The XXXV : The Next Parfum

11 2 1
                                    


GO!

Parfum warna ungu dengan kelipan gliter aku keluarkan dari jaket warna-warniku, aku (Lily) berbaring di atas kasur sambil mengangkat tinggi-tinggi parfum cantik ini. Berkilau...

" Mari kita cium wanginya ". Semangatku langsung duduk dan membuka tutup botol parfumku.

Ku hirup aroma lavender rose dari botol parfum cantik ini, sebuah aroma yang mengingatkanku kepada seseorang.

" Mamaa... ". Perlahan air mataku menetes hingga pipiku, merasakan sebuah kerinduan yang amat dalam. Aku memejamkan mata sambil mendengarkan air yang berjatuhan dari langit di luar jendela.

***

Aku turun dari mobil, mama papa sudah berdiri di depan pintu utama rumah, dan memelukku dengan erat.

" Aku rindu kaliann... ". Dalam peluk mama dan papa.

Rasanya tidak terjadi apa-apa, aku juga terlihat baik-baik saja.

Singkatnya, aku ke kamar tidur untuk segera beristirahat. Namun, tak lama kak Revaldo menghampiriku, ia membawakan makan malam untukku.

Ini sungguh mengejutkanku, karena pertamakalinya abangku memperlihatkan rasa kepeduliaannya padaku, pertamakalinya juga abangku memuji diriku saat rambutku di jepit dengan jepitan rambut dari Alex.

" Dek ". Kak Revaldo duduk di pinggir kasurku. Aku tidak menjawab hanya menoleh dan menatap dirinya.
" Kalau ada apa-apa cerita ya sama abang, dan jangan pernah sungkan melakukan apapun dirumah ini. Anggap, ini hal yang biasa ". Katanya yang langsung berdiri dan pergi.

Tidak lama abangku pergi, muncul suara Iko yang menangis karna ingin masuk ke kamarku, namun dihalang oleh abangku. Iko memang yang paling dekat denganku, malah sepertinya dia yang paling tahu perasaanku luar dan dalam diriku.

" Hahaha Iko Ikoo... ". Tawaku setiap melihat tangan mungil Iko muncul beberapakali untuk meraih gagang pintu kamarku, namun selalu gagal karena ditarik oleh kak Revaldo.

Di tengah makan malamku, tiba-tiba bunyi pesan pada ponselku bergetar.

" Alex? ". Sebuah notifikasi terlihat di layar handphone-ku.

'rin, udh sampai rumah?'. Isi pesan dari Alex.

Iya, jawabku dalam hati. Aku kembali melanjutkan makan, namun baru sesuap, muncul kembali pesan dari ponselku.

'Kamu udah dirumah, rina? Oh, ya. Btw kamu sekelas ya sama alex?'. Ini pesan dari Ella tetanggaku, aku juga baru sadar kalau selama ini aku tidak pernah menyapanya di sekolah sampai-sampai Ella tidak tahu kalau aku sekelas sama Alex.

" Memang ada apa kalau aku sekelas sama ale... ". Aku berhenti mengetik di ponselku.
" Hapus hapus hapuss, terlalu jutek kayaknya ". Ocehku.
" Iya ". Aku ketik dengan jawaban 'iya' sesuai mulutku berbicara.

'Oooh, oke syukur deeh, kalo gitu good night ya. Besok sampai ketemu lagi di sekolah'. Jawab pesan Ella kepadaku.

Ramahnyaa, batinku lagi. Lalu aku balas pesannya.

" Langsung off? ". Heranku. Balasan pesanku (ya, good night too Ella) ceklis satu yang menandakan ia sudah off wa.
" Hhmm, padahal aku mau bertanya. Persoalan kenapa Ella bisa kenal Alex ". Ucapku pelan sambil meminum susu coklat dengan sedotan.

Tengah malam pun tiba, aku tidak bisa tidur karna mendengar ada suara grasak-grusuk di kamarku.

Di dalam gelapnya kamar, aku melihat sesosok laki-laki kecil sedang melakukan sesuatu di tembok depan kasurku.

" Iko! ". Panggilku. Sosok itu terdiam saat aku memanggilnya, postur badan dan bentuk rambutnya sama persis seperti adikku, Iko.
" Ko, itu kamu kan? ". Tanyaku sambil berusaha meraba-raba kasur, mencari ponselku. Belum sempat ponsel aku mengambil ponselku.

Taptaptap. Sosok itu berlari keluar kamar tanpa menampakkan wajahnya.

" HAAAAA ". Teriakku ketakutan, larinya begitu aneh. Ia berlari miring tapi begitu cepat lariannya.

Semakin aku takut, semakin pulas juga aku tertidur.

" HAAAHHH!! AKU TELATT!! ". Bangkitku melihat cahaya terang di jendela kamar.

Aku segera bergegas ke kamar mandi mengambil perlengkapan alat mandi, handuk, seragam, daleman, dan shampoo.

***

" BANG! KOK GAK BANGUNIN SIH! AKU TELAT NIH JADINYA! ". Marahku ke kak Revaldo yang anteng sarapan di meja makan.

" Emang biasanya, aku bangunin kamu? ". Jawab kak Revaldo menyantap roti tawar di meja.

Ck, menyebalkan. Kesalku. " Iko mana? ". Sadarku, tidak ada Iko yang cempreng itu.

" Sakit ".

" Sakit? Serius bang! ". Panikku.
" Mama papa mana? ". Toleh kiri kanan.

" Lo bisa gak sih! Makan terus berangkat! Gausah banyak tanya! ". Marah kak Revaldo. Ya, ini baru abangku. Kalau lagi baik, baik banget tapi kalau lagi kesal, menyeramkan.

" Iyaa iyaa ". Sahutku sambil cemberut.

" Cepet!! Kalo gak, gue tinggalin ". Katanya yang langsung berdiri dari kursi meja makan.

" Iiiihh, tunggu! ". Teriakku yang baru mengoles selai tiramisu ke roti tawarku.

" BODOOO AMAT! ". Nit Nit Nit. Sambil jalan meninggalkanku, kak Revaldo menyalakan mobilnya, tanda-tanda sungguhan ingin meninggalkanku.

Tup Tup Tup. Kuletakkan tiga roti di atas meja makan, dan ku lemparkan selai tiramisu secara asal. Setidaknya, aku bisa makan di mobil.

" TUNGGU ". Cepat-cepat aku membawa tiga roti dengan tanganku, beberapakali selai itu berjatuhan ke meja, lantai, dan tangan.
" Tisu tisu tisu ". Rempongku.

TIN TIN TIN. Suara mobil berkumandang, GHIAAAA!! Panikku tak karuan.

" Bentar dong! Ailah! ". Kesalku yang repot merapikan belepotan selai tiramisuku.
" TUNGGU BANG TUNGGU! ". Teriakku lagi dan lagi, aku belari menuju pintu ruang tamu (pintu utama).

~ Help mee ~ Sekilas aku mendengar suara Iko. Aku berhenti berlari, menoleh ke belakang.

" Iko? ". Panggilku.

" Oi! Gue tinggal nih ya! ". Panggil kak Revaldo di dalam mobil.

NEXT!

PCSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang