"Kamu enggak paham. Kamu enggak tahu rasanya. Sakit semua badan aku, Rei. Kayaknya aku bakalan mati hari ini."
Oh, dia mulai menggerutu dan mengoceh yang tak penting lagi. Menatap datar, berusaha menahan gejolak kesal yang sudah di-ubun-ubun, Rei tersenyum miring.
"Dokter itu kayaknya salah kasih obat. Perut aku masih kerasa enggak nyaman. Sedikit perih, mau muntah terus. Ka--"
"Nyenyenyenyenye. Nyenyenyenyenye. Nye-nye-nye."
Joash termangu, Rei tersenyum lembut. Mereka berpandangan, lalu si istri tertawa. Mangkuk berisi bubur ia taruh agar bisa memeluk Joash.
"Ingat kamu pernah mengejek aku begitu, waktu aku coba ingatkan?"
Lelaki di sana mengerjap. Ia kesal. Ia tak suka diejek seperti tadi. Namun, mengapa tak ingin marah sama sekali?
"Jahat. Menertawakan suami sendiri yang lagi sakit," ucap Joash lirih. Ia menyesal. "Ini sakit, Rei. Kepalaku pusing dan sakit. Semua tulangku ngilu."
"Nyenyenyenyenye. Nyenyenye." Rei mengulang ledekannya. Perempuan itu tertawa puas, kali ini tak menahan diri lagi.
Malu, si lelaki balas memeluk Rei. Wajahnya dibenamkan di bahu Rei.
"Makan, ya? Atau mau aku belikan sesuatu dari luar? Bakso? Sate? Nasi goreng?"
"Enggak selera, Rei. Mau tidur aja. Perutku kayak kembung gitu."
"Nyenyenye." Rei bersuara seraya membawa tubuhnya untuk duduk. Masih dengan senyum, ia menatapi Joash yang terlihat mati kutu. "Aku cari makanan di luar. Tunggu sebentar, ya, Nye."
Malam itu akhirnya Joash makan juga. Walau menu yang dipilih sedikit bertentangan dengan penyakit yang diderita. Pria itu melahap habis satu porsi sate padang yang Rei belikan.
Pria itu berkeringat, wajahnya yang semula pucat perlahan memerah dan itu lebih baik. Seolah dipecut, semangat Joash juga kembali ada.
"Beli di mana? Enak, Rei." Ia meneguk habis air hangat yang Rei berikan.
"Di sana. Jauh." Perempuan itu memberikan obat yang harus Joash telan.
"Naik motor kamu?"
Yang ditanya mengangguk, lalu menguap. Setelah Joash meminum obatnya, Rei meminta pria itu berbaring. "Tidur, ya. Istirahat."
Melihat istrinya sudah akan beranjak, Joash bertanya, "Kamu mau ke mana? Tidur sini."
"Aku mau beli satenya satu lagi. Siapa tahu kamu kebangun nanti malam dan lapar. Bentar, ya. Tidur duluan aja."
***
Joash melirik tak senang ke arah pintu rumah saat mendengar suara klakson mobil dari luar. Laki-laki itu menoleh lagi pada Rei yang tertidur di sofa. Perempuan itu tak terbangun, ia lega.
Keadaan Joash sudah lebih membaik hari ini. Besok mungkin sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Semua ini berkat Rei, tentu saja.
Istrinya yang tengah tidur itu merawatnya seperti merawat bayi. Seharian ada di samping Joash, menemani dan memberikan apa yang Joash butuhkan. Obat, makanan, minum, buah, bahkan membantu pria itu bersih-bersih.
Siang ini, saat keluar dari kamar tadi, Joash menemukan Rei tertidur di sofa. Di dekat perempuan itu ada beberapa potong pakaian yang tampaknya akan dilipat. Rei kelelahan, itu pasti. Karenanya sampai ketiduran begini.
"Katanya kamu sakit?"
Suara kelewat keras dari Naka membuat Joash memalingkan wajah. Si tuan rumah melotot sebagai isyarat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love
RomanceRei berhasil menipu semua orang, termasuk Joash, suaminya. Sikapnya yang baik, polos, patuh dan seolah-olah sangat mencintai Joash, sebenarnya hanyalah kedok agar bisa menumpang hidup. Benalu berkedok istri. Satu hari, kebohongan Rei akhirnya ter...