Bab 3

3K 159 2
                                    

"Rei?"

Joash kembali mencoba membangunkan Rei yang menghuni kursi penumpang. Menepuk pipinya pelan, tetapi serupa dengan yang sebelumnya, perempuan itu bergeming.

Rei yang lelah terlihat tidur dengan pulas. Perempuan itu sudah kembali mengenakan pakaian dengan bantuan Joash beberapa saat lalu.

Saat akhirnya mengakhiri kegiatan panas mereka di mobil itu, Joash mendapati jarum jam di pergelangan sudah menunjuk ke angka sebelas. Joash dalam perjalanan mengantar Rei pulang tadi, tetapi sekarang wanita itu malah sudah tertidur.

Joash tersenyum. Mengecup pipi Rei, lalu kembali ke bangku kemudi. Pria itu mengenakan seat belt untuk kemudian melajukan mobil kembali. Joash mengubah arah. Tidak jadi mengantar Rei pulang, ia menuju rumah sang kakak.

Viona, perempuan yang sudah memiliki satu buah hati itu seketika menghentikan omelan yang dibawa dari kamar. Wanita itu mematung di ruang tamu dengan mulut menganga. Di hadapannya, si adik terlihat tengah menggendong seorang perempuan yang matanya terpejam.

"Dia siapa, Jo? Kamu kenapa bawa dia ke sini?" Viona menendang kaki Joash, tak lupa memberikan beberapa cubitan di lengan adiknya.

Sama dengan sang istri, Naka yang baru muncul di ruang tamu juga menunjukkan ekspresi terkejut. "Kamu berubah profesi jadi penculik, Jo?"

Mundur beberapa langkah guna menghindari serangan tangan dan kaki Viona, Joash melotot. "Diam, tolong? Kalau sampai perempuan ini bangun, aku bakar rumah kalian."

"Bicaramu, Jo! Nia bobo di lantai di dua." Naka menoleh ke lantai dua. Tempat di mana putrinya telah terlelap.

"Aku bawa Nia keluar dulu, baru rumahnya aku bakar," jawab Joash asal.

Ia menunduk demi memeriksa Rei. Pria itu mengulas senyum karena perempuan di gendongan masih saja lelap. Sungguh bukan tipe yang mudah dibangunkan rupanya. Ia kembali mencuri satu ciuman, kali ini di bibir Rei.

Viona dan Naka yang melihat itu sukses tercengang sekali lagi. Saling melempar pandang dengan banyak pertanyaan mengisi kepala.

"Siapa itu, Jo? Kamu harusnya tak terus-terusan membuat Mama sulit!" Viona nyaris berteriak karena terlalu pusing akan tingkah Joash.

"Aku akan ceritakan, tapi tolong pinjamkan satu kamar yang layak ditempati. Dia mulai nggak nyaman ini."

Naka memicing. "Kamu kira ini hotel? Bisa bawa partner one night stand sesuka hati?" Ia menebak.

Mata Joash menajam. "Bibir dijaga, tolong?"

"Kamu main perempuan, Jo? Disuruh nikah kamu menolak! Yang beginian, mau?" Viona meradang. Sejak dulu, Joash selalu diwanti-wanti tentang hal ini. Keluarganya paling pantang mengikuti gaya hidup bebas ala barat sana.

Menghela napas, Joash menyahut, "Jaga bibir kalian, ya. Namanya Rei. Dia calon adik ipar kalian, calon istriku."

Viona dan Naka terhenyak. Saling berpandangan sejenak, untuk kemudian mengamati raut wajah adik mereka. Tak ada keraguan di sana, apalagi candaan, Joash terlihat sungguh.

"Kamu kenapa, Jo? Kecelakaan, amnesia? Atau benar-benar hilang akal?" Viona berusaha mengorek keterangan lebih lanjut.

"Dikasih tahu enggak percaya. Terserah. Kamar, mana kamar?"

Joash menurunkan tubuh Rei sehati-hati dan selembut mungkin ke atas ranjang yang kakaknya tunjukkan. Menyelimuti perempuan itu, tak lupa memberi satu ciuman di pelipisnya.

"Tidur di sini dulu, ya. Jangan mimpi buruk. Nanti aku nyusul."

Menyaksikan tingkah adiknya dari ambang pintu, Viona sungguh tak sabar mendengar penjelasan. Bahkan saat mereka sudah kembali menghuni ruang tamu, wanita itu tak mau repot-repot duduk. Ia bersama Naka berdiri di depan sofa yang Joash tempati.

Fake Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang