Aritimia takikardia. Sebelum ini, Joash tak pernah mendengar istilah itu. Ia hanya sekadar tahu bahwa ada penyakit kelainan jantung. Jenis, gejala dan namanya tak pernah dipedulikan.
Aritmia takikardia. Setelah semalaman tidak tidur dan mencari tahu tentang itu lewat ulasan di internet, akhirnya Joash mendapat sedikit pencerahan pagi ini.
Takikardia ini lawannya bradikardia. Seseorang dengan keadaan mengidap takikardia akan memiliki detak jantung yang sangat cepat, persis seperti keadaan orang yang sedang lari, padahal tengah tidak melakukan hal berarti. Seratus lebih per menit, padahal normalnya jantung berdenyut itu 60 kali dalam satu menit.
Dari yang Joash baca, keadaan demikian ada yang berbahaya dan ada yang tidak. Ada yang harus minum obat setiap hari agar detak jantungnya normal dan ada yang tidak parah. Untuk kasus Rei, Joash yakin istrinya itu ada di keadaan cukup parah.
Rei yang mengaku jika dulu kerap pingsan tiba-tiba saat kelelahan. Perempuan itu mengikuti pengobatan alternatif hingga keadaannya sedikit membaik. Dan Joash yakin, kenapa Rei kembali kambuh sekarang-sekarang ini pasti ada hubunganya dengan masalah mereka dan kehamilan.
Di heningnya kamar pukul tiga pagi, Joash yang duduk di samping Rei yang tertidur, menampakkan raut menyesal. Pria itu sedih, sebab baru mengetahui keadaan dari wanita yang ia cintai.
Membayangkan apa yang Rei alami selama ini dengan keadaan tubuh yang tidak sehat, Joash sungguh merasa menjadi orang paling jahat di dunia. Rei pasti lelah secara fisik dan psikis. Dan kambuhnya aritmia perempuan itu belakangan ini pasti karena akumulasi gejolak emosi dan kelelahan yang selama ini Rei punya.
Sekarang, Joash harus apa? Laki-laki itu sungguh tak berdaya. Kondisi Rei tidak sehat, ditambah harus menjaga kondisi anak mereka. Joash bisa melakukan apa untuk bisa mengurangi beban Rei?
Rei tak akan bisa mengambil tindakan serius untuk penyakit kelainan detak jantungnya dalam waktu dekat karena sedang mengandung. Ditambah, Joash cemas anaknya di dalam perut juga bisa saja terancam, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan-- kondisi Rei memburuk.
Larut dalam pikirannya yang kusut, Joash merasakan sentuhan di punggung tangan. Pria itu mendongak, menemukan Rei yang terbangun.
"Kenapa? Ada yang sakit?" Joash memegangi pergelangan tangan sang istri. Memeriksa detak di sana. Ia merutuki diri. Bisa-bisanya selama ini tidak sadar jika memang denyut di sana tak pernah sama dengan miliknya. Cepat sekali.
Wajah cemas pria itu semakin tak karuan kala melihat ada peluh di kening si istri yang mengerut.
"Kenapa, Rei?" Telapak tangan Joash mengusap dahi Rei.
"Agak sesak, Ash." Rei berusaha bangun untuk membuat bantalnya lebih tinggi. Pada Joash yang membantunya, perempuan itu berterima kasih lewat usapan di lengan.
"Kita ke dokter, Rei?"
Yang ditanya menggeleng. Ia menangkap gusar di air muka sang suami. "Kayaknya ini bawaan bayi. Ibu hamil memang sering sesak katanya, Ash." Rei bertanya kenapa membohongi diri sendiri. Jika sesak ini karena bawaan bayi, apa dadanya juga harus ikut nyeri?
"Kamu yakin enggak butuh obat, Rei? Dokter bilang obatnya aman untuk kamu dan bayi."
Kepala Rei menggeleng. Perempuan itu memejam, berusaha mengatur napasnya yang sudah seperti orang dikejar anjing. Dada perempuan itu naik-turun dengan cepat. Satu tangannya yang tidak dipegang Joash mengusap perut, berharap anaknya di sana tidak terganggu atau terkena imbas.
Beberapa saat berlalu, debaran dan sesak itu makin menjadi. Rei membuka mata. Wajah Joash yang tengah menatapnya sedih membuat perempuan itu ingin menangis. Dan ia benar-benar menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love
RomantizmRei berhasil menipu semua orang, termasuk Joash, suaminya. Sikapnya yang baik, polos, patuh dan seolah-olah sangat mencintai Joash, sebenarnya hanyalah kedok agar bisa menumpang hidup. Benalu berkedok istri. Satu hari, kebohongan Rei akhirnya ter...