Bab 24

1.4K 106 3
                                    

Rei sakit. Mereka tidak punya asisten rumah tangga. Artinya, semua pekerjaan rumah otomatis menjadi tanggung jawab Joash.

Usai membantu Rei minum obat beberapa jam lalu, di hari kedua si istri sakit, Joash mulai kebingungan menangani pekerjaan rumah tangga.

Pria itu akhirnya sadar bahwa selama ini sudah salah karena menggampangkan tugas istri di rumah. Hanya cuci piring, memasak, mencuci pakaian, menyetrika, menyapu, mengepel, menyiram tanaman, menyapu halaman, memastikan air minum dan gas tersedia, ternyata semua itu tak segampang yang dibayangkan. Joash kepayahan, bahkan ini belum sehari.

Ia sudah mencuci piring, dua gelas jatuh dan pecah. Ia sudah memasak bubur super asin untuk Rei. Pria itu sudah merendam pakaian kotor, sempat bingung bagaimana cara mencucinya, tetapi pada akhirnya berhasil menjemur semua itu di halaman belakang. Sudah mengutuk ratusan kali karena lelah yang mendera, Joash masih harus melakukan satu pekerjaan lain. Mengepel lantai rumah.

Ia mulai dari teras depan, bergerak ke ruang tamu, dan sekarang ada di kamar. Sesekali memegangi pinggang yang terasa seperti akan lepas, Joash berusaha memelankan suara makian demi tidak membangunkan Rei.

"Kamu ngapain, Nye?"

Terkesiap, pria itu nyaris menjatuhkan kayu pel di tangan. Rei malah terbangun. Apa karena tadi ia tak sengaja menendang lemari?

"Aku berisik, Rei?"

Rei menggeleng. Perempuan itu berusaha meraih air dari nakas tadinya, tetapi Joash lebih dulu membawakan.

Sudah membasahi tenggorokan, Rei memandangi wajah pria yang duduk di tepi kasur. Perempuan itu tertawa, tangannya mengusap peluh di dahi lebar Joash. "Kamu ngapain?" Ia mencium bau yang aneh di ruangan itu.

Joash menggeleng dan mengembuskan napas kasar. "Gila. Kerjaan kamu tiap hari begini, Rei? Aku kira mudah." Pria itu memegangi pinggangnya. "Capek. Enggak sanggup aku."

Si istri tertawa. "Habis mengepel?"

"Cuci piring, pakaian, nyapu. Ampun. Apa kita pakai asisten rumah tangga aja, ya?" Jika dia saja yang pria lelah melakukan hal-hal remeh itu, bagaimana Rei yang adalah perempuan?

Untuk tanya itu, Rei menggeleng. Jika mereka punya ART, maka Rei sudah tak punya fungsi lagi. Ia bisa-bisa ditendang dari rumah ini.

"Aku udah sembuh."

Joash memeriksa dahi. "Masih hangat. Kepala udah enggak pusing?"

"Kamu istirahat aja dulu. Aku mau ke kamar mandi, habis itu masak. Aku enggak mau makan bubur asin kamu lagi."

Rei sudah turun dari ranjang, Joash ikut-ikutan berdiri. Pria itu memegangi lengan istrinya dengan raut cemas.

"Udah bisa jalan, Ash. Pusing sedikit, masih bisa ditahan." Rei melepaskan pegangan Joash.

"Jangan sampai jatuh, ya."

Rei berhenti berjalan. Ia menatap Joash, tersenyum lembut ke sana. Satu tangan perempuan itu mengusap pipi si lelaki.

"Apa, Rei?" Joash heran karena setelah tersenyum, istrinya malah tertawa pelan.

"Kamu ngepel pakai apa? Ini bukan wangi cairan pembersih lantai. Ini wangi pewangi pakaian." Ia bicara begitu karena hapal benar bau yang sejak tadi tercium.

Memamerkan gigi rapinya, Joash juga ikut tertawa. Pria itu malu bukan main.

Rei rasa dirinya tak terlalu lama di kamar mandi. Hanya mencuci wajah, menggosok gigi dan buang air kecil. Namun, saat keluar, perempuan itu tak menemukan suaminya di kamar. Kain pel dan ember juga sudah tak di sana.

Fake Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang