Bab 2

2.5K 137 2
                                    

Warn! 21+

*
*
*
*
*

"Ash ...."

Joash yang berpeluh menyeringai mendengar suara itu. Ditambah pemandangan super bagus di bawahnya, lelaki itu bersumpah tak akan mengakhiri ini.

Lelaki itu mabuk, tanpa perlu alkohol. Cukup sang jelita yang tengah mengernyit dan bersuara frustrasi di bawah kuasanya seperti ini, sudah lebih dari cukup untuk membuatnya hampir lupa memakai akal sehat.

"Kenapa kamu memprovokasiku, Rei?"

Kursi penumpang mobil di bagian belakang menjadi saksi saat dua insan yang tengah terbakar hasrat itu kembali menyatu. Entah untuk yang ke berapa kali.

Rei membantah tuduhan tadi dalam hati. Memprovokasi katanya? Barusan itu ia protes. Entah sudah pukul berapa saat ini, tetapi lelaki yang sekarang menguasainya tak kunjung berhenti atau berniat menyudahi kegiatan melelahkan mereka.

Mobil bergoyang.

Si aneh Joash benar-benar melakukannya di dalam mobil yang diparkir di garasi rumah pria itu. Sungguh di luar tebakan.

"Ash." Rei menggigit bibir, sebisa mungkin tak memperdengarkan efek suara berlebihan. "Aku harus pulang, kamu lupa?" Perempuan itu tersengal, Joash membuatnya bergelora lagi.

"Setelah ini, oke? Salahmu karena terlalu mengusik. Ini, lain kali jangan menunjukkan ini padaku." Pria itu memegangi erat pinggul Rei yang kecil. Menatapi lekat, membuat hujamannya semakin terasa legit.

Rei memaki dalam hati. Bagaimana bisa ia tak menunjukkan yang Joash maksud, jika tiap mereka bertemu, si lelaki selalu ingin melucutinya?

Tak punya pilihan selain membiarkan Joash melakukan apa yang ia mau, perempuan itu hanya bisa pasrah dan menerima. Merasakan dirinya dan mobil terus berguncang, berharap semoga Joash tidak sampai gila dan melakukan ini hingga pagi nanti.

Joash Chandra.

Rei mengenalnya dari laman media sosial, beberapa minggu lalu. Mereka bertukar komentar di postingan milik Rei yang berisi pengumuman yang menyatakan bahwa perempuan itu mencari calon suami.

Saya perempuan, 27 tahun, siap dinikahi. Bisa menjadi IRT sekaligus ART.

Awalnya Joash meninggalkan komentar, mengisyaratkan ia tertarik atas tawaran Rei. Kemudian, mereka berkenalan melalui pesan, bertukar nomor ponsel, lalu kopi darat.

Semua berjalan cepat dan Rei merasa nasibnya mujur kali itu. Joash terang-terangan menyatakan rasa tertarik, pun Rei juga demikian, tentu setelah perempuan itu mengorek informasi soal pekerjaan, latar belakang keluarga dan tempat tinggal Joash.

Pria itu mapan, pengusaha warnet, katanya sudah punya dua cabang. Lahir sebagai bungsu, satu-satunya anak lelaki, ibunya memiliki usaha butik. Bonusnya, Joash rupawan. Paket sempurna untuk Rei yang memang sangat butuh seorang calon suami.

Calon induk yang akan ditumpangi, lebih tepatnya.

Pertemuan pertama di kafe, mereka lanjut dengan berpindah ke hotel. Tak pikir panjang, persetan jika dirinya dianggap murahan, Rei langsung bersedia diajak ke ranjang.

Keputusan itu tak Rei sesali hingga sekarang, karena ternyata, menurut Joash, Rei benar-benar tipenya.

"Aku suka kakimu. Melihatnya saja sudah membuat fantasiku meliar dan ke mana-mana."

Masa bodoh jika pria itu punya fetish pada kaki atau tidak, yang jelas Rei bersyukur akan pengakuan Joash itu. Jalannya untuk segera mendapat suami terbuka lebar.

Pertemuan kedua, masih diam-diam, tanpa diketahui anggota keluarganya, Rei mendapat hadiah sebuah kalung emas dari Joash. Kompensasi karena sudah membuat Joash senang.  Padahal, Rei tidak melakukan apa-apa, selain menemani Joash bicara di telepon selama berjam-jam sehari sebelumnya.

Selain banyak uang, Joash ternyata cukup boros. Satu lagi poin positif yang nantinya akan menguntungkan Rei.

Rei sadar hubungannya dengan Joash hanya sebatas saling menguntungkan. Rei butuh Joash sebagai calon suami, sedangkan pria itu butuh dirinya demi memenuhi kebutuhan biologis. Setelah yakin bahwa Joash akan bisa menerima kesepakatan itu, Rei pun mengutarakan niatnya.

Rei mengajak Joash menikah. Perempuan itu beralasan dia nyaman dan sudah jatuh cinta pada Joash.

Joash sendiri tampak terkejut kala itu. Pria itu terdiam beberapa saat, hingga pada akhirnya mengangguk dan tersenyum. Benar-benar mujur, Rei berhasil membuat Joash percaya atas alasan asal itu dan bersedia menikahinya.

Mereka akan menikah. Langkah pertama yang Rei minta untuk Joash lakukan adalah menemui Reyan dan Sasa untuk memperkenalkan diri.

Seperti yang sudah Rei perkirakan, orang tuanya terkejut. Bahkan sempat tak bisa berkata apa-apa saat Joash datang dan memperkenalkan diri.

Rei paham dan memaklumi itu, pasalnya Rei sendiri berulang kali diomeli karena tak kunjung menjalin hubungan dengan pria mana pun. Bukan satu atau dua tahun, melainkan sejak ia lahir. Sebenarnya, Rei sudah punya rencana tak akan menikah sampai seumur hidup, jika saja bukan karena ayahnya yang meminta.

Kembali di mobil Joash, mengingat kesialan hidupnya, Rei yang awalnya pasif saja atas pergerakan si lelaki, perlahan mulai membalas. Perempuan itu bergerak sesuai insting. Membuat dirinya sendiri memekik dan mengeluarkan suara-suara yang sejak tadi coba ditahan.

"Jangan mengujiku, Rei. Kamu bisa dalam bahaya." Joash melebarkan kaki Rei, menenggelamkan dirinya semakin jauh.

Mengabaikan ancaman itu, Rei menarik Joash untuk mendekat. Ia butuh pelarian dari sesak yang coba menguasai dada. Dan Joash adalah satu-satunya yang Rei miliki.

"Kamu sung--guh a--kan menikahiku, kan, Ash?"

Rei yang terbata-bata membuat Joash senang bukan main. Itu bukti bahwa bukan hanya dirinya yang nyaris mati karena nikmat di sini.

Pria itu mengalungkan dua tangan Rei ke leher, membawa tubuh mereka ke posisi duduk, dengan perempuan itu di atasnya.

"Iya, Rei. Aku enggak bisa membayangkan kamu melakukan ini dengan orang lain. Hanya boleh denganku." Pria itu melempar kepalanya ke sandaran kursi saat Rei mulai menari.

"Kalau kamu ingkar janji, aku bunuh kamu, Ash."

Joash menahan pinggang Rei agar berhenti bergerak. Pria itu membuat dada mereka rapat, lalu mengecup bibir Rei. Menciumi di sana pelan, lembut dan lama. Memuja bagian yang paling disukainya itu.

Rei terdiam. Ia merinding dan berdebar. Setiap kali Joash melakukan ini, kepalanya jadi kosong. Perutnya mulas ada sesuatu yang meletup-letup di sana.

Joash memegangi dua sisi wajah Rei. Merapikan helai rambut yang menempel di dahi karena peluh. Lamat-lamat ia pandangi si perempuan.

"Enggak percaya aku bisa bunuh kamu? Aku sering lihat berita kriminal." Rei berusaha menginterupsi rasa canggung yang ia rasakan.

"Kamu ... jatuh cinta sama aku, 'kan?"

Rei berusaha untuk tak melipat dahi. Biar saja Joash salah paham akan ekspresi tenang yang coba ia buat.

Bibir Joash melengkung. Matanya berbinar. "Aku benar. Mana mungkin minta segera dinikahi, kalau bukan karena jatuh cinta." Pria itu mengangkat dagu, pongah.

Rei membiarkan pria itu berhalusinasi sesuka hati. Tujuan Rei hanya satu, dinikahi, bersuami, pindah dari rumah Reyan dan Sasa, tidak menjadi penghalang untuk Nisa yang ingin segera bertunangan.

Joash mengecupi bibir Rei lagi. Mengabsen dan merasakan tiap sisi dan sudutnya pelan-pelan dan penuh perasaan.

"Ash, cepat selesaikan ini." Tidak menunggu aba-aba, perempuan itu  berinisiatif segera menuntaskan kegiatan mereka.

Suara ringisan mirip desisan ular lolos dari bibir Joash. Laki-laki itu membebaskan tangan dari pinggang Rei, membiarkan perempuan itu menguasainya.

Fake Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang