Selama 3 hari kami berada di kota xxx ini, kegiatan kami sangat sibuk. Saat kami baru tiba di kota ini pun kami memiliki pertemuan dengan Produser Konser di sebuah hotel. Padahal waktu itu kami baru saja turun dari pesawat. Namun untung saja pertemuan tersebut diadakan di hotel yang akan kami tempati.
Walaupun aku dan Arya sudah resmi menjadi kekasih namun Arya bilang untuk memesan kamar hotel secara terpisah. Sebenarnya aku bingung mengapa ia berkata seperti itu. Aku tidak masalah jika kami harus tidur sekamar. Namun aku tidak banyak bertanya dan kami pun tidur di kamar hotel secara terpisah selama 2 malam ini.
Kemudian di keesokan harinya kami beserta Produser Konser datang ke tempat di mana Konser akan di adakan. Kami mengecek kondisi tempat tersebut. Apakah tempat tersebut layak atau tidak.
Selain itu kami juga memperkirakan dengan tempat yang akan digunakan tersebut bisa menampung hingga berapa ribu penonton yang akan hadir.
Walaupun tiket akan dijual secara online jauh-jauh hari, namun itu tidak akan menutup kemungkinan kalau ada orang yang sembarang masuk. Dikarenakan tempat konser akan diadakan secara outdoor. Terkadang orang bisa masuk di celah yang tidak teridentifikasi.
Kemudian setelah dirasa tempat yang akan digunakan sebagai konser nanti cocok, keesokan harinya kami menuju gudang dimana alat-alat penunjang konser berada.
Kami melihat bagaimana kelayakan alat tersebut. Itu akan sangat fatal akibatnya bila mana alat-alat tersebut sudah rusak. Tidak hanya akan mengganggu jalannya acara konser namun ia juga akan fatal kalau mencelakai manusia.
Selain itu kami juga bertemu dengan para kru konser yang nanti akan bertugas. Kami menyapa mereka dan sesekali berbincang dengan mereka.
Saat pekerjaan kami selesai cahaya matahari mulai berwarna jingga. Udara pun sedikit demi sedikit mulai sejuk dari yang tadinya sangat panas.
Kami pergi menuju salah satu restoran khas kota ini sebelum kembali ke hotel.
Mungkin sekitar pukul 7 malam kami akhirnya tiba di lobi hotel.
"Kamu pasti sangat lelah Dimas." Kata Arya saat kami berjalan di lobi hotel mendekat menuju pintu lift.
"Begitu juga dengan kamu." Jawabku.
"Aku minta maaf. Seharusnya aku tidak membawamu kesini. Selama 3 hari ini kita sangat sibuk dan hampir tidak bisa beristirahat selain tidur. Kamu juga menyetir mobil" Kata Arya terdengar menyesal dari nada bicaranya.
"Tidak apa-apa, Arya. Kalau hanya kamu yang datang ke sini sendirian, kamu akan lebih lelah juga. Aku tidak menyetir sendirian. Kita selalu bergantian."
"Terima kasih Dimas." Jawab Arya sambil tersenyum.
Saat kami tiba di depan lift hotel aku menekan tombol lift tersebut dan menunggu lift turun dan terbuka di lantai ini. Saat aku melirik ke atas, lift sedang berada di lantai 12.
Setelah itu aku mundur dan berdiri bersampingan dengan Arya. Arya menoleh ke arahku dan berkata, "Karena pekerjaan kita sudah selesai dan kita masih memiliki 2 hari lagi yang kosong sebelum kita kembali ke kota xxx, bagaimana kalau besok kita habiskan waktu kita berdua untuk kencan ke luar?"
Kencan?
Ini yang sangat aku tunggu-tunggu. Kami berdua belum pernah kencan di luar setelah pacaran. Saat kami bekerja Arya selalu mengantarku pulang ke kontrakan dan saat akhir pekan Arya selalu ada keperluan lain.
Akhirnya setelah penantian lama kami akan berkencan! Aku sangat tidak sabar.
"Aku mau!" Jawabku dengan girang.
Arya terkekeh mendengar jawabku kemudian satu tangan Arya mendekat dan mengusap pucuk kepalaku dengan lembut lalu ia berbicara, "Maaf baru kali ini aku bisa mengajakmu berkencan setelah kita pacaran."
"Tidak apa-apa aku mengerti." Jawabku.
"Kira-kira besok kamu mau pergi kemana? Ada tempat yang ingin kamu datangi?" Tanya Arya.
Saat sebelum datang ke kota ini aku sudah mencari-cari tempat destinasi. Aku berpikir mungkin setelah pekerjaan kami selesai, aku dan Arya bisa datang ke tempat destinasi tersebut.
Salah satu destinasi di kota ini adalah wisata air terjun. Di air terjun ini wisatanya tidak hanya datang dan melihat air terjun saja namun ada wisata lainnya juga berupa berdayung di sungai.
"Aku ingin datang ke wisata air terjun xxx"
"Baik, besok kita berangkat pagi-pagi."
"Terima kasih, Arya."
Ding
Pintu lift akhirnya terbuka. Kami berdua pun menunggu orang yang di dalam lift tersebut keluar. Namun aku melihat wanita paruh baya berhenti tepat di depan kami. Ia awalnya bersama pria paruh baya juga, namun pria tersebut pergi entah kemana setelah wanita di depan kami ini berbisik kepadanya.
Wanita tersebut lebih tepatnya menatap Arya. Aku menoleh melihat Arya yang terdiam kaku. Namun ekspresinya sulit aku gambarkan. Ia terlihat sedang menahan sesuatu tidak hanya itu matanya juga sedikit terkejut dengan pertemuan ini.
Saat aku melihat ekspresi wanita tersebut ia seperti sedang menahan kesedihan yang begitu dalam.
Untuk waktu yang lama hanya ada keheningan di antara kami hingga akhirnya sebuah suara muncul.
"Ibu"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Catch Me If You Can
Romance[ End ] Aku, Dimas Herdian, saat di akhir makan malam bersama Arya Baskoro aku mengatakan kepadanya agar kami tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin berurusan dengan orang yang membully-ku sewaktu SMA dulu. Namun sehari kemudian aku malah kembal...