Si lelaki bangkit dari tempatnya duduk. Ingin berpindah tempat, tetapi tiba-tiba saja dikejutkan oleh sebuah suara debuman keras. Dari arah kamar.
Apa yang jatuh? Atau dilempar? Sesuatu dilempar di kamar? Oleh Rei? Sembari bertanya-tanya, si suami berjalan menuju kamar yang dihuni istrinya.
Mendorong pintu ruangan itu, Joash melihat Rei tengah duduk di bibir ranjang seraya memegangi salah satu ujung kakinya. Dahi perempuan itu berlipat, wajahnya memerah.
"Apa yang kamu jadikan pelampiasan?" Joash mendapati koper yang harusnya ada di atas lemari, sudah tergeletak tak jauh dari ujung ranjang.
Rei meringis, menggigit bibir kuat. "Enggak sengaja jatuh, Ash. Aku mau ambil sesuatu dari koper."
Si suami berkacak pinggang, terkekeh mengejek. "Kamu mau ambil koper untuk berkemas? Mau minggat dari rumah karena aku selingkuh?"
Rei tidak menggeleng atau mengangguk. Perempuan itu beranjak dari duduk, berjalan tertatih karena jempol kaki dan jari tengahnya masih terasa sakit akibat tak sengaja tertimpa koper tadi.
Ia membuka koper. Mengambil satu buku dari sana. "Aku turunkan karena mau ambil ini, Ash. Enggak sengaja jatuh." Ia tutup kembali koper tadi.
Untung hanya kakimu yang tertimpa, rutuk Joash. Lelaki itu diam-diam mengamati ibu jari dan jari tengah kaki istrinya yang terlihat merah.
"Aku enggak lempar-lempar barang, Ash. Kamu boleh lanjutkan." Rei meminggirkan koper ke samping lemari. Tak mungkin ditaruh di atas. Ia tak cukup tinggi untuk menjangkau tempat itu.
Sikap Rei dan ucapan perempuan itu membuat Joash kembali tersenyum hambar. Ia yang berulah, kenapa ia juga yang merasakan sakit? Rei saja bisa bersikap tak peduli.
Saat istrinya itu sudah akan berjalan menuju tempat tidur, Joash meraih lengan perempuan itu. Membuat Rei berbalik dan menatap wajahnya. "Keluar. Keluar dari kamar ini."
"Kenapa?" Rei menarik tangannya. Tak sudi disentuh.
"Aku mau pakai kamar ini sama pacar-pacarku." Si suami menjawab dengan nada santai dan senyum di wajah.
"Ini bukan satu-satunya kamar di rumah ini, Ash."
Baik. Rei protes. Joash suka ini. "Aku inginnya di sini. Kenapa? Kamu keberatan? Ini masih rumahku, kalau kamu lupa."
Pria itu mendekat, meraih pinggang Rei, merapatkan tubuh mereka. Laki-laki itu mengecup bibir istrinya beberapa kali. "Atau, kamu mau ikut gabung?" tawarnya dengan senyum merendahkan.
Tidak menatap tajam, sebaliknya Rei berusaha terlihat sesendu mungkin. Perempuan itu menurunkan pandangan, mendekat pada Joash untuk mencium si lelaki.
Joash menyambut itu. Ia mendorong dirinya lebih kuat pada Rei. Memberi sentuhan, gigitan dan hisapan pada bibir istrinya. Tanpa sadar pria itu larut dalam gairah. Seperti biasa, dirinya memberikan reaksi istimewa pada Rei.
Mereka tak lagi berdiri. Rei sudah terbaring di ranjang, dengan Joash di atasnya. Tak lagi di bibir, ciuman Joash sudah berpindah ke leher dan dada istrinya.
Saat Joash akan semakin jauh, Rei tiba-tiba mendorong dada pria itu. Mereka berjarak, saling bertatapan dengan napas saling berkejaran.
"Aku enggak kenal mereka. Bakal aneh kalau aku ikut gabung." Jawaban Rei atas ajakan bergabung tadi.
Sorot mata Joash yang semula berkabut gairah, bercampur amarah sekarang. Bodoh, ia memaki diri sendiri. Bisa-bisanya terpancing pada permainan Rei. Perempuan itu pasti sengaja membangkitkan gairahnya. Untuk apa? Untuk ditinggalkan seperti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love
RomanceRei berhasil menipu semua orang, termasuk Joash, suaminya. Sikapnya yang baik, polos, patuh dan seolah-olah sangat mencintai Joash, sebenarnya hanyalah kedok agar bisa menumpang hidup. Benalu berkedok istri. Satu hari, kebohongan Rei akhirnya ter...