Chapter 29

226 23 1
                                    

Perusahaan film bobrok tempatku dipanggil di penghujung hari adalah dimana Hansoo diwawancara. Lantai atas gedung baunya seperti akan roboh, dan saat aku membuka pintu ke studio, aku melihat kantor kecil dengan meja menempel. Mungkin itu adalah perusahaan yang merencanakan film ini, dan saat kami memasuki pintu yang terbuka, seorang pria berusia awal 40-an yang sepertinya adalah PD Jung sedang berbicara dengan seorang wanita. Membicarakan casting dengan ekspresi dan nada suara yang serius, dia tidak sadar kami sudah masuk. Alih-alih, manajer dan Hansoo yang sudah datang terlebih dahulu menyambutku.

"Apa kau menyelesaikan kelas dengan baik?"

Manajer seperti orang tua yang mengantar anak pertamanya ke SD. Saat aku mengangguk, Hansoo mendekatiku, memelankan suara dan bertanya.

"Tapi apa kau tidak butuh Cheongshimhwan?"

Kenapa aku membutuhkannya? Yang lebih penting, aku penasaran apakah semua sudah beres dan kembali ke keadaan semula karena manajer dan Hansoo saling menatap dan mengobrol seperti biasa.

"Seperti yang diduga, itu karena dia punya hati yang kuat."

"Benar, kan? Saat dia diwawancara pertama kali, aku sadar dia bahkan tidak mengedipkan mata seperti punya hati batu."

"Betul. Hatinya itu batu, jadi aku yakin dia akan lebih khawatir tentang akan makan siang apa daripada audisi manapun."

"Aye, betul sekali. Tapi apakah dia benar-benar akan berpikir tentang makan siang? Karena hatinya batu? Taemin-ah, apa kau khawatir..."

"..."

"... apa kau marah?"

"Iya."

Mereka berdua berjengit dan memalingkan kepala bersamaan dan terbatuk samar. Sungguh mengejutkan melihat mereka kembali ke keadaan semula dengan cepat, tapi aku tidak melewatkan mata merah Hansoo. Ada bengkak sedikit juga. Setelah melihat mata yang sepertinya sudah menangis agak lama, aku menolehkan kepala ke manajer.

"Kenapa kau menanyakanku tentang Cheongsimhwan?"

"Hm? Itu karena kau akan diuji hari ini."

"Siapa?"

"Kau."

"..."

"Apa? Aku tidak memberitahumu? Kau juga akan diuji. Aku membual banyak tentangmu kepada PD Jung juga~"

Wajahku yang mengeras terkubur oleh suara ceria manajer, dan aku mendengar kata-kata mengkonfirmasi situasi dari sekitar.

"Ah, apakah orang itu aktor jenius yang terlihat oke di kehidupan nyata, tapi mematikan saat pemotretan?"

Melihat PD Jung berbalik dan mendekat, aku nyaris menanyai diriku sendiri. Siapa?

———

Di depan tumpukan barang hingga ke langit-langit dan ditutup dengan pakaian yang berantakan, ada meja dan kursi yang biasa digunakan saat sekolah. Disana, PD Jung dan manajer duduk bersebelahan, dan Hansoo dan aku berdiri di depannya. Hansoo dan aku memegang naskah pendek satu halaman di tangan. Kami diberikan waktu 20 menit untuk mempelajarinya, tapi sejujurnya, aku sedikit terkejut.

Saat aku membaca naskah di kelas, instruktur menjelaskan naskahnya terlebih dahulu dan memberiku instruksi sederhana bagaimana membacanya, jadi kertas dengan hanya dialog terasa seperti kertas kosong bagiku. Sebagai kontras, tak perlu takut saat tidak tahu apapun. Isi dialognya hanyalah satu orang yang menggambarkan rutinitas hariannya. Aku mencoba membayangkan situasinya, tapi PD Jung mengumumkan dimulai.

"Siapa yang mau duluan? Namamu Hansoo kan? Yang punya fobia kamera."

Saat Hansoo mengangguk dengan wajah kaku, PD Jung memberi sinyal padanya untuk mencoba mengucapkan dialog. Setelah membaca naskah beberapa saat, Hansoo mengambil napas kecil dan mengangkat kepala. Dan dia menunjukkan wujud aslinya saat tidak ada kamera. Dialog yang telah dia hafal dalam waktu singkat mengalir dari mulutnya. Aku mendengar suara yang rendah dan tertahan di telingaku, sesuatu yang masih tidak kuketahui cara menggunakannya untuk membaca dialog.

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang