Part 28

7K 573 9
                                    

Aku memberikan Nenek ponsel ketika aku sudah masuk kuliah. Ponsel tersebut bukanlah ponsel mahal atau ponsel canggih keluaran terbaru. Itu hanyalah sebuah ponsel jadul bermerk N*kia yang masih ada tombol alphabetnya. Ponsel tersebut hasil dari kerja part-time ku selama 1 bulan.

Walaupun hanya ponsel jadul, nenek tetap senang menerima hadiah kecil dariku itu. Ponsel tersebut digunakan Nenek untuk menerima telepon dan memanggil.

Nenek [Kami tahu dimana kalian tinggal. Kami sudah berada disini]

Jadi, ketika ada pesan masuk yang baru saja aku lihat ini, ini bukanlah pesan yang dikirim Nenek. Nenek tidak bisa mengirim pesan, ia hanya bisa menerima pesan saja. 

Melainkan itu adalah pesan yang pastinya dikirim paman atau bibiku. 

"Ada apa Dimas?" Tanya Arya yang berdiri disampingku.

Aku terdiam sebentar lalu berkata, "... Aku mau pulang sekarang."

Arya terlihat kebingungan dan bertanya kepadaku, "Kenapa kamu tiba-tiba mau pulang. Sebenarnya ada apa?"

"Kamu lanjutkan menonton saja. Aku pergi dulu." Kataku pamit sambil melangkah pergi.

"Tunggu"kata Arya menghentikan langkahku dengan memegang tangan kiriku dengan tangan kanannya. "Aku antar kamu pulang." Lanjut Arya.

Aku berbalik dan menjawab, "Tidak perlu. Aku pulang sendiri saja. Kamu lanjut menonton filmnya."

"Aku tidak ingin menonton film hanya sendirian. Kita sudah berencana menonton bersama."

"Maaf karena tidak bisa menonton bersama sampai akhir."

"Jangan minta maaf. Aku hanya ingin mengantarmu pulang."

"Tapi…" 

"Kita berangkat ke sini bersama-sama dan seharusnya kita pulang bersama-sama juga. Jika aku menjemput kamu, seharusnya aku mengantarmu juga." Kata Arya dengan tegas.

"Baiklah. Untuk kali ini tidak masalah" aku akhirnya mengalah dan menerima tawaran dari Arya.

Setelah itu kami pergi menuju parkiran yang terletak di bawah gedung mall. Sesampainya disana kami langsung masuk ke dalam mobil. Mobil pun melaju ke luar dari area mall menuju jalanan ibukota yang padat di akhir pekan.

Aku sudah beberapa kali merasa kebingungan dengan apa yang terjadi sebelumnya. Pasalnya beberapa kali paman dan bibiku ini selalu tahu tentang kami sejak kami pergi dari rumah.

Pertama, setelah pergi dari rumah aku segera mengganti nomor ponsel milikku dan milik nenek. Kami membuang nomor ponsel lama. Namun entah kenapa dan entah dari mana asalnya paman dan bibiku tahu nomor terbaruku. 

Kedua, mereka bisa tahu tempat dimana aku bekerja. Padahal mereka tidak tahu kemana saja aku melamar pekerjaan pun aku dan nenek tidak pernah memberitahu mereka. Namun mereka kembali tahu dan akhirnya datang ke tempat aku bekerja. 

Terakhir mereka tahu aku tinggal dimana. Padahal mereka tidak tahu aku berteman dengan Raka. Akan tetapi mereka bisa tahu dimana kami tinggal. Selain itu kenapa mereka datang ke rumah saat aku tidak ada. 

Mereka seolah-olah mengawasi kami selama ini.

Aku takut mereka berbuat macam-macam kepada nenek. Walaupun di rumah ada pembantu, tetap saja aku merasa khawatir.

Aku ingin segera sampai di rumah.

"Dimas" panggilan yang berasal dari Arya mengalihkan pikiranku dan berbalik ke arahnya yang berada di samping yang tengah mengemudikan mobil. 

"Iya" jawabku. Aku merasakan satu tangan Arya memegang satu tanganku. Ia memegangnya dengan erat namun terasa lembut.

"Sebenarnya ada apa?" Tanya Arya

Aku terdiam untuk waktu yang lama. 

"Jika kamu tidak ingin membahasnya, aku tidak masalah. Itu pilihan kamu. Namun, aku hanya ingin mengatakan, apapun yang terjadi kamu memiliki aku disisimu. Jadi, tenangkanlah dirimu."

Mendengar itu aku terdiam kemudian tersenyum dan berkata, "Terima kasih banyak."

Sesampainya di depan rumah milik Raka segera aku masuk ke dalam. Arya yang mengantarku pun pulang.

Saat di berada di ruang tamu aku tidak menemukan Nenek dan mereka. Namun saat aku tiba di ruang tengah akhirnya aku bertemu dengan nenek.

"Kamu sudah pulang? Tadi menyenangkan?" tanya Nenek. Aku melihat nenek, nenek terlihat baik-baik saja. Ia tidak terlihat sedang kesakitan atau terluka. 

"Nenek baik-baik saja, kan?" Tanyaku memastikan.

"Nenek baik-baik saja. Memangnya kenapa?"

"Tadi paman dan bibi datang kesini kan? Dimana mereka. Aku tidak melihat mereka saat masuk ke rumah barusan."

"Mereka sudah pulang sekitar setengah jam yang lalu." 

"Mereka meminta apa kali ini? Apa mereka meminta uang kepada Nenek? Apa nenek memberinya?"

"Tidak. Nenek tidak memberi mereka uang."

Aku merasa heran. Paman dan bibi tidak akan pergi begitu saja tanpa mendapatkan apa yang mereka inginkan.

"Itu tidak mungkin. Mereka datang kesini pasti mempunyai maksud dan tujuan. Mereka tidak akan pergi dari sini tanpa membawa apa-apa."

Nenek menunduk mendengar perkataanku dan hanya terdiam. Kemudian aku kembali bertanya.

"Nenek, tolong jawab dengan jujur. Apa yang mereka inginkan?" Tanyaku dengan perlahan mencoba menahan kekesalan terhadap paman dan bibiku.

Untuk waktu yang lama hanya ada hening saja diantara kami. Hingga akhirnya nenek mendongak dengan perlahan lalu berkata, "Paman dan bibimu meminta sertifikat rumah."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang