Bab 25

1.8K 105 4
                                    

"Dimi, Sayang. Tolong, ya. Tolong bermurah hati padaku kali ini."

Langkah Joash menuju ruang tamu seketika terhenti. Pria itu terpaku di tempat mendengar istrinya berucap semanis itu, menyebut nama lelaki lain.

"Kamu sayang aku, 'kan? Aku juga sayang kamu, Dim. Jadi, tolong temukan jalanmu."

Plastik berisi kue yang sengaja dibeli untuk Rei jatuh ke lantai. Berapi-api, langkah lebarnya menghampiri Rei yang menoleh dengan wajah terkejut.

Pria itu langsung menyambar ponsel si istri. Melemparnya asal, beruntung jatuh ke sofa lain.

"Kamu selingkuh? Tega kamu berkhianat sama aku, Rei?" Memegangi bahu Rei kuat, sorot mata Joash dipenuhi amarah dan luka.

Berulang kali laki-laki itu bercerita soal istri jadi-jadian yang dimiliki teman-temannya. Soal istri yang gemar bermain di belakang suami, tidak setia dan mengarang berbagai alasan agar perbuatan menyeleweng itu dibenarkan. Lalu, apa? Rei malah melakukan hal tersebut?

"Apa yang kurang dari aku, Rei? Apa?!" Teriakan itu menggambarkan betapa Joash frustrasi saat ini. Dalam sekejap semua kebahagian yang dengan bangga diceritakan hangus begitu saja.

Ia menyesal mengabaikan keanehan Rei beberapa hari belakangan. Harusnya ia curiga mengapa beberapa hari kemarin Rei selalu memainkan ponsel sebelum mereka tidur. Harusnya dia peka pada senyum semringah perempuan itu tiap kali menatapi gawai. Jadi ini? Rei selingkuh.

Rei meringis. Bahunya sakit. "Aku enggak selingkuh, Ash. Kamu kenapa?"

Si suami tersenyum getir. "Masih mau mengelak? Aku sudah dengar semuanya, Rei! Aku sudah dengar! Kamu bahkan memanggilnya sayang?!"

Perlu meluapkan amarah, Joash melepaskan cengkeraman tangan dari bahu Rei. Pia itu menendang apa saja yang bisa dijangkau. Memukul semua benda yang mampu diraih. Alhasil, TV mereka jatuh dan pecah. Meja di sana terbalik dan dua sofa bergeser dari tempat.

Saat Joash sudah akan memukul dinding, Rei buru-buru memeluk pria itu dari belakang.

"Dengarkan aku dulu, Ash! Dengarkan aku dulu!"

Joash meronta, berusaha melepaskan diri dari kungkungan dua lengan Rei. Bukan soalan sulit, perempuan itu berhasil ia hempas hingga tersungkur di lantai.

"Apa yang kurang dari aku, Rei? Apa?!" Lelaki itu terduduk di ubin. Meremas dan menjambak rambutnya. "Aku kasih semua yang kamu minta. Aku enggak pernah setulus ini sama orang. Aku bahkan nurut sama kamu. Tapi, apa? Ini balasan kamu? Berengsek!"

Rei berusaha berdiri. Berjalan sedikit tertatih, ia duduk di depan Joash. Menangkup wajah pria itu dan menyatukan dahi mereka.

"Aku salah apa, Rei? Aku salah apa?"

"Bokongku sakit, Ash. Kalau nanti bentuknya berubah dan kamu jadi enggak suka, itu bukan salahku."

Lelaki di sana semakin berang mendengar itu. Rei masih bisa bercanda di keadaan genting begini? Pernikahan mereka di ujung tanduk.

"Aku enggak selingkuh."

"Aku enggak tuli, Rei. Aku dengar kamu sebut namanya." Tidak peduli sejelek apa wajahnya sekarang, yang jelas Joash ingin mengekspresikan kecewanya. Pria itu meringis menahan pedih yang melanda.

"Dimi?"

"Siapa bajingan itu? Apa lebihnya dari aku, Rei? Apa?!"

Rei menghela napas. Ia beranjak untuk mengambil ponsel yang tadi sempat dilempar. Beruntung benda itu masih menyala. Ia pun menunjukkan apa yang tadi dilihat.

"Itu Dimi. Nama panjangnya Dimitri. Dia karakter dalam novel, Ash."

Menyeka hidung yang berair, Joash memicing pada si istri. Yang ia lihat di layar ponsel itu hanya tulisan dan memang ada nama Dimitri di sana.

Fake Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang