The XXII : Class

13 4 0
                                    


GO!

Aku melamun di atas kasur, mendengar jawaban Ella tentang kejadian waktu itu, Ella mengatakan bahwa tidak ada yang masuk ke kamarnya selain diriku dan dirinya.

Iya, tadinya aku juga tidak mengingat apapun soal itu tetapi setelah aku mendengar bunyi tamparan Ella ke diriku waktu itu, membuat ingatan aku kembali sampai aku faseh apa saja yang kukatakan dan kulakukan bersama Ella waktu itu.

Ken, harus aku selidiki.

***

Kreing kreiingg. Seperti biasa aku jatuhkan sepedaku kembali di parkiran sepeda. Merapikan seragam bagusku di hari Kamis, dan menengakkan tubuhku.

" Sayangkuu kamu kenapa? ". Kepalaku dielus lembut dengan Alex yang seperti biasa, memang ia gila anaknya. Cih! Geliku.
" Ciee mulai terbiasa nii kayaknya utututu ". Mencolek seragam bagusku sambil menggusel-guselkan kepalanya ke pundak kananku. Kerutan dahi, dan alisku menyatu.

Dasar kucing jadi-jadiann!!

" Byeeee ". Alex kabur sebelum aku benar-benar menekramnya.

Hari ini jalanku sekarang lebih percaya diri dan optimis, alias yakin ada hal baru yang bisa aku capai disini, baju seragamku di hari kamis sangat indonesia banget. Kemeja dengan kerah koko emas, lengan panjang dengan kancing emas mengkilap, celana panjang, dan warna seragam yang hitam dengan hiasan ukiran batik silver keemasan sangat mewah, dan sepatu pantopel hitam ukiran batik yang sama seperti seragam.

Melewati pintu ruang reguler yang sedang terbuka lebar, aku berbelok ke kiri menaiki tangga menirukan anak-anak excellent yang lebih memilih jalan sehat di pagi hari dengan cara menaiki tangga bukan excellator ataupun lift yang memang sudah tersedia untuk fasilitas mereka, anak excellent.

" Bro! ". Dari kejauhan Alex sudah sampai di lantai atas sambil melambai-lambaikan tangan kepadaku, ia menunjuk-nunjuk ke arah kelas di depannya.

Kaki kiriku yang baru sampai di anak tangga paling atas, dan tangan kananku berpegangan di reiling tangga sambil mengeluarkan nafas yang lelah. Menghampiri Alex yang masih menungguku yang sedang berjalan lamban, aku kecapean kayaknya ini karena jarangnya aku berolahraga, aku semakin mendekat dengannya, si Alex.

" Cepett, telat lo. Bego! ". Katanya yang mengeplak kepalaku lalu pergi ke kelasnya yang berada ketiga dari kelasku.

Aku berdiri di depan pintu putih yang terlihat sangat baik kualitasnya, pintu yang sedikit terbuka membuatku bisa merasakan betapa dinginnya ruangan ber-AC ini yang memiliki kualitas mahal, sekaligus wangi dengan pengharum ruangan yang menyehatkan.

Juluran tanganku ke gangang pintu, membuka pintu geser ini. Pintu geser yang sangat ringan, tidak ada kecacatan di pintu ini. Kaki kananku melangkah perlahan masuk ke dalam kelas, semua anak kelas terdiam seketika, kaki kiriku bahkan sekaligus seluruh badanku masuk ke dalam kelas.

" WHOAAAHHHHW ". Jeritan kelas 7 excellent 1, kecuali teman sebangkunya Ella, Ella dan juga guru yang sudah datang lebih dulu dariku.

Harusnya aku tidak masuk. Tundukku yang merasa di sorakki dengan anak-anak kelas.

" Kamu kemarin kemana? Kok gak masuk kelas? Semua teman menunggumu ". Suara lemah lembut dari seorang guru perempuan berbadan tinggi.
" Ayo, kenalin dirimu ".

PCSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang