Bab 41

2.5K 149 5
                                    

Warning!
21+

*
*
*
*
*

"Kenapa kamu lakuin ini, Jo?" Bela bertanya seraya menanggalkan satu per satu kain yang melekat di tubuh.

"Kamu aku bayar untuk menuruti ucapanku, Bel. Bukan banyak bertanya." Joash memposisikan diri di belakang perempuan itu.

"Kamu enggak suka aku. Kamu itu amat mencintai dia."

Bela memegangi sisi ranjang. Sedikit membungkuk, lalu mendongak saat sentuhan itu mampir di antara kaki. 

Ini konyol. Awalnya, Bela kira Joash hanya akan menyewanya selama semalam. Ternyata, pria itu memintanya menjadi istri kedua. Dicukupi secara finansial dan disediakan tempat tinggal, Bela tak mungkin menolak. Terlebih Joash adalah sosok rupawan yang bisa dengan mudah mencuri hati siapa saja.

Istri kedua pun tak masalah, paling hanya mendapat siksaan dari istri pertama. Tebakan Bela kembali salah. Sebaliknya, dialah yang dijadikan Joash untuk menyiksa istri pertama.

Setiap malam, Joash datang ke kamarnya. Namun, lelaki itu tidak menyentuhnya. Hanya tidur memunggunginya dan sudah. Saat pagi datang. Bela akan diminta melakukan ini. Membuat suara-suara menjurus, dengan bantuan dari sentuhan Joash.

Semua ini bertujuan untuk satu hal. Membuat Rei merasa dikhianati dan tersiksa. Namun, itu pun agaknya tidak terjadi. Rei bahkan tidak membenci Bela.

"Bel? Suaramu?"

Meremas seprei, Bela menarikan pinggul. Menjemput puncaknya yang sudah dekat, lalu mendongak saat sesuatu itu lepas. Bela bersuara  semerdu dan senyaring mungkin. Memastikan Rei di luar sana mendengarnya.

Joash sudah akan menarik jemari, Bela segera mencegah. Perempuan itu menoleh dengan raut memohon. "Sekali lagi," pintanya dengan tatapan sayu.

Bela mulai frustrasi kalau boleh jujur. Joash membuatnya merasa dipermainkan. Maka itu, hari ini ia ingin sedikit menguji si lelaki.

Dengan sengaja ia berbaring telentang di ranjang. Dalam posisi layaknya ayam yang siap dipanggang, mempertontonkan semua yang dipunya pada Joash yang berdiri di samping tempat tidur.

"Kamu normal, 'kan, Jo?" Bela bertanya dalam napas yang putus-putus. Sengaja ia bergerak layaknya cacing yang disiram air garam. Menggoda Joash, menilik sejauh apa pria itu mampu menahan diri untuk tak menerkam.

Joash tersenyum miring. Membuat Bela semakin kepayahan, menahan dirinya sekuat yang dibisa. Bagaimana juga, tak ada buaya yang menolak daging, 'kan?

Ketika Bela selesai, Joash langsung menuju kamar mandi di kamar itu. Membasuh tangan dan wajahnya, lalu keluar. Baru satu langkah melewati pintu, mata menangkap sosok Rei yang terpeleset. Lari seribu pria itu menyusul.

"Ash!"

Beruntung, si istri bisa ia tangkap sebelum jatuh ke lantai. Joash memeluk perempuan itu erat dari belakang.

"Enggak pa-pa. Kamu aman. Enggak pa-pa, Sayang." ucapnya berulang seraya mengecup puncak kepala Rei bertubi-bertubi. Berusaha menenangkan si istri dan juga dirinya.

Jantung lelaki itu hampir putus. Bagaimana jika tadi ia terlambat datang? Bagaimana bila Rei jatuh? Apa yang akan terjadi pada anak mereka?

Rei mengembuskan napas lega. Hampir saja ia membahayakan anak Joash. Masih dikuasai takut, ia memegangi dua lengan Joash yang melingkar di dada.

"Kenapa bisa ada air di sini?" Joash melihat ember dan alat pel tak jauh dari air yang mereka pijak.

"Tumpah. Aku tendang, Ash."

Fake Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang