesakitan. Dengan cepat aku memasukan lidahku kedalam mulutnya Arya dan mengaitkan kedua lidah kami.
Awalnya Arya kembali melawan. Namun lama-kelamaan Arya pun terbawa suasana karena aku dengan sengaja mengeluarkan aroma feromon omegaku. Tentunya Arya akan semakin mabuk dalam bungkusan feromonku.
Kedua tangan Arya memegang pinggangku dengan erat. Ia semakin mendekatkan tubuh kami. Aku pun melingkarkan kedua tanganku di antara leher Arya agar ciuman kami semakin dalam.
"Ah." Aku mengerang kenikmatan. Aku melepaskan ciuman kami karena aku kehabisan napas. "Haaa" aku menghela napas panjang.
Arya menatap mataku dengan lekat, seolah-olah dia belum puas dan ingin melanjutkan lagi. "Bernapaslah lewat hidung, Dimas." Kata Arya
Sebelum aku membalas perkataannya bibir kami kembali bertemu. Sekarang lidah Arya yang bergerak mendominasi. Lidahnya begitu lihai bergerak di dalam mulutku.
Ia layaknya seorang pencium handal. Dan seorang pencium handal itu tidak lahir dari seseorang yang tidak berpengalaman. Ia sepertinya banyak memiliki kekasih sebelumnya. Akibat pikiran itu aku malah merasa cemburu.
"Janganberpikir hal lain. Fokus ke apa yang sedang kita lakukan." Kata Arya yang baru saja melepaskan ciuman kami.
Mendengar itu membuatku menelan ludah. Arya begitu tampan dan berkharisma.
Aku pun mendekatkan bibir kami. Dan sekarang salah satu tangan Arya mulai menyentuh punggungku. Ia menyentuhnya dengan pelan dan lembut mulai dari punggung bagian atasku menuju pinggang bawahku kemudian memegang pantatku dengan kuat. Apa yang ia lakukan membuat bagian bawah tubuhku semakin panas.
Setelah itu tangannya maju ke bagian depan tubuhku. Saat ia memegang dadaku tanpa sadar aku mengeluarkan erangan. "Ahh…."
Aku melihat Arya menyeringai. Aku sedikit malu.
Arya kembali melanjutkan meraba tubuhku. Ia memegang perutku hingga bagian bawah. Ia memegang pahaku dengan lembut dan kemudian "Ah!"
Sesuatu seperti jarum menusuk pahaku. Aku menatap terkejut ke arah Arya. Saat aku melihat ke bagian pahaku, ternyata memang benar di sana ada jarum suntik yang Arya pegang.
Perasaanku bercampur antara terkejut dan kebingungan apa yang telah Arya lakukan kepadaku. Saat sebelum aku mengeluarkan katak-kataku.
Mataku terpejam.
Suasana kelas pagi ini seperti biasanya selalu ramai. Ada yang sedang menyalin tugas yang belum di kerjakan dengan cepat. Ada yang sedang memegang ponsel sambil sesekali berseru kesal atau senang. Ada juga yang sedang sarapan. Mereka sibuk dengan dunianya masing-masing tanpa memperdulikan aku.
Sama seperti halnya kedua orang yang duduk di depanku ini. Mereka sedari terus mengobrol. Sebenarnya aku juga tidak ingin mendengar percakapan mereka, namun karena mereka duduk di depanku dan berbicara dengan lumayan keras aku mendengarnya.
"Omong-omong, kau tahu kenapa Arya beberapa hari terakhir ini jarang masuk ke sekolah?"
"Kalau kata sekretaris kelas, katanya ia izin karena urusan keluarga." Jawab teman sebangkunya
"Bagitukah?"
"Tapi, aku dengar ada isu ia akan pindah sekolah."
"Benarkah!?"
"Iya, katanya ia akan pindah. Tapi itu baru rumor saja."
"Kalaupun benar, kenapa ia tiba-tiba pindah sekolah. Padahal tidak lama lagi ujian kenaikan kelas akan dimulai."
"Entahlah… "
Sebenarnya aku tidak peduli apa yang mereka bicarakan, namun entah kenapa aku sedikit terkejut mendengar itu.
Arya aka pindah?
Setelah apa yang ia perbuat padaku, ia malah ingin pindah sekolah. Tidakkah itu sangat kejam?
Grip
Kedua tanganku mengepal dengan kuat.
Ding, ding, ding
Suara bel masuk terdengar. Beberapa murid yang tadinya berada di depan kelas sekarang masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi mereka masing-masing.
Sekitar 10 menit kemudian walikelas kami dan Arya datang bersamaan.
"Selamat pagi semuanya" sapa walikelas
"Pagi, Pak."
"Pagi ini, kita mendapat kabar yang kurang baik. Arya akan keluar dari sekolah kita dan pindah ke sekolah yang berada di luar negeri. Hari ini ia datang ke sekolah untuk mengucapkan salam perpisahan." Kata Pak guru
"Arya jangan pergi~" kata para murid perempuan secara serempak. Arya pun terlihat tersenyum terpaksa.
"Maaf semuanya. Saya harus pergi. Terima kasih untuk waktu kebersamaanya. Aku sangat menikmati waktu bersama kalian. Aku juga minta maaf bila pernah menyakiti kalian. Kalian teman-teman terbaikku." Kata Arya tanpa sekalipun melihat ke arahku. Hatiku terasa sakit. Mataku sedikit memanas.
Setelah itu aku tidak fokus apa yang sedang terjadi di dalam kelas. Hingga akhirnya masing-masing murid mengucapkan salam perpisahan ke depan kelas, beberapa dari mereka memeluk Arya dengan erat kecuali aku. Aku tidak mengucapkan apapun dan hanya diam di kursiku. Toh Arya juga tidak melihat ke arahku. Ia tampak tidak memperdulikan aku. Setelah itu Arya sege pergi dari kelas.
Untuk beberapa saat aku terdiam menyaksikan itu. Hingga akhirnya tubuhku berdiri. Aku mengabaikan suara pak walikelas yang mencegahku untuk keluar dari kelas dan berlari mencegah Arya.
Aku terus berlari di lorong kelas yang sepi. Air mataku akhirnya berjatuhan menuju pipiku. Aku terisak sambil berlari.
Ini tidak bisa terjadi. Arya tidak boleh pergi begitu saja! Seharusnya ia tetap berada disini.
Saat aku akhirnya keluar dari gedung kelas dan berjalan, aku melihat Arya memasuki mobil hitam mewah.
"Arya!" Aku meneriakan nama Arya, namun itu telat. Arya telah masuk ke dalam mobil.
Aku kembali berlari menuju gerbang sekolah. Dan beberapa kali berusaha memanggil nama Arya. Hingga akhirnya aku tiba di gerbang sekolah, namun mobil yang Arya telah melaju pergi.
Aku menatap kepergian Arya sambil air mataku tak henti-hentinya turun. Mengapa ia harus pergi? Mengapa ia tidak bisa tetap berada disini? Setelah apa yang ia lakukan, seharusnya ia bertanggung jawab dan tetap berada disini. Ia tidak bisa pergi.
"Jangan pergi. Hik.. hik…"aku berjongkok sambil tersedu-sedu menangis dalam waktu yang lama.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be ContinuedMenurut kalian cerita sepanjang ini bagaimana?
Kritik n saran🙇
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Catch Me If You Can
Romance[ End ] Aku, Dimas Herdian, saat di akhir makan malam bersama Arya Baskoro aku mengatakan kepadanya agar kami tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin berurusan dengan orang yang membully-ku sewaktu SMA dulu. Namun sehari kemudian aku malah kembal...