Chapter 2

864 66 4
                                    

Orang-orang yang dulu kupercayai sebagai temanku semua berpaling karena situasiku. Aku tidak menyalahkan mereka. Dan sekarang bukan saatnya mengkhawatirkan hal itu. Aku berhutang dan untuk membayarnya, aku harus bekerja seperti anjing, seperti yang kubilang pada bos. Jadi aku mulai bekerja dengan benar untuk pertama kalinya. Saat fajar, aku mengantar koran, dan dari pagi sampai sore, aku bekerja di pabrik, mengemas barang. Saat malam, aku memakai kostum aneh dan menyebarkan poster di jalanan distrik hiburan.

Aku tidur sekitar tiga jam sehari, dan makan dua kali sehari. Itulah bagaimana aku mulai bekerja. Ibuku hidup tiga bulan lagi setelah hari itu. Berbeda dengan keyakinan dokter bahwa ibuku tidak akan bertahan selama beberapa minggu, dia berjuang selama tiga bulan hingga napas terakhirnya, memikirkan anaknya. Dia mencoba mencegahku jadi sendirian, bahkan untuk sedikit lagi.

Di hari aku pergi membayar biaya rumah sakit terakhir, aku juga membersihkan kamar ibuku. Aku benar-benar tidak punya uang, jadi aku harus pergi dan menyebar pamflet di distrik hiburan. Mengenakan setelan maskot yang menyesakkan di malam musim panas, aku membagikan pamflet untuk karaoke yang baru saja buka ke orang-orang. Itu adalah hari dimana aku menebar abu ibuku yang sudah mati ke sungai, tapi tidak ada istirahat untukku. Sejak tiga bulan aku bekerja, ada bagian di kepalaku yang diam dan mengeras.

Aku tidak tahu apakah itu karena perasaanku sudah tumpul, tapi aku menyadari sesuatu yang aneh saat aku selesai bekerja pada pukul 2 pagi. Aku duduk di gang belakang distrik hiburan. Apakah aku benar-benar ingin ibuku hidup dengan membayar biaya rumah sakit yang mahal selama tiga bulan? Kenapa aku tidak merasa sedih sama sekali? Akan tetapi, pertanyaan yang timbul di benakku langsung tertekan dengan rasa lelah dan menghilang dalam sekejap. Karena aku masih harus mengantar koran di pagi hari, aku berencana tinggal di gudang yang disewakan dan duduk di kursi sehingga aku bisa istirahat selama 2-3 jam.

Tapi tubuhku, yang biasanya langsung menuju ke gudang, tidak bisa bergerak dengan mudah. Aku duduk terbengong dalam setelan hewan ketika aku mendengar suara perkelahian datang dari suatu tempat. Suara perkelahian di distrik hiburan tidaklah jarang tapi bakal langka kalau suaranya tidak mabuk melainkan sadar. Meskipun begitu, itu tidak menarik perhatianku. Tapi satu kata yang diucapkan seseorang membuatku bergerak.

"Sialan kau, brengsek!"

Mengikuti suara pria kasar, ada suara debuman dan perkelahian.

Duk, puk, buk!

Manusia dan benda bertubrukan, suara botol pecah menggelegar. Tipe suara ini sangat familier bagiku. Saat aku berjalan ke sudut, aku melihat seorang pria dikepung oleh empat pria lain yang sedang menyerang. Tentu saja, orang yang dihadapi sedang bertahan dan dipojokkan, tapi situasinya nyaris seri.

Aku pintar berkelahi sendirian, tapi yang tidak kuinginkan adalah penyerang yang banyak. Usia mereka di awal hingga pertengahan 20-an dan kelihatan seperti preman sekitar yang pura-pura kuat dan keluar malam untuk main. Dengan orang seperti itu, aku bisa menangani mereka seorang diri. Yang mengejutkanku adalah salah satu dari mereka berkelahi dengan satu tangan. Dia memakai gips di satu tangan, tapi dia mampu berkelahi melawan empat orang dengan wajah tanpa ekspresi.

Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi pria dengan gips sepertinya akhirnya menang. Kalau bukan karena kata-kata yang diucapkan, aku tidak akan peduli, jadi aku mulai berbalik. Tapi di saat itu, aku melihat salah satu penyerang mengeluarkan sesuatu. Aku sangat familier dengan itu; itu adalah pisau. Pisau jenis yang sama seperti yang dulu kupakai digenggam di tangan orang itu. Sebelum aku menyadarinya, kakiku otomatis bergerak. Dan ketika aku sadar, tanganku sudah bergerak.

"Argh-!"

Tang. Preman itu menjatuhkan pisau dan menjerit ketika aku memegang tangannya dan memelintirnya. Mungkin karena dia kalah kuat denganku dan mematahkan tangannya. Perkelahian berhenti dan semua pasang mata jatuh padaku. Mata mereka penuh keterkejutan.

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang