"Aku siapkan makan siang kamu dulu, ya?"
Rei tak mengiyakan ucapan Joash. Perempuan itu meraih tangan suaminya, membuatnya duduk kembali di sebelahnya.
Mereka baru saja pulang dari rumah sakit. Memeriksa perkembangan anak dalam kandungan Rei. Dokter sudah menjelaskan beberapa hal pada Joash, seperti keadaan si janin, berapa tepatnya usianya dan beberapa saran. Namun, ada satu hal yang belum pria itu ketahui.
"Kenapa? Mau dibelikan makanan dari luar?"
Rei menggeleng. Ia berusaha mengulas senyum, tetapi terlihat sangat hambar.
"Ada yang mau aku kasih tahu."
Joash mendengarkan. Menunggu dengan penuh perhatian, sebab mimik wajah istrinya terlihat serius sekali.
"Anak kamu. Dia enggak bisa lahir secara normal."
Joash tersentak, tetapi masih berusaha mendengarkan penuturan Rei selanjutnya.
"Aku harus operasi caesar dan kata dokter, biayanya lebih mahal."
Dokter yang mana? Joash membatin. Seingatnya, dokter kandungan yang mereka temui tadi tak menyebutkan apa yang barusan Rei ucapkan.
"Dokter tadi enggak bilang, karena aku yang minta. Biar aku yang jelasin ini sama kamu." Rei memegangi tangan Joash lebih erat.
"Menjelaskan apa, Rei?" Lelaki itu mulai melipat dahi. Berita tiba-tiba ini membuat suasana hatinya seketika memburuk. Apa ini situasi yang serius? Tapi, situasi apa?
Rei mulai menuturkan. Dimulai dari pengalamannya saat duduk di bangku SD dan SMP. Saat itu Rei sama sekali tak bisa ikut upacara bendera, karena selalu pingsan sebelum apel selesai.
Kemudian, saat SMA. Prestasi akademik Rei tak bisa maksimal, karena perempuan itu kerap absen dikarenakan sakit. Mudah lelah dan mudah sakit.
"Belakangan aku baru tahu, itu namanya aritma jantung. Kelainan pada jantung, di mana denyutnya enggak normal dan enggak seperti orang biasanya."
Saat sudah bekerja, kelainan jantung yang pernah Rei dengar dari ayah dan ibunya mulai ditelusuri. Dari gajinya, Rei mencari pengobatan alternatif karena takut mendengar vonis harus operasi dari dokter.
Umumnya, jantung orang normal akan berdetak 60 kali dalam satu menit. Pengidap aritmia takikardia akan punya jumlah detak jantung lebih dari 100 kali dalam 60 detik. Untuk kasus Rei, ia punya 120 kali detakan dalam satu menit.
"Aku sempat berobat, pijat alternatif. Dua kali seminggu, yang dipijat itu tangan sama kaki. Ditambah harus minum ramuan herbal. Itu manjur untukku. Enggak langsung normal, tapi detak jantungku enggak secepat biasanya," jelas Rei dengan senyum sedih.
Joash habis kata. Ia bagai mengetahui rahasia besar yang selama ini ditutupi. Dan sialnya, itu membuat perasaan hancur.
"Setelah agak normal dan enggak sering kambuh, aku berhenti berobat. Kebetulan, saat itu aku enggak kerja lagi." Rei mendapat raut Joash berubah masam. Perempuan itu yakin, si lelaki sedang mencemaskan anaknya.
"Kamu tenang aja, Ash. Anak kamu baik-baik aja. Orang seperti aku bisa hamil, selama diawasi dokter."
Pertama kali Rei merasakan penyakitnya kambuh adalah saat nyaris pingsan di supermarket. Saat ia dimarahi Joash karena meminta bantuan Naka.
Rei berterus-terang pada dokter kandungan yang menanganinya. Ia dirujuk ke salah satu dokter jantung dan sejak itu sering dipantau.
"Aku enggak kasih tahu kamu, karena enggak mau kamu cemas." Rei menarik dagu Joash, agar pria itu menatapnya. "Aku enggak bohong. Anak kamu baik-baik aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love
Roman d'amourRei berhasil menipu semua orang, termasuk Joash, suaminya. Sikapnya yang baik, polos, patuh dan seolah-olah sangat mencintai Joash, sebenarnya hanyalah kedok agar bisa menumpang hidup. Benalu berkedok istri. Satu hari, kebohongan Rei akhirnya ter...