Bab 48

2.4K 148 11
                                    

"Ash, jangan lupa singgah di supermarket. Beli susu aku."

Joash yang sedang mengemudi melirik pada istrinya. "Titip Kak Viona aja, ya? Kita langsung pulang aja."

Mereka ini habis mengantar Bela kembali ke kontrakan. Rei bilang ingin singgah di supermarket untuk membeli susu hamil. Namun, Joash menolak.

Mereka sedang ada di luar rumah. Joash khawatir jika nanti berhenti di suatu tempat, Rei akan mengambil kesempatan untuk kabur. Karenanya, pria itu berkata akan meminta tolong Viona saja.

"Aku enggak akan kabur, Ash," sungut Rei.

Si suami mengernyitkan dahi. Ia tak memberitahu apa-apa, mengapa istrinya bisa menebak dengan benar?

"Itu di depan. Beli di situ aja." Rei menunjuk sebuah supermarket di seberang jalan. "Aku enggak akan kabur, Joash. Perut aku udah besar, udah susah buat lari."

Memelankan mobil, Joash meneliti kesungguhan Rei lewat mimik perempuan itu. Tak ada yang bisa dibaca. Rei tetap saja memasang raut tenang dan meyakinkan.

"Kalau kamu kabur, sumpah, aku bakal melakukan hal yang enggak pernah kamu duga," ancam si pria setelah mobil sepenuhnya berhenti. Tidak masuk ke parkiran, Joash menaruh kendaraan di seberang supermarket.

"Sekalian beli biskuit, ya."

Sudah membuka seat belt, Joash menatap gusar ke kursi penumpang. Bisakah ia percaya pada Rei? Apa benar perempuan itu tak akan kabur? Ini kesempatan bagus, 'kan?

"Kamu ikut aku," tandas Joash pada akhirnya.

Rei menggeleng. "Malas jalan. Nyebrang juga. Kamu aja."

Joash berdecak. Lelaki itu bimbang sekali sampai-sampai meremas rambut sendiri beberapa kali.

"Enggak kabur, Joash. Aku mau pergi ke mana enggak bawa baju satu pun? Uang aku juga di rumah." Rei kembali meyakinkan, tetapi kalimatnya diselipi tawa. Perempuan itu heran saja karena suaminya begitu repot untuk hal sederhana begini.

"Malah ketawa. Kamu enggak tahu udah berapa syaraf aku yang putus cuma karena ini." Joash mengacak rambut Rei gemas.

"Cepat sana. Biar bisa cepat pulang. Aku ngantuk."

Mau tak mau, walau setengah hati cemas, Joash akhirnya turun dari mobil. Berlari menyebrang jalan dan masuk ke supermarket.

Pria itu hanya mengingat dua hal yang diminta Rei untuk dibelikan. Susu hamil dan biskuit. Usai mendapatkan dua benda itu, si pria segera meninggalkan tempat belanja tersebut.

Mungkin karena buru-buru, Joash jadi tak hati-hati. Saat akan menyebrang menuju mobil, pria itu ditabrak sebuah sedan dari arah kiri. Tubuh Joash terdorong cukup jauh ke depan.

Seketika arus kendaraan di jalan raya itu terhenti. Klakson berbunyi di sana-sini. Beberapa pengendara lain, termasuk pengemudi mobil yang menabrak Joash turun dan menghampiri si korban yang sudah tergeletak di aspal.

Rei juga gegas ke sana. Perempuan itu merasakan tangan dan kakinya gemetar saat mendapati kepala Joash berdarah. Dahi kiri pria itu terluka, mungkin karena berbenturan dengan aspal.

"Rei." Didera sakit dan sedikit pusing, Joash mengangkat lengannya pada sang istri yang berdiri lima langkah darinya.

Pria itu merasa takut sekali. Bukan hanya takut pada kematian, tetapi juga pada  kemungkinan bahwa istrinya  akan kabur. Ini situasi yang menguntungkan untuk lari.

Di tempatnya, Rei seolah bisa mengerti arti tatapan Joash itu. Mematung, ia juga mulai goyah. Haruskah pergi? Ini kesempatan emas. Jika tidak pergi sekarang, ia akan kembali terkurung di kamar. Bukankah Rei ingin berpisah? 

Fake Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang