Ummi... Ummi...

687 27 0
                                    

Kini Kautsar, haji Jafar dan Zidni sedang cek lahan yang akan dibangun beberapa sarana untuk ponpes Ash-Shiddiq. Sedangkan opa Haidar di ruang tamu ditemani kyai Fatih, karena tidak memungkinkan untuk berkeliling pesantren dengan tongkatnya.

"Kenapa ditemenin mertua dan mantu si, jadi canggung suasananya, Ya Allah...". Kautsar membatin.

Dengan memegang sebinder kertas kosong Kautsar mengedarkan pandangannya ke seluruh arah. Mengira-ngira dan menghitung serta berpikir desain seperti apa untuk lahan kosong yang akan dibangun dan bergaya apa desain arsitektur yang cocok untuk ponpes tersebut.

"Luas lahan keseluruhan kurang lebih 3,7 hektar nak". Jelas haji Jafar.

Kautsar pun mengangguk paham sambil membuat sketsa dan membayangkan desain-desain. Sebenarnya lebih ke pura-pura sibuk dengan coretan sketsanya karena ia canggung berada diantara haji Jafar dan gus Zidni.

"Lahan disana kenapa dibiarkan kosong??". Tanya Kautsar.

"Bukan dibiarkan kosong, tapi belum cukup dananya. Jadi biasanya dibuat untuk lapangan sepak bola para santri". Jawab Zidni.

"Dari yang saya lihat ini bangunan lama ya, mungkin 30tahunan usia bangunan ini". Ujar Kautsar menerka-nerka.

"Iya ini bangunan lama nak tapi renovasi kedua, makanya kami adakan renovasi ketiga besar-besaran. Bangunan pesantren ini mungkin seumuran Yumna". Jelas haji Jafar.

Kautsar langsung menarik napas pelan, hanya namanya saja disebut membuat Kautsar sesak napas.
Pondok pesantren Ash-Shiddiq sudah sangat lama belum diadakan renovasi lagi sejak 30tahun terakhir.

"Oh iya mari lanjut kita kesana, rencananya akan dibuat perpustakaan". Ucap Zidni mengajak ke lokasi selanjutnya.

Mereka bertiga pun berjalan menuju lokasi yang akan dibangun perpustakan. Karena perpustakaan yang ada saat ini hanya seruangan kecil saja.

"Jadi gedung ini dan sedikit lahan kosong ini dibuat perpus. Mungkin lebih baik agak sedikit maju dan harus mencolok agar menarik minat baca para santri dan santriwati". Ucap Kautsar berusaha fokus.

Haji Jafar sejak tadi terus memperhatikan Kautsar, ada rasa bangga melihat Kautsar sekarang tidak seperti (Kaisar) yang dulu ia kenal.

"Ide bagus, saya yakin jika antum yang desain pesantren dan masjid disini akan banyak menarik minat orang untuk menuntut ilmu disini". Ucap Zidni seraya tersenyum.

Kautsar tersenyum tipis,
"In syaa Allah, saya maksimalkan... mungkin saya akan membuat beberapa desain. Nanti biar petinggi ponpes yang pilih desain yang cocok". Ucap Kautsar yang sudah mengerti dengan ketersediaan lahan dan renovasi bangunan ponpes tersebut.

"Sekali lagi saya berterimakasih ke nak Kautsar, mau direpotkan untuk mendesain meski tanpa imbalan". Ucap haji Jafar.

"Saya ikhlas...". Gumam Kautsar pelan seraya tersenyum.

Mendengar ucapan ikhlas dari Kautsar, membuat hati haji Jafar merasa tercubit. Ia ingat 9 tahun lalu Kautsar berkata ikhlas dan setelah itu menghilang dari kehidupan Yumna.

-----------------------------------------------------------

Di ruangan pengajar, ustadzah Syafa seperti tercandu-candu bahkan tersenyum sendiri. Membuat Yumna menatap heran tidak seperti biasanya.

"Ukhti... Hei... Istighfar". Ucap Yumna.

Namun Syafa tetap tak bergeming, hingga membuat Yumna menepuk bahu sahabatnya tersebut.

"Allahuakbar... Yumna.. Ngagetin aja si". Ucap Syafa kaget.

"Abisnya sedari tadi aku lihat kamu aneh banget senyum-senyum sendiri". Ucap Yumna seraya duduk di hadapan Syafa.

Do'a di Sujud TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang