Bab 21

1.5K 115 4
                                    

Kediaman Bianca yang lebih besar dari rumah Joash terasa sangat ramai. Dari siang, hingga sore seperti ini.

Semua kerabat Joash datang. Kakak, sepupu, Om, Tante dan Nenek. Pertemuan ini memang agenda rutin tiap bulan katanya. Tidak ada acara khusus hanya makan siang dan malam bersama, lalu mengobrol.

Sebagai anggota keluarga baru, Rei sebisa mungkin beradaptasi sejak tadi. Berbaur, menanggapi pertanyaan-pertanyaan sepupu-sepupu dan tante Joash, tersenyum ke sana-kemari dan itu sangat melelahkan.

"Haus, Bu?"

Pertanyaan itu datang dari asisten rumah tangga Bianca. Mungkin wanita berumur itu heran karena ini kelima kalinya Rei menghabiskan satu gelas jus jeruk dingin di dapur.

Mengangguk saja, Rei menghampiri wanita itu. "Ada yang bisa dibantu, Buk?"

Daripada di ruang tamu atau di ruang keluarga yang ramai, Rei lebih baik menyibukkan diri di dapur ini. Kebetulan makan malam sedang disiapkan. Sudah pasti ada banyak pekerjaan, karena asisten rumah tangga yang bekerja hanya dua orang.

"Biar kami saja, Bu." Asisten rumah tangga itu tersenyum sungkan. Mereka tahu Rei ini istrinya Joash, jadi mana mungkin diajak bekerja di dapur.

Rei mengamati kondisi dapur. Matanya tertuju pada tumpukan piring kotor di wastafel. Perempuan itu pergi ke sana, menggulung lengan kemeja biru lembutnya, lalu kemudian hanyut dalam pekerjaan.

Selagi menggosok semua piring, gelas, dan wajan di sana, Rei teringat ucapan Tante dan sepupu Joash, saat mereka bertemu tadi.

"Sederhana sekali, ya, istrinya Joash ini."

Rei yakin, itu pasti hinaan untuk dandanannya yang amat salah hari ini. Dasarnya tak tahu bergaya dan menyesuaikan setelan pakaian dengan acara, Rei berusaha menerima ejekan itu. Meski sedikit tersinggung.

Memang, apa salahnya memadukan kemeja biru lengan panjang dan rok plisket abu-abu? Agaknya, Rei tidak sejelek itu.

"Belum hamil juga? Sudah pernah periksa ke dokter? Inilah mengapa butuh waktu untuk saling mengenal sebelum menikah, Joash."

Untuk yang satu itu, lebih mencubit hati lagi. Maksudnya apa? Joash menikahi Rei asal-asalan? Ada benarnya, tetapi tantenya Joash juga tak perlu sefrontal itu, 'kan? Dia menuduh Rei tidak subur, sedangkan masalah kesuburan dalam rumah tangga tak melulu bersumber dari si istri, 'kan?

Tantenya Joash tidak tahu saja bila keponakan yang belum ingin punya anak.

Tak hanya dua itu. Ada satu lagi perkataan kerabat Joash yang berhasil membuat Rei semakin tak nyaman berada di acara keluarga ini. Dari sepupu si suami.

"Dari semua cucunya Nenek, yang paling aneh memang Joash. Si Radi, milih istri yang seratus persen sempurna. Berpendidikan, bekerja pula. Istriku pengusaha, suaminya Viona pebisnis. Joash?"

Kalimat tanya itu seolah menguliti Rei detik itu juga. Menekankan sekali lagi bahwa dari semua menantu di keluarga Chandra, hanya dirinya yang punya kualifikasi paling rendah. Bukan sarjana, hanya tamatan SMA, pengangguran pula.

Mengingat perkataan itu lagi, Rei seketika berhenti menyabuni gelas di tangan. Perempuan itu mual, kepalanya berputar untuk sesaat. Ia seperti dihimpit oleh dua dinding kukuh dan tebal. Tak bisa bernapas dengan benar.

Di keluarga sendiri tak diterima, di keluarga si suami juga direndahkan. Rei sungguh merasa dirinya amat kecil. Lebih kecil dan lebih menjijikan dari kutu di rambut anjing.

"Bu Yun, aku tinggal dulu, ya. Mau antar teh ke depan. Sayurnya tinggal dipotong-potong."

Salah satu asisten rumah tangga pergi ke depan membawa nampan. Rei mendengar Bu Yuni--yang tadi bertanya duluan--mendesah lelah. Wanita itu tengah menggoreng ayam.

Fake Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang