Part 12

11.1K 912 4
                                    

Bokongku terasa sakit karena tadi di dorong oleh Ivan hingga terjatuh.

“Jangan pergi dulu” kata Ivan sambil menyeringai.

Ini bukan situasi yang bagus. Di toilet ini hanya ada kami berdua saja. Aku tidak bisa kalau harus di sini. Itu akan semakin memburuk kalau ia dengan sengaja mengeluarkan feromon Alpha-nya lebih banyak.

Saat aku hendak berdiri terdengar suara orang yang baru datang “Minggir, jangan halangi jalan”

Itu adalah Arya. Ia kemudian mendorong tubuh Ivan ke samping. “Sialan!“ Ivan mengumpat karena sakit.

Arya kemudian mendekat ke arahku. Ia mengulurkan tangannya ke arahku. Aku tidak menerima uluran tangannya dan segera berdiri.

Setelah itu aku pergi keluar dari restoran. Udara di dalam restoran terasa menyesakkan. Aku diam berdiri di pelataran restoran menatap ke atas langit malam yang gelap. Baik cahaya bulan atau bintang tidak satupun terlihat.

Ini adalah kali kedua aku dan Ivan bertemu. Pertama kami bertemu waktu awal aku masuk kerja, sekitar 3 minggu lalu.

Saat itu Ivan memang terlihat tertarik kepadaku. Ia meminta nomer ponselku. Namun aku menolaknya. Akan tetapi ia tidak berhenti hingga akhirnya manajernya datang. Membawa Ivan agar segera pergi dari sana. 

Aku tidak ingin berhubungan dengannya, apalagi sebelum aku bekerja di PS Entertainment telah ada beberapa berita tentang Ivan.

Dikatakan Ivan adalah seorang yang sering gonta ganti pacar. Tidak hanya itu dari cara Ivan tadi memperlakukanku pun ia terlihat memaksa. Sepertinya ia tipikal orang yang kalau tertarik pada satu hal, ia akan terus berusaha mendapatkannya. Bagaimana pun caranya.

Hah…

Kenapa aku harus dikelilingi orang-orang ini. Tidak Arya ataupun Ivan.

Aku baru menyadari kalau ada seseorang di sampingku. Aku moleh ke samping. Itu adalah Arya.

“Kenapa kamu disini?“ tanyaku dengan jengkel.

“Sikap kamu jadi berubah” kata Arya

“Sekarang kita sedang tidak bekerja. Aku tidak perlu bersikap formal dan sopan terhadapmu.“

“Aku suka pemikiranmu.“

“Pergi. Aku tidak ingin terus berada di sampingmu sepanjang waktu.“

“Aku tidak ingin.“

Kalau ia tidak ingin pergi dari sini, biar aku saja yang pergi.

“Tunggu,” kata Arya mencegahku dengan memegang tanganku saat aku hendak pergi. Segera aku menghentakkan tangannya.

“Apa lagi? Aku mau pulang”

“Aku antar.“

“Aku menolaknya” kataku dengan tegas

Arya terlihat diam sebentar hingga berkata “… aku mau bicara sesuatu”

“Apa itu tentang masa lalu kita? Aku tidak ingin mendengarnnya”

“Aku punya suatu penjelasan.“

“Penjelasan apalagi? Apa yang sudah kamu lakukan dulu itu sudah jelas. Apa kamu mau bilang dulu itu bukan kesalahanmu? Apa kamu akan menuduh—”

“Aku minta maaf” kata Arya menghentikan pembicaraanku. Karena kami sedang di luar, raut wajahnya tidak terlalu jelas terlihat. Aku tidak bisa memastikan ia berkata dengan sungguh-sungguh.

“Aku tidak butuh permintaan maafmu” kataku dengan dingin.

“Aku selalu merasa bersalah saat tidak dengan benar meminta maaf kepadamu. Aku menyesalinya“

“Semuanya sudah telat! Kamu telat! Kamu tahu kan apa yang telah kamu perbuat?! Semua itu tidak akan selesai dengan permintaan maafmu!“ kataku dengan marah. Meluapkan semua emosi tertahanku.

Mataku terasa panas dan berair.

“Kenapa tidak dari dulu?!“ tanyaku

Arya terlihat diam. Ia sepertinya sedang berusaha mencari jawaban.

Drttt drttt

Aku merasakan ponselku bergetar.

Segera aku mengambil ponselku. Terlihat nomer tidak dikenal. Aku mengusap wajahku kemudian berdehem dan menekan tombol hijau panggilan.

-Hei keponakan sialan!

Sebuah teriakan menyambutku. Teriakan tersebut sangat memekakkan telinganku.

“Kenapa, Tante?“ tanyaku dengan tenang.

Kenapa ia bisa memiliki nomer baruku? Nomer lamaku sudah aku buang.

-Lo berani-beraninya kabur dari rumah bersama ibu. Dimana kalian?

“Tante, saya tidak ingin tinggal bersama dengan tante lagi.“

-Keponakan kurang ajar ini. Kamu tidak tahu diuntu—” aku segera menutup panggilan tersebut. Aku tidak ingin mendengar lagi teriakannya.

Aku memang kabur dari rumah tante dan pamanku bersama nenek. Aku dan nenek sudah tidak tahan dan sanggup lagi tinggal disana. Jadi kami memilih pergi saat mereka berdua tidak ada dirumah.

Aku tidak tahu bagaimana cara ia mendapatkan nomer ponselku. Aku hanya berharap ia tidak akan menemukan aku dan nenek.

Sial.

Aku melirik ke arah samping. Aku tidak sadar kalau Arya masih berada disini. Aku harap ia tidak mendengar ucapan tanteku. Walaupun aku meragukan itu karena suara tanteku sangat tinggi.

“Dimana kunci mobilmu?“ tanyaku kepada Arya.

“Ini. Memangnya kenapa?“ kata Arya sambil memberikan kunci mobilnya kepadaku. Segera aku mengambil kunci itu dan menjawabnya. “Aku ingin mengambil tas kerjaku”

Setelah itu aku pergi menuju parkiran. Aku tidak ingin kembali ke dalam restoran dan bertemu dengan Ivan. Lebih baik aku pulang saja.

Lain kali saat aku bertemu dengan Mawar dan artis lain aku akan meminta maaf dan beralasan aku pulang karena sakit.

Tit tit

Suara tanda pengunci mobil terbuka. Aku kemudian mengambil tas kejaku di atas kursi penumpang. Saat aku menutup pintu mobil Arya ada disampingku.

“Aku antar pulang.“

“Aku sudah bilang tidak ingin.“ kataku sambil memberikan kembali kunci mobilnya kepada Arya.

Segera aku memesan taksi online.

Hari ini cukup melelahkan. Aku ingin segera membaringkan tubuhku diatas ranjang dan tertidur pulas melupakan kejadian hari ini.

Tidak lama taksi online yang aku pesan akhirnya sampai.

To Be Continued

[BL] Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang