Berapi-api, Joash berjalan menuju salah satu ruangan di sebuah rumah sakit. Rahang pria itu mengeras, pembuluh darah di keningnya tampak menonjol.
Beberapa saat lalu, lelaki tersebut mendapat kabar dari Viona. Rei, ada di rumah sakit, lagi. Dan yang paling parahnya, istrinya itu diantar Naka ke sana.
Kata Viona, tadi Rei sedang berbelanja dan menghubungi untuk minta tolong dijemput. Rei lemas katanya. Namun, karena Viona tengah ada acara dengan Nia, maka Viona meminta tolong pada Naka.
Ini mengerikan. Mengapa Rei harus menghubungi orang lain, meminta bantuan dari orang lain, dan bukannya Joash?
Joash marah. Ia geram karena sang istri terus-terusan mempermainkannya, bersandiwara dan membuat Joash seolah menjadi satu-satunya pihak bajingan di sini. Dan kali ini, pria itu tak akan diam lagi.
Membuka pintu ruangan yang tadi Viona beritahu, sorot mata penuh kemarahan Joash tujukan pada si perempuan yang terbaring di ranjang. Langkahnya tergesa menuju Rei.
"Keluar," kata lelaki itu pada sang kakak ipar, tanpa repot menengok wajah.
"Aku diminta Viona untuk ja--"
"Keluar!" Joash membentak ayahnya Nia itu, masih tanpa menoleh ke sana.
Naka akhirnya setuju keluar. Walau sedikit cemas karena Joash yang marah seperti sekarang bisa saja melakukan hal-hal tak seharusnya pada Rei.
"Mau sampai kapan kamu berakting begini, Rei?" Kalimat Joash dibarengi deru napas berat. Pria itu sungguh merasa ingin meledak sekarang.
"Aku melakukan apa, Ash?" Sebenarnya masih belum sepenuhnya bertenaga, Rei mau tak mau harus meladeni suaminya. Perempuan itu tahu jika Joash hanya didiamkan, lelaki itu hanya akan semakin marah.
"Yang kamu kandung itu anak aku! Suami kamu, aku, masih hidup! Tapi, kamu malah menghubungi dan minta tolong sama Naka? Sampai kapan kamu mau cari perhatian orang-orang?"
Oh, karena itu. Joash marah karena yang menjemput dan mengantar Rei ke rumah sakit adalah Naka. Rei makin tidak paham dengan cara pikiran Joash bekerja.
"Aku menghubungi kamu lebih dulu." Perempuan itu menarik napas sebelum menyahut. "Aku minta tolong dijemput di supermarket itu. Kamu ingat?"
Buku jemari Joash memutih karena kepalan tangan yang semakin erat. Benar. Yang Rei ucapkan barusan benar.
"Kamu cuma minta dijemput. Kamu enggak kasih tahu aku, kalau kamu lemas, nyaris pingsan, Rei!" Ia tak ingin terus dipersalahkan semua orang, terutama Rei.
"Kamu enggak tanya kenapa aku tiba-tiba minta dijemput, Ash."
Sialan. Tenangnya suara Rei berucap membuat Joash seketika kalah telak. Fakta dalam kalimat tadi memukulnya mundur hingga ego tersungkur.
"Aku pergi belanja sendirian, Ash. Naik motor. Aku selalu berusaha melakukan semua sendiri. Kamu tahu itu. Tapi, apa? Waktu aku minta tolong, kamu dengan gampangnya menolak. Bahkan menutup telepon, sebelum aku sempat menjelaskan."
"Jangan manja kamu. Jangan jadikan anakku sebagai jalan kamu memanfaatkan aku lebih jauh."
Rei masih ingat kalimat Joash tadi. Jelas. Perih yang tertoreh karena penolakan itu juga masih terasa.
Rei tidak tahu kenapa, tadi itu jantungnya berdetak sangat cepat tiba-tiba. Membuatnya lemas, sedikit sesak, hingga batal belanja dan tak sanggup mengendarai motor untuk pulang atau ke rumah sakit.
Karenanya, perempuan itu menghubungi Viona, meminta tolong. Sayang, Viona sedang bersama Nia di rumah orang tua Naka. Naka tidak ikut dan kebetulan ada di dekat supermarket. Itulah mengapa Rei ditolong si kakak ipar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love
RomantiekRei berhasil menipu semua orang, termasuk Joash, suaminya. Sikapnya yang baik, polos, patuh dan seolah-olah sangat mencintai Joash, sebenarnya hanyalah kedok agar bisa menumpang hidup. Benalu berkedok istri. Satu hari, kebohongan Rei akhirnya ter...