The XVII : Kenyataan yang Aneh

24 4 3
                                    


GO!

Haha, ini gak mungkin. Masa iya, aku tidak sadar kalau di kelasku ada Cadby, eh tapi masuk akal juga ya. Kan waktu itu Cadby datang lebih awal dariku? Sedangkan aku masuk setelahnya. Aaarghh Ella sebodoh itu kamu, bisa-bisanya kamu gak sadar keberadaan Cadby yang sebenarnya dekat dengaanmu!

***

" Ella, Ella! Bangunn ". Dey, Dey baik-baik saja. Aku menengok ke arah Cadby yang masih tertidur pulas.

" Aku tidur ya? ". Dey mengangguk. Malu jadinya.

Sebentar, aku harus keluar ya Cadby. Izinku dalam hati sambil membenarkan tangan kirinya ke atas perut.

" Ayoo... Ella ". Dey tertitah-titah, Dey mengarah ke ruangan tengah lantai dua yang tidak jauh dari uks. Aku bingung kenapa ini? Ramaii sekali.

Aku pun mendekat, menyelinap antara segerombolan anak-anak kelas, dan HUUEEKk hukhukhuk. Melototlah mataku, betapa terkejutnya aku sampai mual tidak karuan.

" WOII ". Aku di tarik si hoodie putih, yang bukan lain yaitu si Alex.
" GILA LO YA! NGAPAIN PAKE LIAT, HAH! MUALKAN LO!! ". Bentak Alex.

" Alexx... apa-apaan sih, bisa gak lo gausah bentak-bentak cewek ". Bela Dey. Aku hanya bisa melamun tidak percaya melihat mayat anak reguler.

~ " HEH, MANUSIA PERSETANAN! TEMAN-TEMAN KAMI BANYAK YANG KOMA DAN MENINGGAL BEGITU AJA SAMA KALIAN!! SEKARANG KALIAN YANG HARUS MERASAKAN SEMUANYA!! ". ~ Sekilas mayat itu mengingatkanku dengan semua lontaran anak-anak reguler tadi. Tapi aku tidak yakin pembunuhnya di antara kami.

" Thoriq Ebani, lahir di negara Iran tanggal 05 Juli 2010 kelas tujuh reguler satu. Ayahnya asli dari Afghanistan, ibunya indonesia, Aceh. Dia anak beasiswa urutan ke 289 yang berhasil lolos masuk ke libii academy ". Kak Jo yang tiba-tiba berdiri di sampingku sambil membacakan identitas anak reguler yang bernama Thoriq.
" Setelah itu, ia juga sempat terkena kasus sebagai pem-bullying di SD-nya dulu. Mengejutkannya lagi, ia sering di pukuli ayahnya karena ketahuan berpacaran sesama jenis, lalu ia meninggal dengan keadaan diluar nalar ". Kak Jo melirikku sedikit dan langsung merangkulku sambil berjalan ke arah mayat Thoriq, aku melotot ketakutan. Kenapa harus ke Thoriq?! Panikku.

Kak Jo yang berjalan menuju sekumpulan anak-anak yang menontoni Thoriq, seketika semua murid yang menghalangi langsung tersisir rapi mempersilakan kak Jo lewat dan melihat mayat Thoriq secara dekat. Ia berdiri setengah lutut, aku juga ditarik olehnya agar tetap stanby di sampingnya.

" Lihat ". Kak Jo menunjuk mayat Thoriq. Aku memejamkan mata tidak berani melihatnya, bau tanah becek juga disini.
" Ella... ". Aku pun mencoba membuka mataku perlahan, tapi HUEEKKK aku muntah dan kak Jo sudah menalangi muntahku dengan ember.
" Tadinya ini buat lumpur ". Kata kak Jo yang reflek menyodorkan ember ke aku. Aku merasa bersalah jadinya, aku pun mencoba menenangkan diri dan ikut setengah berdiri di sampingnya.

" Kak Jo, punya masker? Masker mulut? ". Tanyaku yang menahan malu dan mencoba memberanikan diri. Kak Jo mengeluarkan sapu tangannya.

" Adanya ini ". Aku pun mengambilnya untuk menutupi mulutku dengan sapu tangan, sehabis itu aku pun siap. Eh maksudnya sok siap.

" Dah kak Jo ". Sok semangatku setelah menutup mulutku dengan sapu tangan milik kak Jo.

" Oke, ayo Ella sentuh bahunya ".

PCSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang