Menutup pintu dari dalam kamar, Joash tak langsung memberikan penjelasan yang Rei minta. Laki-laki itu membawa si perempuan duduk di pinggir ranjang. Memulai dengan ciuman, lalu berakhir dengan olahraga.
Joash menjelaskan seraya membimbing Rei menjemput puncak. Ini rumah Viona, mereka tidak punya banyak waktu.
"Mereka percaya?"
Mereka sampai.
Masih tersengal, Rei membawa tubuhnya duduk. Ia melempar sorot penasaran pada Joash yang terduduk di karpet. Ia ingin tahu apa rencana pria itu mengelabui orangtuanya berhasil atau tidak.
Untuk sesaat, Joash memuji cepatnya Rei bisa berkonsentrasi dari efek yang baru saja mereka dapatkan. Pria itu mengangguk sebagai jawaban. Diam-diam memuji paras menawan perempuan di tepi ranjang.
Sadar dirinya ditatapi, Rei bertanya, "Kamu sudah selesai, Ash?" Ia ikut menurunkan pandang, ke arah dua mata Joash tertuju sejak tadi.
Senyum jenaka Joash muncul. Pria itu bangkit berdiri, menarik ke atas bawahan, memunggungi si perempuan.
"Aku sudah pesankan pakaian yang harus kamu kenakan saat bertemu Mama nanti. Sudah datang, ada di bawah. Kamu bisa siap-siap sekarang."
"Ada hal yang harus kulakukan dan tak boleh dikatakan saat bertemu Mama kamu nanti?"
Rei harus memastikan dirinya tak salah langkah. Ia butuh ini. Disetujui keluarga Joash, menikah. Angkat kaki dari rumah Reyan dan Sasa, tak menjadi penghalang untuk Nisa yang ingin segera bertunangan.
Joash menggeleng. Pria itu berbalik, memandang lurus pada dua mata Rei. "Apa pun pendapat Mama, aku tetap akan menikahi kamu. Bukan perempuan lain."
Membalas tatapan teduh itu, Rei jadi sedikit merasa bersalah. Apa ia terlalu jahat karena menipu lelaki baik seperti Joash? Namun, Rei tidak sepenuhnya berbohong, 'kan? Ia tak pernah mengatakan cinta. Joashlah yang menyimpulkan itu sendiri.
Demi mengelak dari rasa tak nyaman yang mulai membesar, Rei berinisiatif membalas kebaikan Joash barusan.
"Aku mau mandi."
"Di sana." Si laki-laki menunjuk kamar mandi yang berada di dalam ruangan itu.
"Kamu sudah mandi?"
Joash menggeleng. Ingin mengalihkan tatap, tetapi dua kaki polos Rei sungguh sayang untuk dilewatkan.
"Bersama?"
Joash menaikkan wajah. Senyumnya lebar, matanya berbinar. Gegas kakinya menghampiri Rei. "Jangan terlalu pengertian, Rei. Aku jadi senang."
***
Rei itu cantik. Seperti semua perempuan. Memang, bukan jenis kecantikan yang langsung membuat terpana di pandangan pertama. Namun, Joash sangat yakin jika Rei adalah yang paling cantik.
Jujur saja. Ketertarikan Joash Rei bukanlah karena kecantikan wajah. Melainkan bentuk tubuh. Sedikit aneh, Joash suka perempuan yang ukuran tubuhnya tipis. Bukan ramping dan menonjol di bagian seharusnya, tetapi yang benar-benar tipis, kurus, mirip sepeti orang kurang makan.
Rei demikian. Lengannya kecil, terlihat bisa saja patah sewaktu-waktu jika terkena hantaman. Pinggangnya hanya tiga kali jengkal tangan perempuan itu. Pinggulnya, luar biasa menggairahkan. Lumayan tinggi dan kakinya bagus. Panjang dan kurus, membuat Joash ingin sekali menyentuh atau meremasnya.
Tak menyangka akan menemukan tipenya, di pertemuan pertama Joash mantap menjadikan Rei kekasih. Tidak rugi sama sekali. Perempuan itu benar-benar cantik, seperti yang Joash mau.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love
RomanceRei berhasil menipu semua orang, termasuk Joash, suaminya. Sikapnya yang baik, polos, patuh dan seolah-olah sangat mencintai Joash, sebenarnya hanyalah kedok agar bisa menumpang hidup. Benalu berkedok istri. Satu hari, kebohongan Rei akhirnya ter...