Extrachap (Jodoh)

2.5K 72 11
                                    

"Uweek.."

"Uweek.."

Pria tinggi yang biasanya selalu tampak ceria dan menyebalkan itu, sekarang sedang terbaring lemas di atas tempat tidurnya.

Pipi kiri yang memar akibat pukulan calon mertuanya, menambah rasa sakit dan nyeri pada tubuhnya pagi ini.

"Mau makan apa ?" Tanya Nony sang mama yang sejak pagi masih setia merawat Shaka

"Ga mau makan apa-apa Mah, maunya ketemu Rachel !" Ucap Shaka yang terlihat memprihatinkan, sangat berbeda sekali dengan penampilan yang biasanya.

"Mass.." Kira yang juga ada di kamar Shaka memohon pada Serkan sang suami untuk membujuk Romy yang melarang Rachel bertemu Shaka sebelum mereka menikah.

"Iya.. Sayang !" Ucap Serkan pasrah.

Sebagai seorang kakak, mereka berdua sangat prihatin pada kondisi Shaka saat ini. Tapi jika diingat, semua ini terjadi akibat ulah nakalnya sendiri.

Brak...

Belum sempat Serkan keluar kamar untuk ke rumah Romy, pintu kamar Shaka sudah terbuka dengan kasar.

"Shaka !!" Rachel langsung memeluk Shaka

"Beb !! Kamu dateng ! Rasanya aku mau mati !" Shaka berkata dengan lemah

"Lebay, lo !!" Romy menatap sinis pada Shaka

"Sabar Om !" Ucap Serkan membujuk Romy untuk keluar dari kamar Shaka diikuti Nony dan Kira

"Kamu pucet banget ! Makan ya.. itu bubur kamu masih utuh !" Rachel mengelus pipi Shaka dengan tatapan sedih

"Makan kamu dulu ya Beb, makan buburnya nanti !"

"SHAKA !!!"

—-oOo—-

"Sheeva ?!"

"Eh, iya Pak !" Jawab Eva dengan canggung ketika tidak sengaja bertemu dengan dosennya yang sudah lama tidak bertemu

Jika diingat kembali, terakhir bertemu dengan dosen muda itu saat Hanif cemburu. Sejak hari itu Eva tidak pernah lagi melihat dosen itu.

"Bersama siapa ?" Tanya dosen yang bernama Andi

"Sendiri Pak. Mmmh.. Bapak apa kabar ?" Tanya Eva basa-basi.

"Ini Mbak pesanan cincin nikahnya.." ucap pelayan di toko perhiasaan

"Ah, iya ! Terima kasih ya.." Eva menerima dan langsung berpamitan dengan pria di depannya itu

"Tunggu, Sheeva !" Eva berdecak ketika pria itu kembali mendekatinya

"Iya, Pak ?!" Jawab Eva dengan sopan

"Panggil nama saja ! Kita bukan lagi dosen dan mahasiswi" Eva menampilkan senyum anehnya mendengar perkataan dosen itu.

Terbiasa menghabiskan waktu bersama Hanif dan para saudaranya, Eva sungguh merasa tidak nyaman berdekatan dengan lawan jenis. Apalagi pria ini menampilkan gelagat yang aneh di mata Eva.

"Mmhh.. terdengar tidak sopan Pak !" Eva masih mencoba menjaga jarak

"Bukannya kamu sudah menikah ? Kenapa membeli cincin pernikahan lagi ?" Lirik Andi pada kotak perhiasaan yang ada di tangan Eva

"Oh.. ini punya Kakak saya, dia akan menikah besok" ucap Eva jujur

"Saya ga diundang ?" Andi mencoba mencairkan suasana

"Hehe.." tawa Eva dengan canggung.

—-oOo—-

"KECIL !" Sambut Hanif dengan senang ketika tahu istrinya itu berkunjung ke kafenya

JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang