GO!Haha, ini gak mungkin. Masa iya aku gak sadar kalau Cadby ada di kelasku? Tapi, kalau dipikir lagi, masuk akal juga. Dia datang lebih awal, aku baru masuk setelahnya.
Aku menampar wajah sendiri dalam hati. Ella, sebodoh ini kamu! Gimana bisa nggak sadar kalau Cadby sebenarnya dekat banget?
“Ella, bangun!” Suara Dey mengusikku dari sisi ranjang. Aku menoleh dan melihat Cadby yang masih terlelap, napasnya tenang.
“Aku tidur ya?”tanyaku pada Dey. Dia hanya mengangguk malu.
Aku menarik napas dalam, membelai tangan Cadby pelan. Sebentar, aku harus keluar dulu... Kupikir perlahan.
Dey menuntunku menuju ruang tengah lantai dua yang tidak jauh dari UKS, tempat kerumunan anak-anak berkumpul.
Aku melangkah menyelinap di antara mereka, dan... HUEKKk! Aku membalikkan badan dengan mulut penuh mual.
Mataku membelalak melihat sesuatu yang membuat perutku bergejolak tak karuan: mayat seorang anak kelas reguler!
"WOII!" Suara Alex membentakku sambil meraih bajuku.
"Gila lo ya! Ngapain pake ngintip? Mual kan lo!!"“Alex, santai dong, jangan teriak ke cewek!" protes Dey. Tapi aku cuma bisa bengong, susah percaya apa yang kulihat.
“HEH! MANUSIA PERSETANAN! Teman-teman kami banyak yang koma dan meninggal karena kalian! Sekarang giliran kalian merasakan semua ini!”
Kak Jo berdiri di sampingku, suaranya pelan tapi jelas saat membacakan identitas mayat itu:
“Toriq Ebani, lahir di Iran, 5 Juli 2012, kelas tujuh reguler tiga. Ayahnya asli Afghanistan, ibu dari Aceh, Indonesia. Anak beasiswa urutan ke 289 yang berhasil masuk Libii Academy.”
“Ia sempat jadi pelaku bullying di SD, sering dipukuli ayahnya karena pacaran sesama jenis. Lalu meninggal dalam keadaan tak wajar.”
Kak Jo merangkulku, lantas berjalan mengarah mayat itu yang berlumur lumpur. Panik tak tertahankan, aku menutup mata.
Kak Jo menyuruhku membuka mata pelan-pelan. Tapi saat aku coba, muntah mengguncang tubuhku, bau tanah basah menusuk hidung.
“Inilah sebabnya,” kata Kak Jo sambil menyodorkan sapu tangan. Aku menyembunyikan wajahku di baliknya.
“Ella, sentuh bahunya,” Kak Jo meminta dengan tegas.
Detik-detik penuh ketakutan. Tanganku gemetar saat menyentuh bahu mayat Toriq. Tungkuh... bahunya mulai meleleh menjadi lumpur.TIDAK MASUK AKAL! Terngiang suara kami semua.
Kak Jo menjelaskan: Tubuh Toriq penuh lumpur, saat disentuh ia melebur menjadi lumpur.
Tiba-tiba, si Lily yang cerewet menerobos kerumunan. Suaranya bikin bulu kuduk berdiri.
“Mungkin si gembel ini makan lumpur deh! Ekstrem banget!” Ia menempel ke bahu Kak Jo.
Kak Jo membentak, “Diam! Ini bukan lumpur biasa. Bukan karena dia minum lumpur. Tapi lumpur yang menelannya.”
Aku menatap kak Jo, tak percaya kata-katanya. Dunia ini makin gila...
Kak Jo menginjak tubuh Toriq. Tubuhnya hancur, hanya tersisa pakaian.
“Ibu, bawa anak-anak kembali ke kelas. OSIS yang urus ini,” kata Kak Jo pada guru disana.
Guru dan murid kalang kabut. Aku yakin ini urusan ilmu hitam. Kami tak membunuhnya, tapi apa penyebab sesungguhnya?
Semua kembali ke kelas kecuali aku, menemani Cadby di UKS.
“Cadby, kamu tahu apa yang aku lihat tadi?”
Tak ada jawaban, napasnya tetap tenang.
Kuusap dahinya dengan penuh kasih. "Catbeii... Kamu sangat imut dan ganteng," gumamku lirih.
Kajian tentang kutukan dan sejarah rumahku terlintas. Aku ingin bertanya banyak hal pada Cadby.
“Bangun, Cadby! Aku butuh bicara.”
Mataku mulai berat, pengaruh syok masih terasa. Aku memejamkan mata, mencoba tidur dengan damai.
Tiba-tiba suara Dey memanggil, memaksaku terbangun.
Kak Jo mengajakku ke sebuah gedung kecil, gelap dan kumuh. Aku mendengar jeritan lirih dari dalam, membuat darahku membeku.
"Tolong... tolong..."
aku terbangun, jantung berdetak keras. Apa mimpi atau kenyataan?
Situasi makin kacau dengan guru yang marah karena murid bolos tidak ketemu.
Alex dan Cadby tampak saling kenal, aku bingung dengan situasi ini.
Cadby ingin aku diam dan membiarkan dia istirahat.
Mataku dibuat tercengang saat menyadari ada "aku" yang lain, terbaring tanpa roh. Aku merasa seperti terjebak, berjuang untuk kembali ke tubuhku.
Suara samar memanggil, mengarahkan aku agar meninggalkan tubuh sementara.
“Ikuti aku, Ella. Kau bisa kembali jika kau dengarkan…”
NEXT!

KAMU SEDANG MEMBACA
PCS
Action• Tayang setiap hari Sabtu atau Minggu • Ella anak orang kaya yang senang akan fantasinya, mendapati berbagai macam cerita suram tentang rumah barunya dan mengalami kejadian-kejadian mistis di dalam sekolah termegahnya. Ella bertemu dengan berbagai...