Jodoh•47•

2.7K 208 12
                                    

Hanif berlari ke arah Eva yang tampak kelelahan berjalan menuju mobilnya. Semua bujuk rayu keluarga besar tidak mempan untuk mengurungkan niat Eva menimba ilmu di dunia perkuliahan.

"Abang..." Eva tersenyum menatap sang suami yang selalu sigap mengantar jemput dirinya

"Kan, udah Abang bilang jangan terlalu capek !" Hanif terlihat tidak suka melihat Eva tampak lelah hari ini

Universitas Eva berbeda dari Shaka dan Rachel, itu yang membuat Hanif berkali-kali lipat lebih khawatir.

"Eh.. itu kan Eva ! Serius dia udah nikah ?!" Beberapa teman sekelas Eva masih tidak percaya kalau Eva sudah menikah dan sekarang sedang mengandung.

Sengaja Hanif menyuruh pihak universitas mengumumkan status Eva karena dia tidak mau seseorang mendekati istrinya dan membuat kehamilan istrinya jadi berbahaya.

"Iya.. denger-denger mereka dijodohin !"

"Iih.. kalau modelan begitu sih gue juga mau dijodohin !"

"Eh, tapi serius tu anak hamil ?!"

"Kamu ga papa ?!" Tanya Hanif sebelum menyalakan mobil

"Ga papa Bang.." Entah karena pengaruh kehamilan atau dirinya yang beranjak dewasa, semakin hari Hanif merasa Eva semakin dewasa.

"Sama omongan mereka juga ga papa ?!" Lirik Hanif pada beberapa teman angkatan Eva yang masih berkumpul dan menatap mobil Hanif yang belum pergi dari parkiran

"Ga papa.. sudah biasa, mereka ga yakin aja Eva bentar lagi jadi Mami !" Eva tersenyum mencoba menenangkan Hanif

Hanif merasa tak nyaman dengan perasaannya hari ini, wajah lelah serta keringat yang mengalir di dahi Eva hari ini membuatnya terus berpikiran akan hal buruk yang akan terjadi.

"Kamu ga lagi sembunyiin apa pun dari Abang kan ?!" Hanif menyentuh pipi Eva yang terasa dingin

"Enggak Bang... sudah yuk ke kafe, Si Upi mau mamam ayam bakar !" Eva mengecup pipi Hanif

"Ahh... jangan cium-cium dulu !! Supri itu baperan, nih liat ! Sudah berdiri !" Hanif menatap bagian bawahnya yang mulai mengeras

"Issshh.. Abang mesum !!"

"Habis makan, kita ke rumah sakit ya.. kita tanya sama Ibu Dokter, kapan Si Supri boleh ketemu Si Upi, hihi..." Hanif terkekeh mendengar ucapannya sendiri.

Menikah dengan Eva memberikan warna baru di hidupnya. Bahkan sekarang sifat mereka seolah tertukar. Dirinya menjadi kekanak-kanakan sedangkan Eva semakin dewasa.

"Abang !!!"

—-oOo—-

Di tempat lain, Kira sedang menangis di ruangan kerjanya. Benda tipis yang berada di tangannya hanya menunjukkan satu garis berwarna merah keunguan.

Kira kecewa dengan hasilnya, hari ini tepat 3 bulan dia menyandang status sebagai Nyonya Serkan, tapi sampai detik ini juga belum ada tanda-tanda kalau dirinya akan memberikan keturunan pada suami yang sangat dia cintai.

Dia berharap pagi ini akan mendapatkan kejutan, tapi ternyata hanya ada kekecewaan sama seperti bulan sebelumnya.

"Bagaimana kalau aku tidak bisa hamil !" Kira kembali menangis

Drrtt...

Kira langsung menghapus air matanya ketika ponsel di atas meja bergetar, nama suaminya tertera sangat jelas dan besar di sana.

"Ya.. Mas.." jawab Kira menyembunyikan kesedihannya

"Kenapa menangis ?!" Tanya Serkan tegas di seberang sana

JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang