Sujud Terakhir di Se/3 Malam

645 25 1
                                    

Waktu menunjukan pukul 3 dini hari, Kautsar sedang melaksanakan sholat tahajjud, seperti biasa pada setiap di sepertiga malam. Pinta Kautsar tidak jauh beda dengan meminta hatinya dikuatkan, ditegarkan, bahkan dihapuskan rasa cintanya, apalagi semenjak bertemu Yumna kembali. Bayang-bayang Yumna terus membayangi Kautsar.

"Wahai Allah, dzat yang mampu membolak-balik hati setiap hamba. Sungguh hamba tidak ingin jatuh cinta kepada yang bukan takdir hamba.... ". Do'a Kautsar dalam hati ketika di sujud terakhir sholat tahajjudnya.

".... Kalau Engkau tetap menumbuhkan rasa cinta ini, biarkan hamba mencintai sewajarnya dan jangan mengurangi rasa cinta hamba terhadap-Mu dan Rasulullah". Lanjutnya dalam hati.

Kautsar pun mengucapkan salam pertanda selesai mengerjakan sholat tahajjud. Ia bingung semakin berupaya melupakan Yumna, semakin gencar Yumna di pikirannya. Meski Kautsar telah enggan menyebut nama Yumna di dalam do'a.

Dengan tasbih digital milik Yumna, yang masih Kautsar simpan dan selalu digunakan untuk berdzikir.

Ia melirik tasbih digital yang melingkar di jari telunjuknya tersebut,
"Tasbihmu selalu aku genggam, tapi hatimu gak mungkin aku genggam. Aku menjauh bukan karena perasaan aku berubah, tapi karena aku mencintamu. Semoga rasa cintaku ini gak buat aku kehilangan kasih sayang Yang Maha Penyayang". Ucap Kautsar.

"Semakin aku berusaha lupain kamu, seolah-olah semesta selalu membuat kita dekat. Mungkin ini ujian untuk aku agar bisa mengelola perasaanku terhadap makhluk Allah". Lanjutnya lagi.

Jujur ia lelah harus seperti ini, mencintai seorang wanita yang sudah bersuami, benar-benar ujian berat bagi Kautsar. Meski cintanya dalam diam, tapi ia tak kuasa mengatur hatinya untuk tidak jatuh ke Yumna.
Setelah itu Kautsar berdzikir hingga menjelang adzan Subuh berkumandang. Ia pun bergegas ke masjid dekat rumah, untuk melaksanakan sholat subuh berjama'ah.

Di lain tempat, Yumna pun baru selesai sholat tahajjud dan lanjut melaksanakan sholat subuh. Matanya memerah seperti habis menangis, entah apa yang dia pinta dalam do'a hingga membuatnya selalu menangis setiap malam.

-----------------------------------------------------------

Hari ini Kautsar hanya mengajar 1 kelas saja. Setelah selesai mengajar karena boring Kautsar akhirnya memotong rumput pinggir lapangan yang sudah agak tinggi. Masa bodo diperhatikan para santri dan santriwati serta guru-guru. Kautsar tetaplah orang yang sama yaitu humoris, humble dan cuek, tidak merasa malu dengan statusnya sebagai pengajar di pesantren atau cucu seorang donatur yang sedang jadi arsitek pondok pesantren tersebut.

"Assalamu'alaikum". Ucap salam seseorang membuat Kautsar nengok ke asal suara.

"Wa'alaikumsalam, eh pak haji". Jawab Kautsar sambil menyengir.

Orang itu adalah haji Jafar, ia pun mendekat dan berjongkok di samping Kautsar.

"Saya lihat nak Kautsar banyak melakukan pekerjaan di luar job desk pengajar pesantren dan arsitek juga. Apa gak capek??". Tanya haji Jafar.

Kautsar menggeleng pelan sambil lanjut memotong rumput.

"Alhamdulillah gak capek pak haji, saya happy-happy aja melakukan pekerjaan apapun disini". Ucap Kautsar tulus.

Tangan haji Jafar terulur menepuk pelan bahu Kautsar. Ia teringat dengan sahabatnya yaitu Emran Khan Al-Khaizan ayahnya Kautsar.

"Nak Kautsar mirip banget almarhum, pantes aja pertama kali ketemu kamu teringat kepada seorang sahabat baik saya". Ujar haji Jafar.

"Ayah saya?? Kan saya anaknya". Ucap Kautsar santai saja.

Haji Jafar tersenyum dan menatap sendu Kautsar yang sedang asyik memotong rumput, tingkah Kautsar benar-benar mirip Emran bukan hanya dari wajah saja tapi juga sisi humoris.

Do'a di Sujud TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang