Jawaban Istikharahku

597 18 0
                                    

*Masih Flashback On*

Sudah beberapa malam ini setelah tahajjud, Yumna selalu melaksanakan sholat istikharah untuk menentukan pilihannya.

Do'a-do'a di setiap sujud raka'at terakhir terasa seperti ia mencurahkan perasaannya kepada Allah.

"Ya Allah Ya Rahman, Engkau Maha Mengetahui siapa yang tertaut di hati hamba. Bukankah Engkau yang menumbuhkan rasa cinta ini untuk salah satu makhluk-Mu. Hamba mohon bila hati ini hanya jatuh kepadanya, jangan sampai rasa kasih sayang-Mu berkurang untuk hamba. Karena sesungguhnya hamba mencintainya karena Engkau Ya Rabb". Do'a Yumna di sujud terakhir.

"Berilah kesempatan untuknya merubah diri jadi lebih baik lagi. Engkau pasti tahu Ya Rabb... Hati hamba bergetar saat pertama kali melihatnya, getaran hati ini karena kehendak-Mu wahai pemilik hati". Lanjutnya lagi.

Disetiap sepertiga malam Yumna selalu mengutarakan seluruh isi hati, tentang getaran di hatinya.

"Jika memang Engkau mentakdirkan hamba bersatu dengannya, maka ridhoi lah kami. Rasa cinta hadir karena takdir-Mu Ya Allah". Ucap Yumna seraya meneteskan air matanya di atas sajadah.

Hingga waktu itu tiba dimana Yumna sudah yakin dengan keputusan atas jawaban khitbah Zidni.

"Kamu yakin nak atas keputusanmu ini?". Tanya hj Ruqaiyah.

"In syaa Allah Yumna yakin mah, Yumna udah istikharah selama 1 minggu ini. Dan afwan Jawabannya...". Ucap Yumna terputus.

"Semoga nak Zidni ikhlas menerima semua ini". Ujar hj Ruqaiyah.

Yumna baru bilang ke ummahnya tentang jawaban dari istikharahnya. Sedangkan ke abanya belum, karena haji Jafar akan datang bersama Zidni berbarengan dari Pesantren.

Haji Jafar sudah mengundang kembali Zidni, namun kali ini tidak bersama keluarganya. Ba'da ashar Zidni datang ke rumah haji Jafar.

Saat ini mereka sudah berada di ruang tamu,

"Kamu udah siap untuk bilang ke nak Zidni nak??". Tanya haji Jafar.

"Iya aba, Yumna siap in syaa Allah". Jawab Yumna duduk berhadapan dengan Zidni.

"Jadi gimana ukhti apa bersedia terima khitbah saya??". Tanya Zidni lembut seraya menatap Yumna sebentar.

Yumna menarik napas dalam-dalam sambil tertunduk, hj Ruqaiyah mengelus punggung Yumna. Ia tahu perasaan Yumna tidak bisa dipaksakan.

"Afwan..". Lirih Yumna pelan meski masih terdengar oleh Zidni, aba dan ummahnya.

Dengan mata yang berderai air mata Yumna mendongakkan wajahnya sebentar menatap Zidni dengan sendu.
Zidni pun menatap sendu mata Yumna yang berkaca-kaca.

"Afwan akhi, saya gak bisa. Mungkin Allah tidak mentakdirkan kita bersatu, tapi saya mohon maafkan saya atas ketidakkuasaan saya untuk mengatur perasaan ini". Ucap Yumna lugas.

Zidni tertunduk dan menghela napas, ia memejamkan mata saat mendengar penolakan Yumna.

"Terima kasih atas bersedianya akhi Zidni menunggu saya selama bertahun-tahun. Sedang saya gak bisa bales perasaan akhi. Semoga kita tetap menjadi saudara dan saling jaga silahturahmi". Lanjut Yumna lagi.

Do'a di Sujud TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang