Chapter 59

579 39 1
                                    

"Kapan kau meminta bertemu denganku secara langsung?"

Si pria tampan berdiri di pintu masuk kereta bawah tanah, tempat kami bertemu, melontarkan pertanyaan segera setelah melihatku. Mungkin karena dia diperbolehkan pergi lebih cepat dari yang dijadwalkan, wajahnya masih pucat dan dia tidak berhasil terlihat kuat. Aku membawanya ke tempat yang pernah aku datangi.

"Bagaimana kabar Hyungseok?"

"Sangat bersemangat. Dia bilang dia yakin sudah menemukan mangsa yang akan menarik perhatian Pimpinan Kim, dan dia bersemangat memancingnya ke pesta tak peduli apa pun yang terjadi. Ah, 'pesta' adalah sebutan acara kotor itu."

"... siapa mangsanya?"

"Entahlah, aku belum dengar namanya. Tetap saja, kalau Hyungseok berusaha memancingnya, dia pasti seorang pendatang baru sepertiku atau seseorang yang tak dikenal."

Dia menjawab, dan menambahkan bagian terakhir dengan ringan seolah dia tidak terpengaruh lagi.

"Aku tidak tahu siapa orangnya, tapi ditargetkan oleh Pimpinan Kim berarti tidak akan selesai hanya dengan menderita satu kali."

"..."

"Tapi kita mau kemana?"

Dia mengikuti dan bertanya satu kali lagi, tapi benakku penuh pemikiran lain. Jadi jawabannya keluar ketika kami hampir tiba di tujuan. Gedung tiga lantai dengan papan yang bersih. Tap, tap. Saat aku menuruni tangga kayu, pria itu menarik napas kecil di pintu masuk.

"Uh? Ini mungkin..."

Tetapi, segera setelah pintunya terbuka, ucapannya tenggelam oleh teriakan Fotografer Lee seolah dia sudah menunggu di dalam.

"Ahh! Ini beneran!!! Ini beneran Taemin!!!!!"

***

Di dalam studio, yang kosong setelah jam kerja, terasa sepi dan besar, tapi ada satu suara yang memenuhinya. Tepatnya, satu rengekan.

"Ughhh... Aku pergi ke Amazon dan pergi ke hutan untuk mencari Taemin... uhuhuhu... Ke buaya, ke buaya..."

Ketika Fotografer Lee tidak bisa melanjutkan, si pria tampan mendengarkan keluhannya dengan ekspresi bingung.

"Ya ampun, apa kau digigit buaya?"

"Tidak, aku ditatap buaya. Arghh! Aku sangat takut! Matanya seperti memburuku!"

"..."

Si pria tampan menatapku dengan ekspresi paham sementara aku sama sekali tidak merespons sedari awal. Dan ekspresi itu seolah bertanya, apa pria ini mabuk? Tentu saja, mengetahui siapa Fotografer Lee itu, dia tidak mengutarakan keraguannya keras-keras. Berbeda dengannya, aku langsung mengutarakan perasaanku. Fotografer Lee pura-pura menangis dan diam-diam bersandar padaku. Aku mendorong badannya dan memberi peringatan.

"Haruskah aku menelepon manajerku?"

Lalu, seolah dia tidak pernah menangis, dia mendecakkan lidah 'ck' dan mengerucutkan bibir bawahnya. Dia bahkan menjawab dengan pelan.

"Baiklah."

Lalu dia menaruh tangannya di pahaku dengan lembut.

"Kalau begitu gini saja..."

Aku langsung mengeluarkan ponselku. Tak lama Fotografer Lee pura-pura menangis dan menarik tangannya. Saat dia duduk di sana dengan kepala tertunduk seolah murung sejenak, si pria tampan berbisik padaku.

"Apa dia marah?"

Aku menjawab dengan suara kesal.

"Aku mau pergi saja."

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang