The II : Laki-laki Misterius

38 6 2
                                    


GO!

Rumah tetangga pertamakali yang kami kunjungi, tentangga sebelah kiri rumahku, baru tentangga sebelah kanan, lalu kanan depan, kiri depan, dan tengah depan.

' Jreg Jreg Jreg '. Mama membunyikan gagang pintu pagar rumah tentangga sebelah kiri. Tak lama, pintu pagar di buka, dan muncul seorang lelaki besar, tinggi tegap, dan berseragam itu memperhatikan kita.

" Ya, ada apa? ". Tanya seorang satpam dengan tatapan tajamnya.

" Ini ada hidangan dari kami tentangga baru, rumah kami ada di sebelah kanan rumah ini. Saya Lizzie dan ini anak saya Ella sedangkan suami saya, bapak Alsheiraz ". Ramah mama menyodorkan beberapa kue ke piring plastik yang aku bawa, sambil memperkenalkan diri.

" Whoaahh... terimakasih ya. Nanti saya sampaikan ke nyonya dan tuan. Oh, ya, nyonya saya namanya Ibu Siwa dan tuan saya namanya Bapak Bryant untuk agama mereka Budha ". Jawab satpam itu membalas keramahan mamaku.

" Oh, iya. Sama-sama salam kenal juga walau secara gak langsung ya haha, by the way bapak sendiri namanya, siapa nih? ". Sok akrab mama.

" Saya pak Harto Tarigan, banyak yang panggil saya pak toto ". Senyum pak Harto.

Ya... walaupun dari postur dan wajah sangarnya itu, ternyata beda dari pikiranku yang aku kira dia galak atau malah mengusir kami, tapi ternyata dia sangat ramah. Ya, itulah seorang satpam yang keren.

***

Selanjutnya kami menuju ke tetangga sebelah kanan rumah kami, kali ini kami disambut oleh tuan rumahnya bernama pak Danish, beserta istri dan para anaknya, yang bernama bu Henny dan tiga orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki.

Yang pertama kakak Revaldo umurnya menginjak 17 tahun, kelas 3 Sekolah Menengah Atas atau SMA. Sedangkan yang kedua Rina, dia seumuran denganku tapi bedanya dia anak yang pemalu, jadi pas ketemu dia langsung mengumpat di belakang badan ibundanya, dan yang terakhir Riko umurnya baru 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar atau SD, dia super cute dengan pipinya yang chubby dan tamvan.

Sudah dua rumah yang menyambut kami dengan ramah dan memberi sambutan yang luar biasa. Sampai aku di beri sebuah kotak hadiah berwarna merah muda dan sedikit pita manis berwarna gold glitters. Kata bu Henny itu dari anaknya yang kedua Rina, dia sudah lama ingin mempunyai teman perempuan yang sebanyanya.

Saat bu Heni bilang begitu, aku sangat senang mendengarnya, tersenyum lebar, dan berterimakasih. Aku berharap, semoga aku bisa menjadi teman baiknya.

***

Ketiga

Sebelum aku ke tentangga kiri kanan bahkan tengahku yang berada di depan.

Aku menyebrang jalan terlebih dahulu sambil menoleh kiri dan kanan, dan tangan menjulur ke samping kiri kanan sambil ber-hi five atau tanda stop. Mobil-mobil menyorotiku sambil berhenti, aku berjalan sambil menginjak aspal bergaris-garis putih, lebih tepatnya adalah zebra cross untuk menuju ke rumah-rumah di sebrang itu.

" Nak, ini bukan jalan raya lho ". Kata mama tiba-tiba yang menyadariku dari khayalanku.

Ya. Kenyataannya adalah tidak ada zebra cross apalagi lampu-lampu mobil yang menyorotiku itu. Aku langsung terkekeh dan tersenyum malu karna mama tahu kalau aku sedang berkhayal.

PCSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang