Chapter 40

414 21 0
                                    

Lee Yoohan. Ada waktunya saat aku berpikir sejak aku dipanggil dengan nama yang berbeda, namaku mungkin menjadi asing bagiku kalau aku mendengarnya. Tapi itu adalah kekhawatiran yang tak berdasar. Yang menghilangkan perasaan asing adalah aksen dan pelafalan yang mengingatkanku pada masa laluku dengan jelas. Suara yang sama yang dulu memanggil namaku.

Pasti karena itu. Aku seharusnya terkejut karena ketahuan secara tak terduga, tapi lucunya rasa senang datang duluan yang nyaris membuatku tertawa. Meskipun itu adalah momen saat aku tertangkap basah bahkan sebelum aku menyelidiki lebih banyak dan membuat rencana yang terperinci.

"Sial. Kau..."

Kata-kata umpatan mengalir dari mulut Myeongshin lagi. Menggeleng, dia menolehkan kepala dariku ke manajer dan Hansoo.

"Apa-apaan ini? Sial, bukan kebetulan kau berpapasan denganku di galeri seni, kan? Si bajingan Hansoo itu sengaja merencanakannya..."

Mendengar perkataan Myeongshin, manajer mencoba berdiri. Dengan ekspresi kaku di wajahnya, tak dapat menahan, dia membuka mulut.

"Hati-hati dengan apa yang kau ucapkan. Kalau kau tiba-tiba mengumpat seperti itu..."

Myeongshin melihat manajer dan berusaha mengatakan sesuatu, tapi aku menghentikan manajer terlebih dahulu. Aku mengulurkan tangan untuk mencegahnya berdiri dan mendorong kursi.

Drrr~

Saat aku perlahan bangkit dari dudukku, Myeongshin menatap balik padaku. Dan wajahnya menjadi jelek dalam sekejap. Ah, tentu saja. Kurasa aku tidak bisa menahannya lagi dan tertawa. Aku bertanya perlahan, sadar kalau dia memutar bibirnya.

"Namaku Lee Taemin, apa kau mengenalku?"

Alis Myeongshin berkedut liar mendengar nada suaraku yang sepertinya mengganggunya.

"Sekarang kau pura-pura tidak mengenalku..."

"Lee Yoohan. Dimana aku mendengar nama itu?"

Aku mengambil langkah maju ke arahnya dengan tatapan yang sama.

"Ah, Song Yoohan. Itu seperti namamu."

Wajahnya yang berubah jelek sesaat pun menegang.

Tap, tap.

Suara langkah kakiku di dalam ruang istirahat yang berisik langsung tenggelam, tapi ajaibnya, Myeongshin bereaksi atas mendekatnya jarak kami dengan gemetar. Aku emnahan tawa yang ingin keluar lagi. Tak peduli seberapa hebat lawan telah tumbuh, dia yang masih tetap kecil dalam ingatanku akan tetap seperti itu selamanya. Karena itu, bahkan kalau ketika dia menginjak-injakku datang, aku tidak dipenuhi rasa takut. Karena dia adalah Song Myeongshin bagiku.

"Sungguh lucu. Nama yang dulu kau kutuk sekarang adalah namamu."

Aku berhenti, meninggalkan jarak satu lengan diantara kami dan menatapnya datar.

"Jadi apakah 'Lee Yoohan' yang kau kenal adalah aku? Aku bertanya padamu, Song Yoohan."

"...kau..."

"Jawab pertanyaanku dulu. Aku sangat penasaran. Kenapa namamu Song Yoohan."

Pria dengan mulut tertutup seperti orang bisu menatapku pahit. Aku menatapnya dan tersenyum tak sabar. Dan aku merendahkan suaraku sehingga hanya dia yang bisa mendengar.

"Aku tiba-tiba ingat sesuatu yang menarik. Dahulu kala, orang bodoh merengek bahwa dia ingin menjadi kuat sepertiku. Karena itu, dia bahkan mengoceh kalau namaku terdengar keren."

"Sial... itu."

Dia merendahkan suaranya sepelan aku, dan bergumam dengan napas berat seolah-olah sedang menahan amarahnya.

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang