Cincin Bersejarah

524 20 0
                                    

Sudah 1 minggu setelah proses ta'aruf dan berbalas tanya jawab. Tapi sampai detik ini Yumna belum memberikan jawaban ke Kautsar. Membuat Kautsar resah, meski berkali-kali Kautsar berserah diri kepada Allah SWT, untuk mengatur bagaimana baiknya. Jika mereka memang berjodoh maka Kautsar meminta dipermudah segalanya, tapi jika tidak maka Kautsar memohon dilapangkan hatinya.

"Apa Yumna tolak gue ya??? sampe detik ini belum kasih kepastian". Batin Kautsar bertanya-tanya.

"Secara sekelas anak habib dan gus Zidni aja ditolak. Apalagi gue cuma ampas kopi". Gumam dalam hati Kautsar.

Ia masih insecure jika khitbahnya akan ditolak Yumna.

"Ya Allah berilah petunjuk dan teguhkan hati hamba". Do'a Kautsar dalam hati seraya menatap kearah bangunan masjid Pesantren.

Sekarang ia sedang berada di Pesantren, sedang mengawasi proses renovasi pembangunan Pesantren dan juga Masjid.

"Assalamu'alaikum, akhi...". Suara seorang perempuan tiba-tiba terdengar.

Kautsar langsung menoleh ke asal suara tersebut yang ternyata adalah suara Syafa.

"Wa'alaikumsalam.. Afwan.. Ada apa ya ukhti??". Jawab dan pertanyaan Kautsar langsung.

Syafa tersenyum dan menunduk, di tangannya terdapat sebuah kotak makan.

"Afwan akhi, jika saya ganggu. Ini ada makanan buat akhi Kautsar. Saya sendiri yang masak". Ucap Shafa tanpa basa-basi.

Kautsar mengernyitkan kening heran, ia mengenal Syafa sebagai salah satu pengajar di Pesantren dan yang Kautsar ketahui Syafa akrab dengan Yumna.

"Jazakillah khoir ukhti gak usah repot-repot". Ucap Kautsar merasa sungkan.

Tanpa sungkan Syafa menyodorkan kotak makan tersebut ke Kautsar.

"Saya gak repot kok akhi, udah lama saya pingin bawain makanan buat akhi. Tapi baru kesampean sekarang...". Ujar Syafa agak malu-malu.

Dengan sungkan mau tidak mau Kautsar menerima kotak makan tersebut bertujuan menghargai pemberian Syafa saja, meski ia cemas takut Yumna atau haji Jafar mengira yang bukan-bukan karena sedang proses ta'aruf dan fase menunggu jawaban dari Yumna.

".... Isinya nasi dengan lauk udang saus padang serta capcay, akhi. Semoga akhi Kautsar suka dengan masakan saya". Lanjut Syafa seraya tersenyum.

Kautsar tak perhatikan Syafa yang tersenyum kepada dirinya, ia malah perhatikan kotak makan tersebut.

"BarakAllah, Jazakillah khoiron katsir, ukhti". Balas Kautsar lagi.

Syafa mengangguk dan pamit dari hadapan Kautsar. Sudah dipastikan jantung Syafa terus jedag-jedug, karena perdana bisa mengobrol dengan Kautsar.

"Ya Allah.. Akhi Kautsar... Duuh kenapa jadi deg-degan si ngobrol sebentar sama akhi Kautsar". Syafa membatin.

Kautsar pun celingukan seperti mencari seseorang, namun pandangannya terhenti ketika Yumna yang sedang berada di depan kelas menatap ke arah Kautsar.

Kautsar membelalakan mata dan kaget,
"Yumna.. Lihat gak ya Syafa kasih makanan ke gue. Ya Allah... gawat ini". Batin Kautsar panik.

Tertangkap sedang memperhatikan Kautsar, membuat Yumna langsung masuk ke kelas. Meski awalnya tak sengaja ketika melihat ke arah dekat Masjid, ternyata ada Syafa yang mengobrol dengan Kautsar.

"Yumna marah gak ya?? Cemburu gak ya?? Kok lihatinnya gitu banget, kenapa gue gak sadar diperhatiin Yumna dari kejauhan". Ucap Kautsar dalam hati.

Do'a di Sujud TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang