The XXIX : The Flower Monster

20 5 1
                                    


GO!

Yaa, aku memang gila. Ekspresiku langsung berubah menjadi datar, salah sangka diriku.

" Tidak ada yang berubah ". Omongku sendiri sambil melihat sekeliling toilet.

Aku masih di dalam toilet, lesuku. Lemas tak berdaya, semakin pengap disini, gerah, dan berkeringat.

" Duhh! Kenapa nih? Kok panas banget! ". Kibas-kibasku ke kerah seragam.

Bagaikan kompor yang sedang mendidihkan isian di dalam panci. Yang tadinya sejuk, lalu hangat sampai akhirnya panas yang perlahan.

Suhu panas yang perlahan semakin meningkat, keringat pada tubuhku bercucuran deras.

" Sampai kapan aku disini?! ". Hentakku yang langsung berdiri tegap.
" Sampaii ku matiii ". Lesuku kembali yang langsung duduk ke atas tutup wc duduk.

Hmph! Aku mencium sesuatu! Sesuatu yang manis nan lezat. Mataku melihat sekeliling toilet.

Wangi permen kapas yang begitu manis. Mataku langsung terarah ke gagang pintu toilet.

PINK! Berubah menjadi gulali merah muda yang cantik, gangang pintunya berubah menjadi gulali yang perlahan meleleh.

Ya, meleleh karna kepanasan. Sesuai dengan ucapanku dan imajinasiku! Ini tidak masuk akal, tapi ini sungguh nyata!

"Percayalah ucapan adalah do'a"

***

Aku menguncinya di dalam toilet.

" Aku tidak ingin Ella melihatku balas dendam! ". Aku berlari menelurusi lantai dua yang menjauh dari makhluk-makhluk aneh itu.

Lantai 1 aku lewati, dan keluar dari gedung utama ini. Sebuah gedung kecil yang penuh akan kemisteriannya aku datangi untuk segera bertemu dengan si pedang samurai (anggar). Terlihat pintu utama gedung kecil sudah terbuka lebar, aku memasukki gedung kecil yang terdapat empat pintu lagi di dalam gedung ini, pintu-pintu ini beberapa sudah hancur, dan lainnya masih baik-baik saja.

" Kosong ". Dibalik keempat pintu hanya ada ruangan kosong yang begitu luas.
" Monster-monster itu berasal dari gedung eksperimen ini ". Ocehku sendiri sambil berjalan keluar dari pintu keempat gedung kecil ini, dan berlari kembali keluar menuju gedung utama sekolah.

Namun, belum sempat aku menuju ke gedung utama. Seorang guru memanggil namaku dari gedung kecil ini. Aku menoleh, menyankinkan pendengaranku.

" Mam... ? ". Panggilku untuk sebutan ibu guru di sekolah.
" You... Mam Isti? ". Tanyaku kembali sambil perlahan masuk ke dalam gedung kecil ini lagi.

" Hoi, ngapain lo? ". Suara dari belakangku membuatku berhenti masuk ke dalam gedung kecil.

Anak samurai, tatapku ke seorang lelaki dari kelas reguler yang aku sudah tunggu sejak tadi.

" Egan, darimana saja you? ". Aku keluar dari gedung kecil ini untuk menemui Egan si lelaki dengan pedang samurai (anggar)nya. Egan yang berdiri dekat dengan pintu utama di gedung kecil ini hanya tersenyum tipis.
" Gue sebenci-bencinya sama lo, gue mau bunuh lo tanpa senjata tajam ". Lirikku ke pedang anggar yang ia pegang sejak tadi.

PCSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang