Pukul 7 pagi, aku dan Arya telah tiba di bandara. Kami berdua naik ke lantai atas bandara lalu masuk ke salah satu restoran.
Kami berdua memesan sandwich serta teh hangat dan susu hangat untuk sarapan pagi. Suasana restoran cukup ramai di pagi hari ini. Sehingga kami bisa mendapatkan kursi yang ada di luar saja.
"Kamu terlihat lelah." Kata Arya
"Aku kurang tidur semalam." Jawabku.
"Apa kamu merasa sakit? Mau aku belikan obat?" Tanya Arya khawatir.
Aku menggelengkan kepalaku dengan pelan lalu menjawab, "Tidak perlu, dengan tidur yang cukup, aku akan merasa jauh lebih baik."
Arya menghela nafas lega lalu berbicara, "Oke, kalau kamu merasa tidak enak badan segera beritahu aku, jangan biarkan dirimu sendiri merasa kesakitan."
"Iya, aku akan memberitahumu." Kataku sambil tersenyum.
Tidak berapa lama pesanan kami akhirnya datang.
Setelah selesai makan, Arya mengeluarkan sesuatu dari koper miliknya. "Bagaimana menurutmu?" Tanya Arya setelah memperlihatkan sebuah kain batik dari kopernya.
Kain batik tersebut memiliki latar berwarna biru tua, dengan motif bunga putih yang sedang mekar, lalu berpola kotak dengan sisi berwarna kuning kecoklatan membuat kain baiknya terlihat sangat indah.
"Kain batiknya sangat indah. Aku suka dengan corak dari kain batik ini." Jawabku kemudian mencoba menyentuh kainnya dengan jariku. Kainnya terasa lembut di jari-jariku. "Kainnya juga lembut. Aku rasa kain batik ini berharga cukup mahal." Aku menambahkan.
"Aku rasa pilihanku tidak salah." Jawab Arya merasa lega.
"Memangnya kain batik yang kamu beli ini untuk siapa? Apa ini untuk kakakmu?" Tanyaku penasaran.
"Ini untuk nenek." Jawab Arya.
"Nenek? Nenekmu?" Tanyaku memastikan sambil mengernyitkan dahiku.
"Nenek kamu"
"Eh. Kenapa kamu membeli kain batik ini untuk nenek? Lalu kapan kamu membelinya. Aku tidak ingat kita pernah datang ke toko batik."
"Aku membelinya saat kita pergi menuju gudang. Saat kita pulang dan makan di restoran aku melihat ada toko penjual batik. Aku memintamu untuk menungguku di dalam mobil."
Aku menganggukan kepala dengan pelan seraya berkata, "Oh saat itu, aku ingat. Pantas saja kamu tidak mau bilang pergi kemana."
"Lalu, aku berpikir saat kita berdua pergi, aku perlu memberi nenek sebuah hadiah." Arya menambahkan.
"Padahal kamu tidak perlu berpikir seperti itu."
"Aku tidak merasa keberatan. Lebih dari itu aku berharap nenek bisa lebih membukakan hatinya kepadaku. Aku ingin lebih memiliki nilai plus dari nenek. Apalagi setelah kita berpacaran aku ingin kita semua semakin dekat."
"Nenek pasti akan sangat menyukainya. Aku yakin itu."
"Benarkah?!" Arya sedikit kegirangan.
"Iya, nenek selalu suka kain batik seperti ini. Aku tidak tahu kenapa kamu bisa memilih hadiah nenek dengan tepat. Tetapi yang pasti kamu hebat." Jawabku sambil memberikan acungan jempol kepadanya.
"Hahah… kamu terlalu berlebihan. Aku hanya menebaknya saja, dan ternyata itu tepat."
"Omong-omong, aku merasa tidak enak perut. Jadi aku mau pergi ke kamar mandi dahulu." Kataku sambil berdiri dari tempat duduk.
"Mau aku antar?" Tanya Arya
"Tidak perlu, biar aku pergi sendirian. Aku tidak akan lama."
"Oke, aku akan tetap di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Catch Me If You Can
Romance[ End ] Aku, Dimas Herdian, saat di akhir makan malam bersama Arya Baskoro aku mengatakan kepadanya agar kami tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin berurusan dengan orang yang membully-ku sewaktu SMA dulu. Namun sehari kemudian aku malah kembal...