Bab 54

2.6K 163 3
                                    

Sekitar pukul tiga sore, Rei akhirnya melihat Joash pulang. Pria itu terlihat berpeluh di kening. Tampak lelah juga, tetapi masih sempat melempar senyum padanya.

"Kamu antar ke mana bubur yang 50 cup itu?" Rei bertanya saat suaminya sudah selesai mandi. Mereka duduk di tepian ranjang sekarang.

Tadi itu, saat ia dan yang lain membagi-bagikan bubur untuk para tetangga, Joash pamit pergi dengan sepeda motor. Pria itu membawa sekitar 50 gelas berisi bubur. Kata Bianca, Joash ingin membaginya di tempat lain.

"Aku jual di warnet, Rei. Lumayan, laku sepuluh ribu per gelas." Usai menjelaskan, lelaki itu mengamati raut wajah istrinya. Rei tak terlihat marah, hanya mengangguk, ia jadi tertawa.

"Ash, kamu beneran aneh belakangan ini. Sering senyum dan tertawa sendiri."

Joash memeluk perempuan itu dari samping. "Aku bagi di jalan. Aku kasih sama orang-orang di perempatan jalan dekat warnet."

Oh. Rei mengangguk saja. Terserah Joash ingin melakukan apa. Ia hanya ingin tahu.

Hening beberapa saat menyelimuti. Rei jadi semakin gugup. Sebenarnya, ia ingin mengatakan sesuatu pada Joash. Ucapan terima kasih, karena hari ini pria itu sudah berhasil membuat ulang tahunya berkesan. Namun, ia bingung bagaimana cara melakukannya.

"Ash."

"Hmm."

"Tadi Nisa muji kamu. Katanya, kamu itu suami idaman. Dia mau cari suami yang kayak kamu."

"Terus?"

"Kata dia lagi, aku ini beruntung dapat suami kayak kamu. Kata dia, kamu itu sayang sama aku."

"Terus?"

Ditanggapi biasa saja, Rei jadi merengut. Ia menoleh pada si lelaki. "Kamu dengar aku, enggak?"

Dua alis tebal Joash meninggi. "Aku nyahut dari tadi."

"Pokoknya gitu. Katanya, kamu itu laki-laki idaman."

"Kamu?"

"Aku apa?'

"Menurut kamu, aku idaman atau enggak? Aku enggak butuh pendapat Nisa ngomong-ngomong. Pendapat orang lain pun enggak penting. Yang penting cuma kamu. Apa aku cukup berhasil mewujudkan maunya kamu hari ini?"

Ditatap serius dan tepat di mata seperti sekarang oleh Joash, Rei tanpa sadar menggigit bibir. Ia gugup. Semakin bingung bagaimana caranya berterima kasih pada pria itu.

Hari ini Joash terlihat sangat tulus. Semua yang pria itu lakukan seolah berasal dari hati, hingga mampu membuat Rei terenyuh berulang kali. Jadi ... ucapan terima kasih apa yang sekiranya pantas untuk membalas itu semua?

Rei menengadahkan tangan ke depan Joash. Pria itu menaikkan satu alis, ia berkata, "Minta tangannya, sini."

Joash menaruh tangan di telapak Rei.

Rei membalik tangan Joash, membuat punggung tangan pria itu menghadap ke bawah. Kemudian, perempuan itu menunduk. Memberikan kecupan di telapak tangan suaminya.

"Makasih banyak, Ash. Ini perayaan ulang tahun paling berarti yang aku punya."

Usai mengucapkan itu, Rei benar-benar merasa lega. Tak banyak kata, tetapi itu semua yang ia punya. Dari dasar hati yang paling tulus, Rei sungguh-sungguh bersyukur atas apa yang sudah Joash berikan.

Perempuan itu mengangkat wajah, bertemu pandang dengan suaminya. Entah kenapa, Rei melukis senyum. Senyum yang hanya ingin ia berikan pada Joash seorang.

"Kolam ikan kamu ...." Joash tercekat. Pria itu berkedip cepat, membasahi tenggorokan. Untuk sejenak tadi, ketika telapak tangannya dikecup, ia merasa tak berada di mana pun. Terlalu terhanyut dengan ucapan terima kasih dari sang istri.

Fake Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang